Sabtu, 07 Oktober 2023

“Terbang Pagi Buta” Menuju Writingthon Jelajahi Sumedang

 
Mentari Pagi Membayang Landasan Pacu Bandara Syamsoedin Noor yang Basah | @kaekaha
 
Cuaca “Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas” dalam beberapa hari di pertengahan bulan Desember ini lumayan agak dingin bila dibanding hari-hari biasanya, karena di sepanjang hari, terutama sejak sore sampai pagi keesokan harinya, sering diguyur hujan dengan intensitas yang rata-rata cukup lebat. 
 
Bahkan pagi buta kali ini (17/12), dalam perjalanan saya dari rumah di Km.7 A. Yani atau kawasan Kertakhanyar menuju ke arah ke Kota Banjarbaru, menuju ke akses terminal baru Bandar Udara Internasional Syamsoedin Noor yang berjarak sekitar 20-an km masih juga dikawani oleh gerimis, bahkan di beberapa lokasi setelah shalat Subuh di Masjid Mujahidin, Gambut, banyak titik yang hujannya lumayan lebat. Alhamdulillah, berkahNya di pagi ini, udara jadi lebih beraihan sueeeegeeeer!!! 
 
Jaga Jarak Saat "Boarding" di Masa Pandemi Covid-19 | @kaekaha
 
Oya, karena ini penerbangan pertama saya di masa Pandemi covid-19 yang “naga-naganya” akan sedikit lebih ribet bila dibandingkan dengan penerbangan di masa aman, makanya saya memilih berangkat lebih awal menuju bandara. 
 
Mungkin karena memang musim penghujan ya kawan! Makanya dalam “aturan main” yang dikirim panitia Writingthon Jelajahi Sumedang kemarin lusa, kita para peserta juga disarankan untuk membawa perlengkapan jas hujan, payung atau mantel/jaket anti air guna mengantisipasi cuaca musim penghujan selama even berlangsung yang basah banget! 
 
Apalagi kita semua tahu, geografi Sumedang yang didominasi oleh dataran tinggi, juga punya curah hujan lumayan tinggi. Nah lho! Sudah gitu, menurut spil dari panitia, lokasi even Writingthon Jelajahi Sumedang ini berada di kawasan Sumedang Selatan. 
 
Lokasinya lumayan ekstrim, di penginapan bergaya resort keren di punggung gunung yang masih dikelilingi hutan dan relatif jauh dari perkampungan penduduk. Pastinya, sering banget hujaaaaaaan dan dingin banget! Hi...hi...hi... 
 
Batik Air Take Off | @kaekaha

Bismillah. Tepat pukul 08.00 WITA, pesawat Batik Air yang menerbangkan saya ke Sumedang via Bandar Udara Soekarno-Hatta, Tangerang, take off juga dengan mulus dari landasan pacu Bandara Syamsoedin Noor meski gerimis pagi masih saja membasahi bumi Banjar, hingga akhirnya setelah sekitar 1,5 jam atau 90 menitan di udara, pesawat akhirnya landing dengan mulus juga di bandar udara terbesar di Indonesia ini. 
 
Setelah keluar dari pesawat dan singgah sebentar di terminal kedatangan, smartphone saya yang baru saja aktif kembali langsung diserbu oleh notif yang masuk dan dua diantaranya dari Mas Mustaqim (sesama alumni Writingthon Asian Games, 2018) dan Mbak Yeni , crew dari Bitread yang selalu bertugas menjemput peserta Writingthon dari luar daerah via Bandara Soetta. 
 
Reunian Sama Mas Mustaqim dari Metro, Lampung | @kaekaha
 
 Setelah konfirm sejenak dengan mereka berdua akhirnya saya langsung keluar terminal untuk bertemu mereka berdua yang sudah saya kenal sejak saya terlibat di dua even Writingthon sebelumnya dan Alhamdulillah, akhirnya saya bisa ketemu lagi dengan Mas Mustaqim yang landing dari Metro-Lampung beberapa jam sebelum saya. Tapi kok nggak ada Mbak Yeni ya!? Malah yang tampak peserta terpilih dari Pasuruan, Neng Darma Anggat yang juga landing beberapa saat sebelumnya.
 
