Minggu, 24 Juni 2018

…Selalu Beda Tidak Pernah Sama! Inilah #AsyiknyaNaikFerry



 
Peta Lintasan armada ASDP Indonesia Ferry
(sumber:www.indonesiaferry.co.id)
Nenek Moyangku Seorang Pelaut

Naik kapal laut, apapun bentuk, jenis, nama dan ukurannya selalu memberikan pengalaman seru yang tidak mudah untuk dilupakan, apalagi bagi orang-orang yang lahir dan dibesarkan jauh dari lautan seperti saya!
Kalau mengingat luas laut Indonesia yang mencapai 3,25 juta km2  atau sekitar 60% dari total luas seluruh wilayah Indonesia, rasanya kok rugi ya kita pemilik laut terbesar di dunia, kok belum pernah naik kapal laut apalagi kapal ferry.  

Masih ingat dengan lagu tentang nenek moyangku seorang pelaut? Lagu gubahan Ibu Sud ini merupakan dokumentasi dari realitas nenek moyang kita yang sejak dulu memang telah dikenal sebagai pelaut-pelaut ulung yang cakap dan tangguh menyeberangi samudera. Hayooo, sudah berapa samudera yang kalian sebera….. Eh, maaf!…maksudnya sudah berapa kali naik kapal laut!? 

Sampai saat ini, baru 5 (lima) rute kapal ferry milik ASDP Indonesia Ferry yang pernah saya naiki, yaitu :
Pertama, Surabaya (Ujung) – Madura (Kamal) (PP)   
Kedua, Banyuwangi (Ketapang) –Bali (Gilimanuk) (PP)
Ketiga, kapal ferry cepat Surabaya (Tanjung Perak) – Banjarmasin (Tri Sakti) (P)
Keempat, Batulicin-Kotabaru (Kalimantan Selatan) (PP)
Kelima, Penajam Paser Utara-Balikpapan (Kalimantan Timur) (PP)

Padahal total rute perjalanan kapal ferry yang dikelola ASDP Indonesia Ferry lebih dari 200 perjalanan lho! Woooow! Artinya rute yang saya naiki belum sampai 2% -nya dong…. Hiks! Jadi malu sama nenek moyang kita yang pelaut, apalagi sama kakek moyang kita ya…???? He…he…he….


Romantika Naik Kapal Ferry
(Sumber : www.borneonews.co.id)

 
Romantika Naik Kapal Ferry

Bagi saya, sensasi perjalanan laut merupakan petualangan yang sesungguhnya! Karena, sepanjang perjalanan merupakan romantika seru yang penuh dengan kejutan-kejutan tak terduga. Selalu Beda Tidak Pernah Sama! inilah yang saya sebut sebagai #AsyiknyaNaikFerry.


Ujung (Surabaya) – Kamal (Bangkalan, Madura)

Ketika pertama kali naik kapal ferry yang membawa saya dan kawan-kawan dari Pelabuhan dermaga Ujung Surabaya menuju Pelabuhan Kamal Madura dengan waktu tempuh sekitar 1 (satu) jam, saya benar-benar merasakan pengalaman baru yang sangat luar biasa.

Tidak hanya mengerti bagaimana sirkulasi peran truk-truk pengangkut beras tujuan berbagai daerah di Madura yang baru saja masuk kapal dengan membawa beras dari daerah Madiun dan sekitarnya yang dikenal sebagai lumbung padinya Jawa Timur, tapi juga bisa melihat aktifitas beberapa kapal perang milik TNI AL dan kapal layar latih milik Akademi Angkatan Laut yang sedang sandar di pelabuhan, selain itu juga ada juga kapal-kapal dagang dari berbagai daerah sedang lego jangkar, bahkan terlihat juga kapal pesiar mewah berbendera asing.

Di sepanjang  jalur pelayaran yang kami lewati kami juga sering berpapasan dengan kapal-kapal nelayan berbagai ukuran sedang lalu lalang di atas riak gelombang. Luar biasa dinamikanya! Inilah salah satu #AsyiknyaNaikFerry.

Untuk jalur balik dari Pelabuhan Kamal menuju Dermaga Ujung Surabaya yang kita ambil pada sore harinya, pengalaman seru lainnya juga telah menunggu kami. Sore itu, kami naik kapal ferry yang berbeda dengan yang kami tumpangi saat berangkat menuju Madura.

Sore itu, sepertinya kawasan Surabaya, selat madura dan sekitar Bangkalan sedang dilanda hujan lebat yang disertai petir dan angin kencang. Saat itu, kekhawatiran jelas terlihat di wajah semua penumpang, termasuk saya. 

