Minggu, 14 Desember 2014

Umat Muslim atau Umat Islam?

Jujur! Saya sering bingung dengan istilah “umat muslim” yang sering di gunakan oleh media baik cetak maupun elektronik akhir-akhir ini. Siapa sebenarnya yang dimaksud dengan umat muslim itu? Kalau membaca atau mendengar rangkaian kalimatnya secara utuh, sepertinya yang dimaksud umat muslim itu adalah pemeluk atau penganut agama Islam. Lhaaaaah! Kalau yang dimaksud memang penganut atau pemeluk agama Islam, lantas umat Islam itu siapa? Apakah umat muslim itu sama atau padan kata dengan umat Islam? Maaf, saya orang awam yang sebenarnya tidak begitu paham dengan pemaknaan sebuah kata atau istilah atau yang sejenisnya layaknya para ahli bahasa, tapi ketika saya mencoba untuk berdamai dengan istilah umat muslim, perasaan saya justeru semakin gelisah dan puncaknya ketika beberapa hari yang lalu, beberapa kali dalam sehari saya mendengar istilah umat muslim disebut-sebut oleh pembawa berita di salah satu stasiun TV swasta nasional. Saya merasakan ada sedikit ganjalan dalam hati saya stiap membaca atau mendengar istilah umat muslim disebut. Demi untuk menjawab kegelisahan saya yang semakin memuncak! Mau tidak mau saya harus mengikuti naluri “keawaman” saya untuk mencari jawabannya sesegera mungkin.
Mungkin, sebenarnya “masalah” ini terlalu sepele bila dibandingkan dengan kewajiban kodrati saya sebagai makhluk untuk terus mengangkat derajat ke-Islaman saya sendiri di Mata Allah SWT, tapi saya kira tidak ada salahnya untuk mencoba menggali hikmah dari kebingungan saya terhadap penerapan istilah umat Islam dan umat muslim tersebut. Siapa tahu dari sini akan muncul spirit dan gairah baru yang bisa memompa semangat untuk terus “mengkaji” lebih dalam berbagai aspek dalam Islam guna mendapatkan kebenaran hakiki menuju ke-Islaman yang kaffah. Insha Allah!
Berikut ini beberapa contoh pemakaian istilah umat muslim dan umat Islam dalam berita dan artikel online!

1.  Sebut Umat Muslim Teroris, Media Massa Dinilai Pemicu Islamofobia


4. April Mop: Hari Dimana Umat Islam Dibantai


Mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI), arti kata umat adalah (1) para penganut (pemeluk, pengikut) suatu agama ; pengikut nabi , (2) makhluk manusia. Dalam konteks bahasan ini, tentu pengertian kata umat merujuk pada pengertian angka (1) para penganut (pemeluk, pengikut) suatu agama ; pengikut nabi. Sedangkan menurut wikipedia, kata umat diartikan sebagai “masyarakat” atau “bangsa” (merujuk pada bahasa arab, sebagai bahasa asal/induk). Dari dua sumber rujukan diatas jelas terlihat adanya benang merah diantara keduanya, dimana keduanya sama-sama menterjemahkan kata umat yang mengarah pada sebuah komunitas (penganut/pemeluk agama, penganut nabi, masyarakat/bangsa).
Sekarang kita telusuri makna kata “muslim” dan “Islam”, menurut Kamus besar Bahasa Indonesia, kata muslim berarti penganut agama Islam
Sedangkan kata Islam artinya “agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, berpedoman pada kitab suci Al Quran yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT.
Menurut wikipedia, kata muslim secara harfiah berarti seseorang yang berserah diri kepada Allah SWT ; Kata muslim kini merujuk kepada penganut agaman Islam saja
Sedangkan kata Islam, artinya adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah SWT ; penyerahan dini sepenuhnya kepada Tuhan.