Ternyata Mbak Yeni lagi belanja perlengkapan “jalan” menuju ke Sumedang di minimarket. Excited banget bisa ngobrol ngalor-ngidul melepas kangen lagi dengan mereka semua, nggak lama landing juga Mas Asrul Rizky, dosen berprestasi dari Aceh, peserta terakhir yang kita tungguin sebelum let’s go ke Sumedang. 
 
Eiiiiits...tunggu dulu, kita masih ada Mas Deta Arya Intifada, Kompasianer senior yang juga jurnalis, tapi dia tinggal di Jakarta dan sepertinya tempat tinggalnya satu jalur dengan rute penjemputan dari Bandara, makanya dia nungguin kita di jalanan rute menuju Sumedang. 
 
Makan Siang dan Ishoma di Rest Area | @kaekaha
 
Perjalanan menuju Sumedang via tol lancar jaya! Kita menyempatkan Ishoma alias istirahat sambil sholat dan makan di rest area tol km ... ah saya lupa…di km berapa, api lumayanlah, punggung bisa kembali tegak setelah perut diisi bensin eh... maksudnya diisi nasi! 
 
He...he...he... kalau isi bensin untuk mobil, kita stop sekalian antri di toilet POM bensin ketika hari sudah mulai senja selepas melewati kampus-kampus terkenal di Jatinangor, pintu masuk Sumedang dari arah Bandung dan Jakarta.
 
Isi Bensin. Ada yang Tahu Lokasi SPBU ini!? | @kaekaha
  

Setelahnya, kami langsung menuju penginapan “Kampung Karuhun” di Sumedang Selatan. Sempat Melawati Kota Sumedang yang kami kenali dari tulisan besar “Alun-alun Sumedang” di sudut alun-alun. Ternyata dari sini kami masih terus dan terus menjauh dari kota. 
 
Kami terus menyusuri jalanan perkampungan yang relatif sempit tapi beraspal dengan kombinasi rumah penduduk yang relatif jarang, sawah, hutan dan kadang-kadang tampak jurang dengan sungai-sungai  berair mengalir deras.
 
Aliran Sungai Cihonje | @kaekaha
 
Diiringi senja yang basah oleh rintik hujan, mobil kami masih terus menyusuri tepian hutan dan sepertinya malah menjauh dari keramaian. Bukan lagi menjauh dari keramaian Kota Sumedang, tapi kita menjauh dari keramaian kampung terdekat! 
 
Nah lho... kecurigaan saya dan mungkin teman-teman alumni Writingthon lainnya mulai terjawab. Sepertinya ini jawaban misteri “aturan main” disuruh membawa perlengkapan mandi sendiri. Jangan-jangan...?
 
Hutan di Sekitar Penginapan Tampak Hijau Menyejukkan | @kaekaha
 
Memang diluar kebiasaan dalam even Writingthon, kita peserta diwajibkan membawa peralatan mandi sendiri. Bukannya peralatan ini sudah disiapkan oleh penginapan. Lah pasti ada apa-apanya ini!?

Senja benar-benar hampir berganti malam ketika kami sampai di Kampung Karuhun, resort bergaya villa di punggung gunung yang masih dikelilingi hutan lebat dengan bunyi gareng pung alias tonggeret yang bersaut-sautan dan juga kawanan monyet yang terlihat masih cukup banyak bergelantungan di pepohonan sekitar. Selebihnya sunyi dan sepiiiiiii.
 
Registrasi Peserta Writingthon Jelajahi Sumedang 2020 | @kaekaha

Begitu memasuki area Kampung Karuhun, kami langsung disambut oleh panitia dan diminta langsung untuk registrasi dan mengambil semua kelengkapan atribut yang dikemas dalam totte bag cantik dengan ilustrasi Writingthon Jelajahi Sumedang 2020 dan juga mengisi berkas-berkas yang diperlukan untuk kepentingan akomodasi dan lain-lainnya.

Dari sini kami baru mengetahui, kalau rombongan kami ternyata menjadi yang paling akhir sampai di lokasi. Untuk peserta dari kawasan Sumedang dan sekitarnya sudah masuk camp sejak siang, sedangkan peserta dengan titik jemput di Jakarta tapi non pesawat terbang sudah tiba di lokasi sejak sebelum waktu Ashar tiba.
 