Karena derasnya curah hujan yang turun plus angin yang berhembus sangat kencang membuat kami berlarian kearah bagian dalam kapal. Saat itu kami sama sekali tidak bisa melihat kearah luar. Kami tidak bisa berbuat apa-apa selain berdoa memohon perlindungan kepada Allah SWT.

Syukur Alhamdulillah, berkat ijin Allah, kapal ferry yang memang layak pakai dan petugas yang menjalankan SOP pelayaran dengan benar akhirnya kapal ferry yang kami tumpangi merapat di Dermaga Ujung Surabaya dengan selamat, hanya saja waktu tempuh kami  relatif menjadi lebih lama, yaitu sekitar 2 jam.

Suasana Pelabuhan Ketapang, Banyuwanngi
(Sumber : newkbr.id)

Ketapang (Banyuwangi) – Gilimanuk (Bali)

Rute penyeberangan yang satu ini merupakan rute penyeberangan kapal ferry paling terkenal di Indonesia. Syukurnya, jadwal penyeberangan 24 jam yang dilayani oleh  ASDP Indonesia Ferry ini, telah beberapa kali saya nikmati sensasinya! Hayoooo, kamu sudah berapa kali?

Dari beberapa kali menyeberangi selat Bali, paling banyak saya lakukan pada malam hari atau tepatnya pada tengah malam. Pada jam-jam kritis seperti ini, memang hanya dua pilihan untuk penumpang kapal ferry, melanjutkan tidur setelah naik ke lantai atas kapal atau mengeksplor kapal sampai tingkat atas sekaligus menikmati indahnya kerlap-kerlip bintang dan rembulan (bila sedang muncul) serta dinginnya hembusan angin laut yang berbau khas. Inilah #AsyiknyaNaikFerry selanjutnya.

Suasana dalam kapal ferry Ketapang-Gilimanuk
(sumber : DetikTravel.com)

Selain itu, bagi yang suka fotografi, fragmentasi sekitar yang minim cahaya di sepanjang perjalanan kapal juga menyuguhkan ­angle-angle dramatis yang sangat layak untuk dieksplor lebih jauh, seperti kerlap-kerlip lampu pelabuhan yang semakin lama semakin mengecil atau sebaliknya, atau juga satu-dua kerlip lampu tempel nelayan pencari ikan di kejauhan, begitu juga suguhan langit cerah yang mungkin (jika beruntung) menyajikan hamparan gugusan galaksi yang cantik untuk di abadikan.

Untuk penyeberangan sejauh   3 (tiga) mil laut yang membutuhkan waktu tempuh normal sekitar 30 menit sampai 1 jam di siang hari ini, keasyikannya tentu berbeda dengan yang malam hari, begitu juga fragmentasi alam yang disajikan. Pada penyeberangan kapal ferry siang hari, kita bisa dengan jelas melihat landskap perairan selat Bali yang terkenal dengan arusnya yang kuat secara utuh, lalu-lalang kapal ferry lainnya, aktifitas kapal nelayan dan kita juga bisa melihat dengan jelas manuver kapal ketika berlayar dari maupun menuju ke Gilimanuk, Bali yaitu membentuk jalur seperti busur kearah utara. Inilah #AsyiknyaNaikFerry  

Oya, hampir saja tertinggal, khusus di sekitar kapal ferry yang sandar di pelabuhan Ketapan Banyuwangi ini, jika beruntung kita bisa melihat atraksi anak-anak sekitar pelabuhan yang melakukan atraksi lompat dari kapal untuk mengejar uang yang dilempar penumpang ke arah laut….. Hiiiiii, berbahaya sih atraksi ini! Jadi ngeri-ngeri sedap lho melihatnya!


KRI Karang Banteng 983 ex KFC Serayu
(Sumber:indomiliter.com)

Tanjung Perak (Surabaya) – Tri Sakti (Banjarmasin)

Di akhir tahun 90-an sampai awal yahun 2000-an, transportasi Kapal Ferry Cepat jurusan Surabaya-Banjarmasin PP, sempat menjadi primadona masyarakat baik dari Surabaya menuju Banjarmasin maupun sebaliknya.

Khusus untuk armada kapal ferry cepat (KFC) Serayu yang mampu membawa hampir 1000 penumpang dengan kecepatan maksimal 40 knot (74,08 km/jam) itu, saya punya kenangan khusus dengannya. Kapal inilah yang membawa saya pertama kali bertemu dengan istri saya berikut keluarganya di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. 

Perjalanan saya naik KFC Serayu dari Surabaya menuju Banjarmasin, merupakan perjalanan jarak jauh pertama saya dengan kapal laut. Saya sangat terkesan dengan kapal yang ternyata larinya sangat kencang tersebut.