Arti dan makna kata muslim dan Islam dari dua sumber diatas, masing-masing mempunyai arti dan makna yang identik. Artinya dua sumber terpercaya diatas memberi pemaknaan yang kurang lebih sama untuk kata muslim dan Islam.
Mengacu dari arti kata umat dan muslim diatas, menurut saya keduanya mempunyai kesetaraan posisi dalam hal makna yaitu sama-sama menunjuk ke arah komunitas/golongan pemeluk agama (Islam). Untuk lebih memperjelas, saya coba untuk mengurai makna istilah dari umat muslim dan umat Islam, dengan dasar acuan dua sumber diatas.
Terjemahan bebas (menurut saya) dari kata umat adalah komunitas/golongan/kelompok/sekumpulan pemeluk agama. Sedangkan Islam adalah jenis agama (yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, berpedoman pada kitab suci Al Quran yang diturunkan ke dunia oleh Allah SWT melalui wahyu). Dalam kaidah bahasa Indonesia dikenal kaidah hukum DM atau diterangkan-menerangkan. Untuk istilah “umat Islam”, berarti komposisinya adalah umat = D (diterangkan) dan Islam = M (menerangkan) maksudnya, apabila dalam membaca atau mendengar berita terdapat istilah umat Islam artinya adalah golongan pemeluk agama Islam atau lebih gampangnya umat dari agama Islam. Sebagai contoh, di point 3 dan 4, penggunaan istilah umat Islam (bertanda blok warna hijau) dalam kalimat tersebut dimaksudkan kepada kelompok/komunitas pemeluk agama Islam dan ini sesuai dengan topik atau tema berita.
Sedangkan untuk “umat muslim”, terjemahan bebasnya, umat adalah komunitas/golongan /kelompok/sekumpulan pemeluk agama. Sedangkan muslim adalah kelompok penganut agama Islam atau singkatnya umat Islam. Dengan kaidah DM, komposisinya adalah umat = D (diterangkan) dan muslim = M (menerangkan) artinya, kalau dirinci maknanya menjadi umat dari kelompok penganut agama Islam atau umat dari umat Islam. Sebagai contoh penggunaan istilah umat muslim, di pont 1 dan 2 (bertanda blok warna kuning). Waduuuuh, siapa mereka? Umat dari umat agama Islam?
Melihat rincian makna yang saya uraikan diatas, terlihat dengan jelas kalau istilah umat muslim sebenarnya tidak tepat, karena setelah dirinci maknanya tidak mengarah pada hal yang dimaksudkan oleh tema berita atau artikel yaitu kelompok/golongan pemeluk agama Islam. Menurut saya istilah yang paling tepat untuk menyebut komunitas/golongan/kelompok pemeluk agama Islam adalah umat Islam bukan umat muslim. Bagaimana menurut anda?

Artikel ini juga bisa dibaca disini

Kamis, 11 Desember 2014

Out Of The Box! Menambah Kaki-Kaki Baru…

Hidup memang seperti putaran roda pedati. Untuk menuju satu atau beberapa titik tujuan, roda memang harus berputar terus menerus sampai titik tujuan yang diinginkan. Konsekuensinya, jika sebuah roda dalam keadaan berputar maka posisi roda akan terus berubah kadang diatas, disamping kanan atau kiri dan tentu ada saatnya ada di bawah. Begitu juga perjalanan hidup saya seorang anak manusia biasa yang terlahir dengan berbagai mimpi-mimpi indah untuk menjadi manusia yang sesempurna mungkin, terutama di mata Tuhan.. Ada kalanya diatas, di tengah dan tidak menutup kemungkinan suatu saat akan berada di bawah yang kesemuanya membawa konsekuensinya masing-masing. Filosofi inilah yang menjadi referensi pertama dan utama bagi saya dalam menjalani prosesi kehidupan agar semuanya tetap berimbang