 
Kampung Karuhun | @kaekaha

 Bersabung ke artikel ke-tiga "Malam Pertama" di Writingthon Jelajahi Sumedang

Terima kasih, Semoga bermanfaat

Salam matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan KOMBATAN

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 





 

Sabtu, 24 Juni 2023

Kronika Writingthon Jelajahi Sumedang 2020

Writingthon Jelajahi Sumedang (WJS-2019)

 

Even literasi "super keren" bertajuk Writingthon Jelajahi Sumedang (WJS-2019) ini, kalau tidak salah  merupakan even Writingthon besutan Bitread Publishing yang ke-7, tapi sepertinya menjadi even Writingthon berlevel nasional dengan gaung terbesar ke-3 yang pernah dilaksanakan, setelah Writingthon Asian Games (WAG-2018) dan Writingthon Jelajah Kota Garut (WJKG-2019), tidak heran jika di setiap penyelenggaraannya peserta yang submit karya tulis feature populer sesuai tema yang diperlombakan selalu jauh melebihi target, menurut rilis panitia lebih dari dua ribuan karya! Woooooooow...

Menariknya, even literasi pariwisata dan budaya yang secara resmi berlabel "Writingthon Jelajahi Sumedang" (2020) ini, merupakan even ke-2 setelah Writingthon Jelajah Kota Garut (2019) dari rencana even Writingthon series di berbagai Kota/Kabupaten di Jawa Barat.

Sayang seribu kali sayang, pandemi covid 19 tidak hanya "membuyarkan" rencana Writingthon series saja yang entah kapan akan kembali lagi?  

Writingthon Jelajahi Sumedang yang sejatinya sudah direncanakan dengan matang, juga ikut terkena imbasnya, hingga memunculkan beragam drama yang sungguh sangat unik dan menarik kisahnya. Mau tahu kroniknya? Yuk baca sampai habis ya...


Publikasi even Writingthon Jelajahi Sumedang (WJS) | Bitread.id

Publikasi even Writingthon Jelajahi Sumedang (WJS) hasil kerjasama bitread publishing, pemkab Sumedang, PHRI dan komunitas kreatif lainnya ini bertebaran di berbagai media sosial Bitread.id, pemerintah Kabupaten Sumedang, PHRI dan para pegiat literasi lainnya sejak tanggal 13 Januari 2020.

Mungkin karena saya nggak begitu aktif di medsos, maka baru beberapa hari kemudian saya mendapatkan kabar even ini dari grup perpesanan pemenang Writingthon Jelajah Kota Garut yang baru sebulan sebelumnya diselenggarakan.

Twibbon Writingthon Jelajahi Sumedang | @kaekaha

Karena masih juga belum bisa move on dari keseruan dua even Writingthon yang sebelumnya saya ikuti, Writingthon Asian Games (WAG-2018) dan Writingthon Jelajah Kota Garut (WJKG-2019) plus tidak ingin ketinggalan even yang pendaftarannya hanya dari tanggal 13 Januari sampai 17 Pebruari 2020 tersebut, maka saya langsung merespon kabar baik ini dengan segera mengumpulkan materi tulisan tentang Sumedang.

Akhirnya, saya merilis artikel pertama dengan judul "Negeri Bedil" Cipacing, Etalase Kreatifitas Kelas Dunia di Sudut Kota Tahu Sumedang pada tanggal 29 Januari 2020 di Kompasiana. Kerennya, artikel ini langsung diganjar dengan label Artikel Utama (AU) alias headline lho! Keren kan!

Status AU pada artikel saya jelas menjadi nilai lebih dan membuat saya semakin yakin untuk bisa terbang lagi  Sumedang. 

Info Perpanjangan Masa Pendaftaran | bitread.id

Tepat pada tanggal deadline atau tanggal 17 Pebruari 2020, "drama" Writingthon Jelajahi Sumedang (WJS) dimulai!

Secara mengejutkan, panitia memperpanjang masa pengumpulan karya  atau masa pendaftaran even ini  sampai 28 Pebruari 2020. Waaah kenapa ya, kok tumben sampai diperpanjang? Belum pernah ada lho sebelumnya!

Benar saja, akhirnya tepat pada tanggal 28 Pebruari 2020 jam 24.00 WIB, melalui akun medsos-nya pihak panitia menyatakan masa pendaftaran karya telah ditutup.