Saya baru menyadari setelah 4 (empat) jam berlayar atau setelah separuh perjalanan. Ketika waktu Sholat Dhuhur tiba, saya naik ke lantai 2 untuk mencari mushalla, setelah sholat saya mencoba naik bagian paling atas kapal. Dari tempat itu saya baru menyadari ternyata bagian depan pesawat seperti berdiri menerjang ombak layaknya speedboat. Wooooooow! Agak ngeri juga jadinya…he…he… Inilah #AsyiknyaNaikFerry

Interior bagian dalam kapal buatan galangan Kapal Lauzern Jerman, tahun 1998  ini mirip sekali dengan interior dalam pesawat terbang, layanan pramugari juga sangat ramah dan maksimal, konsumsi untuk penumpang juga enak, cukup dan tepat waktu, piranti keselamatan penumpang seperti jaket pelampung juga lengkap tersedia di bawah tempat duduk.

Akhirnya, setelah berlayar sekitar 8 jam perjalanan, akhitrnya kapal merapat di pelabuhan Tri Sakti Banjarmasin yang berada di alur Sungai Barito.

Sayang, Kapal berbahan Alluminium Alloy dengan dimensi  68,8  x 10,4 meter serta bobot 493 metrik ton  yang bodinya mirip kapal pesiar itu sekarang sudah berada di dasar lautan Selat Bali karena ditenggelamkan, setelah masa tugasnya sebagai kapal perang KRI Karang Banteng berakhir (2014), pasca dihibahkan oleh ASDP ke Departemen Pertahanan RI dan di operasikan oleh Armada RI Kawasan Timur yang berpusat di Surabaya (2006).

Sayang ya….. seandainya kapal Karang Banteng 983 (ex KFC Serayu) dijadikan museum, mungkin masyarakat akan lebih mengenal dunia kelautan berikut atribut-atributnya, sehingga gelora semangat untuk mencintai Indonesia dari laut semakin mudah untuk memulainya…..

Pelabuhan Batulicin, Tanah Bumbu
(Sumber : tanahbumbu.merdeka.com)

Batulicin (Tanah Bumbu) – Tanjung Serdang (Kota Baru)

Setelah Kabupaten Kotabaru dimekarkanan menjadi 2 (dua) wilayah yakni Kabupaten Kotabaru (sebagian besar wilayahnya di Pulau Laut) dan Kabupaten Tanah Bumbu (sebagian besar wilayahnya di Pulau Kalimantan) pada tahun 2003. Kegiatan ekonomi 2 (dua) daerah penghasil emas hitam alias batubara ini memang relatif semakin berkembang.

Sampai saat ini, pelabuhan laut masih menjadi satu-satunya penghubung jalur transportasi dari 2 (dua) daerah bertetangga itu. Untuk menyeberang ke Pelabuhan Tanjung Serdang di Kota Baru dari Banjarmasin, bisa melalui Pelabuhan Batulicin.

Disini, selain ada armada sepit (sebutan armada speedboat) juga ada armada kapal ferry yang beroperasi 24 jam milik ASDP Indonesia Ferry. Waktu tempuh untuk menyeberang dari Batulicin ke Pelabuhan Tanjung Serdang sekitar 1 (satu) jam perjalanan. 

Karena saat itu, saya dan rekan membawa sepeda motor, maka pilihan kami adalah naik kapal ferry. Setelah berdoa dan melalui prosesi standar untuk naik kapal ferry, sepeda motor kita bawa masuk ke tempat parkir di lantai 1 (satu) dengan cara di standar tengah. Setelah dirasa aman, kami langsung naik kelantai atas untuk menikmati camilan yang kita bawa dari Batulicin sambil menikmati segarnya udara pagi di selat Pulau Laut.

Berdasarkan pengalaman saya naik kapal ferry di beberapa rute, kualitas interior kapal memang berbeda-beda. Parameter yang paling mudah dilihat adalah wujud penampakan dari “tempat duduk”! Ada yang empuk seperti sofa tapi tidak jarang bertemu dengan kursi yang keras karena telanjang tanpa pelapis. Uniknya ketika hal ini saya tanyakan kepada kru kapal, dengan bercanda si bapak bilang…”Semua tergantung imannya, Mas!” Hi…hi…hi…sepertinya bener juga ya! Inilah #AsyiknyaNaikFerry.