Sejak melepas pekerjaan terakhir di bidang  human resources di sebuah perusahaan retail asing dengan jabatan terakhir level manajerial, sekitar 6 tahun yang lalu, dengan bermodalkan tekad, sedikit uang plus dua etalase mungil, saya memutuskan untuk membuka kios atau toko kelontong kecil-kecilan di garasi rumah dengan konsep jemput bola (by delivery), dimana pelanggan tidak perlu repot datang ke toko tapi tinggal duduk manis dirumah, angkat telepon atau SMS maka, dalam waktu beberapa saat barang sudah sampai di depan pintu rumah pelanggan. Alhamdulillah, setelah berjibaku sekitar empat tahun, omset yang semula hanya puluhan ribu berkembang menjadi jutaan rupiah per-harinya. Karena garasi sudah tidak bisa lagi menampung item barang yang mencapai ribuan, akhirnya saya harus merelakan rumah kami untuk di modifikasi sepenuhnya menjadi toko.
Memasuki pertengahan 2013, saya membaca ada yang berubah dengan perekonomian regional Kalimantan (Selatan). Indikatornya adalah perubahan perilaku konsumen yang cenderung lebih berhemat dam menahan diri dalam berbelanja. Situasi ini mengakibatkan, turunya omzet toko secara signifikan dari hari ke hari. Memasuki tahun 2014 perekonomian regional Kalimantan (Selatan) benar-benar semakin terpuruk. Hal ini ditengarai akibat terpuruknya bisnis sektor pertambangan, khususnya batubara, yang selama ini menjadi penggerak utama perekonomian regional Kalimantan (Selatan). Meredupnya bisnis pertambangan batubara di Kalimantan (Selatan) membawa efek domino yang cukup besar dan tidak sederhana bagi perekonomian regional Kalimantan (Selatan), semua lini usaha baik yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan bisnis batubara semua ikut gulung tikar termasuk usaha toko kelontong yang saya kelola. Satu persatu pelanggan besar kami yang rata-rata perusahaan yang berkaitan dengan bisnis batubara mulai mengurangi belanja bahkan beberapa stop order karena gulung tikar alias bangkrut, sedangkan daya beli pelanggan individu dan  rumahan juga turun drastis. Memang harus diakui, perekonomian regional Kalimantan (Selatan) selama ini memang dominan tergerakkan oleh bisnis batubara.  
Celakanya, ketika perekonomian sedang stagnan, spertinya pemerintah daerah kehabisan akal dan energi untuk mendongkrak dan menggairahkan perekonomian regional sehingga mengambil langkah instant, mengijinkan beberapa jaringan retail berskala nasional yang notabene bermodal besar untuk menyerbu Kalimantan Selatan secara massive, khususnya Kota Banjarmasin dan beberapa kota satelit disekitarnya seperi Banjarbaru, Martapura dan Pelaihari. Didukung dengan modal besar yang tak terbatas, sistem chain store sampai ke kampung-kampung serta sistem teknologi informasi yang mumpuni, jelas bukan tandingan kami untuk head to head. Sudah bisa diduga akibatnya, satu-persatu pedagang-pedagang kecil di sekitar komplek kami tutup satu persatu. Diakui atau tidak itulah faktanya! Ruang gerak usaha retail bermodal menegah kebawah seperti kami yang sebelumnya sudah tertatih-tatih terkena imbas kelesuan bisnis batubara, semakin terjepit. Jangankan untuk berkembang, sekedar bisa bertahan saja wajib hukumnya untuk bersyukur.
Setelah mencoba berbagai teori dan strategi yang masuk akal, tetapi pertumbuhan omzet toko tidak juga signifikan bahkan cenderung menurun terus, disinilah kekuatan dari “kepepet” mulai bekerja. Saya harus berpikir dan bergerak cepat out of the box, keluar dari zona nyaman dan kepasrahan tanpa ikhtiar berdiri hanya pada “satu kaki” saja, yaitu toko kelontong yang sudah ada. Momentum  “titik balik” ini mengantarkan saya untuk sesegera mungkin mencari dan mendapatkan kaki-kaki baru yang memungkinkan untuk bisa tumbuh berkembang dan berjalan seirama dengan kaki yang sudah ada. Dengan menggunakan analisa SWOT sederhana, akhirnya saya memutuskan untuk sesegera mungkin  membangun kaki baru untuk menopang semakin besar dan beratnya beban pengeluaran. Pilihan jatuh pada usaha laundry, dengan pertimbangan tidak memerlukan modal kerja yang terlalu besar karena alat kerja yang diperlukan adalah alat rumah tangga yang sudah ada. Sedangkan untuk tenaga kerja, saya memaksimalkan potensi tim kerja di toko dengan sistem rolling. Alhamdulillah dalam tempo tiga bulan saja “kaki ke dua” ini sudah bisa berdiri sendiri, bahkan saya proyeksikan untuk memberi subsidi modal kerja rencana pembentukan “kaki ke-tiga” yang masih berada dalam tahap analisa kelayakan potensi usaha. Setelah sekitar seminggu mencari referensi kesana-kemari dari berbagai sumber, akhirnya saya menemukan juga jenis usaha yang paling memungkinkan untuk dibangun menjadi kaki ke-tiga.  Seperti halnya “kaki pertama dan ke-dua”, “Kaki ke-tiga” yang berhasil saya dirikan sebulan berikutnya ini, masih tetap mengandalkan “goodwill” dari “kaki pertama” toko kelontong terdahulu. Pilihan saya jatuh pada usaha PPOB (Payment Point Online  Bank) atau loket pembayaran tagihan on line dan penjualan tiket pesawat. Untuk memulai usaha ini, modal kerja yang dibutuhkan juga relative kecil, peralatan kerja yang dibutuhkan seperti seperangkat komputer dan jaringan internet semua sudah tersedia. Untuk tenaga kerja, sementara waktu saya sendiri yang mengoperasikan, jadi tidak memerlukkan tambahan biaya untuk menggaji karyawan. Sedangkan untuk modal deposit tidak ada batasan minimal alias sesuai kemampuan,.sehingga subsidi silang dari kaki ke-dua, usaha laundry untuk tahap awal sudah cukup.