Berselang sepekan kemudian atau tepatnya tanggal 7 Maret 2020, akhirnya yang ditunggu-tunggu oleh semua peserta muncul juga! Akhirnya panitia mengumumkan peserta yang lolos seleksi dan berhak mengikuti karantina selama sekitar 4 hari di kawasan wisata Kampung Karuhun, Sumedang Selatan.

Sayangnya dari sekian banyak nama yang ada di dalam daftar pemenang di laman bitread.id, disitu tidak ada namaku. Hadeeeeeh sedih deh jadinya! Tapi ya sudahlah memang belum rejekinya mau gimana....?

 

Tapi, ikut seneng juga ada beberapa teman alumni Writingthon Asian Games (WAG-2018) dan Writingthon Jelajah Kota Garut (WJKG-2019) yang akhirnya juga "mencatatkan namanya dalam sejarah writingthon" dengan lolos di even ini.

Ada Ubaidillah Aceh dan Mustakim Lampung alumni WAG, juga Ferdy  calon sarjana (saat itu) yang alumni dari WJKG. Selain itu ada juga beberapa kolega di Kompasiana alias Kompasianer-Kompasianer keren dan terkenal yang lolos ke karantina ke Kampung Karuhun di Sumedang Selatan, seperti, Detha Arya Tifada dan Adi Nugroho.

Eh...selamat ya sob! Mudahan ada sumur di ladang untuk kita ikut mandi, mudahan ada umur panjang untuk kita bersua lagi...

Goodbye to Writingthon Jelajahi Sumedang (WJS)

Hari berganti hari bulan berganti bulan, saya mulai melupakan Writingthon Jelajahi Sumedang (WJS). Selain karena memang bukan rejeki saya, Writingthon series yang mulai di ekspose jelas menjadi harapan saya kedepannya dan satu lagi,  pandemi covid-19 yang  mulai masuk Indonesia benar-benar mulai menyita perhatian saya.

Pengumuman WJS di Nopember 2020 | bitread.id

Sampai akhirnya pada tanggal 23 Nopember 2020 ada notif masuk dari postingan IG bitread.id yang mengabarkan  seleksi peserta Writingthon Jelajahi Sumedang (WJS) "dibuka lagi", tapi dengan durasi waktu hanya 2 minggu (23/11-05/12), pengumuman pemenang 8/12 dan karantina 10-12/12. 

Kerennya! Kali ini lombanya limited, karena hanya dipilih 5 penulis terbaik saja! Woooooooow! Seketika darah penulis saya langsung bergejolak! 

Lho memangnya Writingthon Jelajahi Sumedang (WJS) yang di awal tahun kemarin batal? Belum terlaksana ya? Atau, atau dan atau ... 

Ah entahlah! Karena tidak ada penjelasan dari panitia, rasa penasaran saya pastinya tidak pernah terjawab! Tapi sebenarnya ini sih nggak penting ya! 

Karena yang terpenting adalah segera nulis feature terbaik tentang Sumedang, lagi dan lagi! Lagian, saya kok yakin ya, kali ini bakalan lolos ke Sumedang, saya merasa ini jawaban doa saya yang dulu! Sekaligus cara Allah SWT membawa saya terbang ke Sumedang!


Tidak pakai lama, saya langsung mengunggah karya feature yang berjudul Senandika Esok Hari, "Mengudap" "Legitnya Madu" Ubi Cilembu di Kota Buludru, Sumedang di kanal Kompasiana pada tanggal 5 Desember 2020 dan Alhamdulillah, artikel ini diganjar label pilihan oleh Kompasia.

Berselang 4 hari berikutnya atau tanggal 9-nya, saya kembali mengunggah artikel feature tentang Sumedang dengan judul Jalan Sunyi "Panahan Kasumedangan" Menolak Punah. Alhamdulillah, untuk artikel yang termasuk langka ini, kurator Kompasiana kembali memberi label Artikel Utama (AU) atau headline

Berbekal 3 artikel keren yang sudah saya submit ke panitia, sekali lagi saya yakin kali ini bakal lolos ke Sumedang!

Pengumuman Perpanjangan Masa Pendaftaran Karya | @bitread.id

Ternyata, drama belum berhenti setelah dua karya saya ikut meramaikan even ini. Tepat tanggal 5/12, panitia kembali memperpanjang durasi waktu pengumpulan karya! Artinya, deadline pengumpulan karya peserta kembali mundur dan diitetapkan paling lambat tanggal 12/12-2020 jam 23.59 WIB.