Secara umum, kapal ferry yang saat itu beroperasi seperti KM Gutila, Mahakam Raya, Srikandi Nusantara, dan Truno Joyo masing-masing relatif lebih kecil (kapasitas muatan 20 unit kendaraan roda empat dan 30 unit kendaraan roda dua) dari pada yang beropeasi di jalur rute Surabaya-Madura.

Keunikan trip rute Batulicin ke Pelabuhan Tanjung Serdang, yang menyeberangi selat Pulau Laut, Kotabaru ini adalah banyaknya kapal tug boat yang lalu-lalang menarik tongkang yang sebagian besar mengangkut gunungan batubara atau minyak, tapi kalau sedang beruntung ada juga yang mengangkut alat berat berbagai ukuran. Inilah #AsyiknyaNaikFerry

Pelabuhan Kariangau, Balikpapan
(Sumber : kaltim.procal.com)

Penajam (Paser Utara) – Kariangau (Balikpapan)

Penyeberangan dari Penajam ke kota Balikpapan ini, menyeberangi teluk Balikapapan dengan waktu tempuh sekitar 1 jam perjalanan.

Seperti halnya rute dari Batulicin ke Pelabuhan Tanjung Serdang di Kalimantan Selatan, rute Penajam ke kota Balikpapan, Kalimantan Timur ini, masyarakat juga dilayani oleh  armada sepit (sebutan armada speedboat) dan armada kapal ferry yang beroperasi 24 jam milik ASDP Indonesia Ferry. Bagi armada bus trans Kalimantan berbadan bongsor yang saya naiki dari Banjarmasin ini, tentu tidak ada pilihan selain harus naik kapal ferry.

Rute penyeberangan kapal ferry dari Penajam ke kota Balikpapan ini termasuk rute yang padat, hal ini terlihat dari antrean kendaraan roda 4 (empat) dari arah Kalimantan Selatan yang mengular di pintu masuk pelabuhan. Bis yang saya naiki, sebenarnya sudah sampai di pelabuhan sejak subuh, tapi lebih dari 1 (satu) jam menunggu untuk bisa menyeberang.

Untungnya, sepanjang perjalanan melintasi teluk Balikpapan saya dan seluruh penumpang mendapat suguhan fenomena alam yang luar biasa indahnya, gerimis hujan yang turun pagi itu memunculkan pelangi yang sangat indah menghias langit teluk Balikpapan. Sayang, saat itu belum ada HP berkamera untuk mengabadikan keindahan gradasi warna ciptaan Tuhan itu. Inilah #AsyiknyaNaikFerry.

Kapal Tug Boat Menarik Tongkang Batubara
(Sumber : Tempo.com)

Diteluk Balikpapan ini, hampir mirip dengan perairan selat Pulau Laut, selain kapal ferry, sepit dan kapal nelayan tradisional, juga terdapat banyak kapal tug boat yang menarik tongkang pengangkut Batubara, minyak dan juga alat berat berbagai ukuran.

Selain, suguhan pelangi yang begitu mempesona, pagi itu teluk Balikpapan juga mulai ramai oleh aktifitas para nelayan yang berlalu-lalang. Sambil menikmati sarapan nasi pecel bungkus dan seduhan kopi agak pahit kesukaan saya, akhirnya kapal memasuki muara sungai yang kiri kanannya lebat ditumbuhi pohon bakau dan nipah, sesekali dari kejauhan saya melihat segerombolan bekantan (Nasalis larvatus) si-monyet belanda berhidung mancung sedang berlompatan diantara pepohonan rumbia/nipah. Inilah #AsyiknyaNaikFerry.

Teringat jawaban bernada candaan "semua tergantung imannya mas!" dari salah seorang kru kapal ferry saat berlayar dari Batulicin menuju Tanjung Serdang, Kotabaru saat saya tanya tentang tempat duduk kapal ferry yang berbeda-beda penampakannya,  menurut saya memang inilah #AsyiknyaNaikFerry. 

Seperti yang saya katakan di awal tulisan ini, sensasi perjalanan laut merupakan petualangan yang sesungguhnya! Karena, sepanjang perjalanan merupakan romantika seru yang penuh dengan kejutan-kejutan tak terduga. Selalu Beda Tidak Pernah Sama! 

Masing-masing kapal ferry dan masing-masing rute yang dilayari mempunyai keelokan pesonanya sendiri-sendiri, sedangkan masing-masing penumpang tentu juga akan mendapatkan porsi pengalaman sekaligus rejekinya masing-masing... semua tergantung imannya! he...he,.,,he..... 

Selamat ulang tahun yang ke 45 kepada ASDP Indonesia Ferry semoga visi dan misi perusahaan segera terwujud sehingga semakin memberi manfaat kepada seluruh rakyat Indonesia. Amin....


 Tamat