Menginjak bulan ketiga, seiring jumlah pelanggan yang semakin banyak otomatis jumlah transaksi PPOB juga ikut bertambah tentu hal ini berbanding lurus dengan total fee yang saya dapatkan di akhir bulan. Waktu terus berjalan, seiring niat saya untuk mencari dan menambah kaki-kaki baru, diluar dugaan berkat kegigihan doa dan ikhtiar team saya, akhirnya pertolongan Allah SWT benar-benar datang dalam wujudnya yang nyata. Setelah melihat dan mengkaji prospek market share PPOB kami, salah satu provider PPOB dari salah satu Bank terkemuka tertarik untuk bekerjasama dalam penyediaan software  dan saldo deposit. Tidak tanggung-tanggung mereka menyediakan saldo deposit hingga seratus juta rupiah tanpa jaminan atau agunan apapun. Untuk memaksimalkan potensi yang ada, akhirnya saya merekrut satu orang khusus untuk meng-handle PPOB dan penjualan tiket pesawat. Alhamdulillah, seiring dengan semakin banyaknya pelanggan saya untuk laundry dan PPOB yang datang langsung ke counter yang letaknya satu lokasi dengan toko, ternyata juga membawa pengaruh luar biasa pada omzet toko. Secara tidak sengaja saya telah menghadirkan konsep one stop service pada pelanggan-pelanggan saya. Selain membayar tagihan listrik, pelanggan saya bisa sekalian laundry baju sekaligus berbelanja kebutuhan sehari-hari seperti AMDK gallon, gas dan keperluan harian lainnya dan semuanya bisa antar jemput just by call. Pada waktu bersamaan, datang penawaran menartik dari salah satu sahabat lama yang sudah lama tidak bertemu. Kami bertemu secara tidak sengaja di situs facebook.  Penawaran menarik yang akhirnya menjadi kaki keempat saya ini berupa bisnis “kurir”, yaitu mengantar surat/paket khusus kepada customer dari lembaga perbankan dan leasing. Dengan keyakinan penuh dan didukung oleh team kerja yang solid akhirnya kaki ke-empat saya benar-benar bisa tegak berdiri untuk menopang semua beban pengeluaran kami sekeluarga. Sekarang ini saya sedang menganalisa kelayakan bisnis sebuah peluang usaha di bidang kuliner yang dulu sempat saya geluti ketika duduk dibangku kuliah. yang saya proyeksikan untuk menjadi kaki ke-lima saya. Doakan ya sobat semoga semuanya bisa berjalan dengan baik dan benar sesuai rencana saya. Amin.