Jujur sebenarnya saya bingung lho, ada apa dan kenapa ya? Kok penyelenggaraan Writingthon Jelajahi Sumedang (WJS) ini nggak seperti biasanya?

Setelah sepekan menunggu, akhirnya hari yang ditunggu-tunggu datang juga! Kali ini,  5 nama pemenang sebagai peserta tambahan benar-benar diumumkan panitia dan lagi! Namaku tidak ada dalam daftar pemenang!

Pemenang Kuota Tambahan WJS 2020 | Bitread_id

Dari 5 nama pemenang Kuota Tambahan WJS 2020 ini, 3 diantaranya saya kenal, yaitu Andrie Mastiyanto (Kompasianer), Irfal Mujaffar (alumni  WJKG 2019) dan Daniah Arthamevta Putri Hidayah (alumni WAG-Pelajar 2018 dan WJKG 2019).

Ya sudahlah! Berarti memang belum rejeki saya untuk ikut mengeksplor potensi sosial, ekonomi, budaya sekaligus pariwisata di Sumedang dan saya yakin Allah SWT pasti akan memberikan ganti yang lebih baik! Insha Allah...

Setelah hampir saja menyerah dan mengikhlaskan WJS 2020, 2 atau tiga hari berselang secara mengejutkan saya mendapatkan pesan dari panitia melalui media WA yang mengabari sekaligus menanyakan kesediaan saya untuk menjadi peserta pengganti. Woooooow ternyata drama masih berlanjut gaes!

Baca Juga :  Asal-usul Istilah "Hattrick" dan Kisahku "Tentangnya" yang Mengispirasi!

Tanpa pikir panjang, saya langsung menerima penawaran panitia dengan cara langsung mengirimkan biodata serta kelengkapan administratif yang dibutuhkan hari itu juga (seingat saya limit waktunya sebelum jam 7 malam).

Alhamdulillah, semua akhirnya beres dan sejarah sekaligus rekor baru di even Writingthon Insha Allah akan terwujud. Rekor apa itu!? Rekor hattrick alias 3 kali berturut-turut lolos mengikuti even Writingthon level nasional secara berurutan. Keren kan!

Surat Sakti Untuk Terbang | @kaekaha


Sumedang Aku Datang!

Salah satu sisi unik dari even Writingthon yang paling saya sukai sekaligus nikmati adalah momen dan juga kemasan rangkaian aktifitasnya yang tidak pernah sama, selalu berbeda dan selalu memberi  kejutan-kejutan insidental yang menyenangkan!

Begitu juga dengan even WJS 2020 ini. Tidak hanya rangkaian drama di masa seleksi, tapi semuanya! Nggak percaya? Yuk kita lanjut ya...

Karena sekarang sedang dalam situasi pandemi covid-19, maka untuk terbang ke Sumedang dari Banjarmasin, saya juga harus lolos dari kontaminasi covid-19. Untuk itu, saya harus pegang tanda "sehat" itu saat boarding saat mau naik pesawat. 

Alhamdulillah, sehari sebelum terbang atau tanggal 16/12, akhirnya saya mendapatkan juga surat keterangan bebas covid-19 setelah melakukan rapid test di salah satu klinik di Kota Banjarmasin. Itu artinya besok 17/12 Insha Allah saya akan terbang juga ke Sumedang! 

 

Bersabung ke artikel ke-dua  “Terbang Pagi Buta” Menuju Writingthon Jelajahi Sumedang

 

Terima kasih, Semoga bermanfaat

Salam matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!

 

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN







Minggu, 02 September 2018

Hidup Lebih Efektif dan Produktif dengan IoT kreatif


Sepeda GOWES dengan latar belakang siluet Monas yang tetap gagah
(Foto : @kaekaha)

Monas Tetap Manggoda!

Bagi warga Jakarta dan sekitarnya, destinasi wisata Monumen Nasional alias Monas tetap menjadi salah satu tempat favorit untuk mengisi waktu liburan. Selain lokasinya mudah dijangkau dan tarif masuk yang relatif murah, Monas juga terus berbenah untuk memberikan sebentuk destinasi wisata murah, edukatif dan tentunya menghibur bagi seluruh warga Jakarta dan sekitarnya.