Artikel ini juga bisa dibaca disini

6 Oleh-oleh Khas di "Kota Seribu Sungai" Kalimantan Selatan


131014akain.jpg"Kota Seribu Sungai", itulah julukan kotaku, Kota Banjarmasin. Sebagai ibukota pemerintahan Provinsi Kalimantan Selatan, Kota Banjarmasin adalah "etalase" Bumi Banjar, yaitu tanah bertuah milik masyarakat suku Banjar di selatan Pulau Kalimantan.

Kota Banjarmasin dan Pulau Kalimantan secara umum sebenarnya menyimpan segudang eksotisme yang pantas untuk di apresiasi, baik dari sisi budaya, kekayaan alam, maupun geografis, dan geopolitiknya (tentu semua pernah mendengar wacana ibu
kota Negara di pindah ke Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah).

Pernahkah Anda membayangkan sebuah
kota yang tinggi permukaanya di bawah permukaan laut? Itulah Kota Banjarmasin, yang posisinya 60cm di bawah permukaan laut. Unik-kan?! Sayang, Keunikan Kota Banjarmasin yang satu ini memang jarang ter-ekspos keluar.

Kalau berkunjung ke
Banjarmasin, melalui jalur udara, tanda-tanda eksotisme lain, sudah mulai nampak ketika pesawat mulai memasuki wilayah udara muara Sungai Barito. Dari langit, kita bisa melihat DAS sungai Barito yang meliuk-liuk panjang laksana seekor ular raksasa yang menyusui ribuan anak-anaknya di tengah kerimbungan hutan yang hijau. Ribuan anak ular yang tak lain adalah anak-anak Sungai Barito inilah yang menjadikan Kota Banjarmasin dijuluki sebagai "Kota Seribu Sungai", karena banyaknya sungai besar maupun kecil yang membelah bumi Kota Banjarmasin.

Selain anugrah alam yang begitu mempesona, Kota Banjarmasin dan Provinsi Kalimantan Selatan juga memiliki potensi budaya yang sangat layak untuk di eksplor lebih jauh. Budaya Banjar sebagai identitas Suku Banjar selalu identik dengan budaya perairan khususnya perairan darat, hal ini dikarenakan wilayah perairan darat yang mendominasi sebagian besar wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Pesona  Budaya Banjar inilah magnet bagi pariwisata di Kalimantan Selatan dan Kota Banjarmasin khususnya!

Bagi penikmat wisata, ikon pariwisata seperti pasar terapung, kerbau rawa, itik alabio, soto banjar, dan tentunya
kota Intan Martapura pasti sudah akrab di telinga. Sedangkan untuk souvenir atau oleh-oleh khas Kalimantan Selatan? Jangan kuatir! Kota Banjarmasin sebagai "etalase" Bumi Banjar, Kalimantan Selatan mempunyai oleh-oleh khas yang betul-betul khas Kalimantan Selatan, di antaranya :

1. Batuan Mulia
Kota Martapura, ibu kota Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan selain dikenal sebagai serambi Makkah-nya Kalimantan, juga dikenal sebagai "kota intan". Kota Martapura inilah 'surga-nya' pecinta batu mulia. Hampir semua jenis batu mulia bisa ditemukan di sini!. Dari harga ribuan sampai milyaran rupiah, semua ada di sini. Pusat konsentrasi jual-beli batu mulia letaknya tepat di tengah kota, yaitu di pertokoan Cahaya Bumi Shalawat (CBS). Selain lokasinya yang strategis, karakter proses jual beli batu mulia disini layaknya pasar tradisional, sehingga proses interaksi antara penjual dan pembeli lebih intens, dekat, dan akrab, Jadi kalau anda berkunjung ke sini jangan heran kalau tempat ini tidak pernah sepi dari pengunjung, baik wisatawan lokal, interlokal, maupun mancanegara.

2. Kain Sasirangan
Kain sasirangan adalah kain khas suku Banjar di Kalimantan selatan. Nama "Sasirangan" sebenarnya adalah kata kerja, yaitu mengadopsi dari proses pembuatannya. "Sa" yang berarti "satu" dan "sirang" yang berarti "jelujur/lajur". Secara harfiah sasirangan bisa diartikan sebagai proses pen-jelujur/lajur-an yang di simpul/diikat dengan benang atau tali lainnya kemudian di celup untuk pewarnaannya.

Sasirangan setidaknya mengenal 19 motif, di antaranya sarigading, ombak sinapur karang (ombak menerjang batu karang), hiris pudak (irisan daun pudak), bayam raja (daun bayam), kambang kacang (bunga kacang panjang), naga balimbur (ular naga), daun jeruju (daun tanaman jeruju), bintang bahambur (bintang bertaburan di langit), kulat karikit (jamur kecil), gigi haruan (gigi ikan gabus), turun dayang(garis-garis), kangkung kaombakan (daun kangkung), dan jajumputan (jumputan). Selain itu ada pula kambang tampuk manggis (bunga buah manggis), dara manginang (remaja makan daun sirih), putri manangis (putrid menangis), kambang cengkeh (bunga cengkeh), awan beriring (awan sedang diterpa angin), dan benawati (warna pelangi).

Menurut sejarahnya, masing-masing motif kain sasirangan mempunyai fungsi yang berbeda-beda dalam ritual upacara adat suku banjar, ada yang khusus untuk pengobatan orang sakit (ghaib), laung (ikat kepala adat Banjar), Kakamban (serudung), udat (kemben), babat (ikat pinggang), tapih bahalai (sarung/jarik untuk perempuan), dan lain sebagainya.

Seiring ke-khasan kain Sasirangan yang "menjual", peruntukan kain sasirangan tidak hanya sebagai bagian dari ritual adat suku Banjar saja, tapi sudah melebar dan meluas melampaui batas-batas sakral sebagaimana fungsi awalnya. Sekarang, ditangan pejuang-pejuang kreatif, (tanpa berusaha mengubah fungsi utamanya), kain kebanggan masyarakat Kalimantan Selatan ini telah menjelma menjadi berbagai produk seni yang menakjubkan, bahkan sudah siap untuk go internasional!
  

3. Amplang
Kalimantan Selatan mempunyai camilan sejenis kerupuk yang dikenal dengan sebutan "Amplang". Awalnya, bahan baku utama pembuatan Amplang adalah ikan pipih (Notopterus chitala H.B.) yaitu sejenis ikan air tawar yang habitat alamnya adalah sungai dan rawa. Tapi seiring dengan semakin langkanya ikan pipih, perajin amplang memilih ikan tenggiri atau ikan gabus untuk dijadikan bahan baku utamanya dikombinasikan dengan berbagai rempah dan bumbu khas resep turun temurun!  


sumber foto  http://amplangikan.blogspot.com/
Dengan tekstur olahan yang renyah dan lembut, plus aroma dan rasa ikan yang menggoda, hhmm….maknyuus! Dijamin bikin Anda ketagihan! Sentra pembuatan amplang paling terkenal adalah di daerah Kabupaten Kotabaru, tapi sekarang seiring perkembangan pariwisata di seluruh wilayah Kalimantan Selatan yang begitu pesat menjadikan sentra industri amplang mulai meluas dan berkembang di berbagai daerah di Kalimantan Selatan. 

4. Panting
Panting adalah alat musik petik khas Kalimantan Selatan yang bentuk dasarnya mirip gambus Arab dengan ukuran yang lebih kecil, tapi mempunyai hiasan dengan ornament ukiran dan painting khas Kalimantan Selatan di beberapa bagian. Seperti ukiran kepala naga di bagian kepala Panting dan ornament khas suku Banjar di bagian lambung 

sumber foto : https://www.facebook.com/rashya.smenda

Kata "Panting" berarti petik, mengadopsi dari cara memainkannya yakni, membunyikan senar dengan teknik petikan/sentilan. Awalnya, "Panting" hanya memiliki tiga buah tali atau dawai, dimana masing-masing mempunyai fungsi masing-masing. Tali pertama disebut pangalik. Yaitu tali yang dibunyikan untuk penyisip nyanyian atau melodi. Tali kedua, disebut panggundah atau pangguda yang digunakan sebagai penyusun lagu atau paningkah. Sedang tali ketiga disebut agur yang berfungsi sebagai bass.

Tali "Panting" pada masa lalu dibuat dari haduk
hanau (ijuk), serat nenas, serat kulit kayu bikat, benang mesin, atau benang sinali. Tapi sekarang benang nilon dan kawat/string (dengan empat bentangan pada badan "Panting") tampak lebih banyak digunakan karena lebih mudah didapatkan dan bunyinya yang jauh lebih merdu.

Seiring semakin kreatif dan variatifnya ornament penghias yang melekat di badan panting, fungsi panting sekarang tidak hanya  untuk dinikmati alunan nada-nadanya saja, tapi juga cocok untuk benda seni pajangan penghias ruangan

5. Miniatur Rumah Adat Banjar

Suku Banjar mempunyai beberapa jenis rumah adat yang sangat khas di antaranya bubungan tinggi, gajah baliku, palimasan, balai bini, tadah alas, gajah manyusu, balai laki, palimbangan, cacak burung, lanting, joglo gudang, dan joglo bangun gudang.
Suku Banjar mempunyai beberapa jenis rumah adat yang sangat khas di antaranya bubungan tinggi, gajah baliku, palimasan, balai bini, tadah alas, gajah manyusu, balai laki, palimbangan, cacak burung, lanting, joglo gudang, dan joglo bangun gudang. Untuk souvenir miniatur rumahadat banjar, sesuai dengan aslinya bahan baku utamanya adalah kayu. Hanya saja, jenis kayu yang di digunakan adalah kayu agatis, bukan kayu ulin/kayu besi seperti bahan kayu rumah aslinya. Saat ini, miniatur rumah adat Banjar asli Banjarmasin ini menjadi buruan kolektor, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

6. Kaos Banjar
Trend kaos dengan tema daerah memang lagi booming, tidak ketinggalan di Kota Banjarmasin. Kalau di Jogja ada kaos Dagadu, di Banjarmasin ada kaos HY-MUNK yang artinya senang, bahagia dan kaos B-Banjar

 
sumber foto : http://hymunk.blogspot.com/ &  http://www.kaosbanjarmasin.com/
Berbeda dengan konsep kaos daerah lainnya, kaos asli Banjar ini lebih memilih untuk menjadi media promosi bagi berbagai potensi adat dan budaya masyarakat Suku Banjar secara detail. Bila melihat katalog produk dari kaos HY-MUNK, kita seperti melihat dan membaca rekam jejak (ensiklopedi) budaya, adat istiadat dan profil suku banjar serta daerah Kalimantan Selatan secara utuh tanpa harus mengurangi roh artistik dan komersial dari produk kaosnya. Sungguh eksotis dan pasti menarik untuk dipakai dan dikoleksi

artikel ini bisa juga di baca di sini