Terbaru, pengunjung Monas dimanjakan oleh layanan inovatif berbasis aplikasi internet yang diberi label bike sharing, yaitu layanan peminjaman sepeda gratis untuk berkeliling menikmati landscape taman Monas yang teduh dan menyegarkan. 

Untuk bisa berkeliling monas dengan ratusan sepeda yang  ditempatkan di empat pintu masuk Monas (silang barat daya, silang barat laut, silang tenggara, silang timur laut) dan tiga tempat lain di dalam area taman monas tersebut, pengunjung terlebih dulu harus mendownload aplikasi GOWES dari Play Store atau App Store kedalam smartphone masing-masing. 
Barisan sepeda yang tersusun rapi (Foto : @kaekaha)

Kemudian, pengguna bisa memilih salah satu dari dua tipe sepeda yang tersedia, yaitu model pakai keranjang atau tanpa keranjang. Selanjutnya, pengguna harus memindai QR Code yang terletak di bagian belakang sepeda untuk membuka kuncinya, setelah itu sepeda siap untuk digunakan dengan durasi 1 jam untuk masing-masing pengguna. 

Setelah selesai, pengguna harus menempatkan sepeda di titik parkir yang telah ditentukan dan wajib menggembok sepeda secara manual. Apabila prosedur terakhir tidak dilaksanakan dan terjadi permasalahan dengan sepeda tersebut, maka data pembuka kunci terakhir yang terekam serverlah yang bertanggung jawab. 

Kalau diperhatikan, ada beberapa hal teknis yang menarik terkait kehadiran GOWES di lingkungan Monumen Nasional. Pertama, tidak ada satupun penjaga yang mengawal keberadaan ratusan sepeda berwarna “ngejreng” kombinasi biru dan kuning tersebut. Kedua, pemanfaatan teknologi internet untuk membuka kunci gembok. Lantas, bagaimana cara mengawasi keberadaan ratusan sepeda-sepeda ini!? Bagaimana teknologi internet bisa bekerja untuk kita?  

Menurut keterangan Iwan Suryaputra, Direktur Utama PT Surya Teknologi Perkasa pengelola GOWES,  layanan ini sudah menggunakan Internet of Things (IoT) yang dapat memantau keberadaan sepeda secara real time, termasuk memantau arus pergerakan sepeda dari mana ke mana, hari apa dipakai oleh siapa. Wooow canggih ya!
QR Code aplikasi GOWES (Foto : @kaekaha)

Apa itu IoT!?
Terjawab sudah dua pertanyaan mendasar terkait cara kerja aplikasi GOWES yang nempel pada ratusan sepeda cantik yang sekarang sedang naik daun jadi buah bibir masyarakat Jakarta dan sekitarnya.

Intinya adalah teknologi berbasis internet yang disebut dengan IoT atau Internet of Things, yaitu sebuah teknologi untuk menghubungkan semua perangkat yang ada di sekitar kita dengan jaringan internet, sehingga kita dan antar perangkat tersebut bisa saling berkomunikasi. 
Salah satu aplikasi IoT yang ada di sekitar kita ( Foto : @kaekaha)

Bila kehadiran teknologi internet sejauh ini mempunyai peran penting dalam mempermudah “pekerjaan” manusia, maka kehadiran teknologi IoT ini akan lebih “detail dan spesifik” lagi dalam mempermudah pekerjaan manusia. 

Begini ilustrasinya, jika internet dalam keluarga kita sejauh ini paling banyak dimanfaatkan untuk berkomunikasi dengan sesama manusia, baik dengan keluarga maupun lingkungan sosial melalui berbagai media sosial, maka teknologi IoT tidak hanya bisa membawa manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya saja, tapi juga dengan benda-benda disekitarnya yang telah ditanamkan sensor yang memungkinkan perangkat tersebut selalu aktif dan terhubung melalui jaringan internet yang dapat diakses melalui perangkat smartphone atau komputer/laptop kapanpun dan dimanapun. 
Cara aktivasi aplikasi GOWES (Foto : @kaekaha)

Contoh riilnya ya, aplikasi GOWES yang tertanam pada sepeda-sepeda bike sharing yang terparkir rapi di pintu masuk Monas itu. Inilah jawaban, kenapa sepeda-sepeda itu tetap terparkir rapi di tempatnya meskipun dalam sehari pengendaranya berganti-ganti tiap jam dan hebatnya tanpa satupun penjaga!   

Kedepan, dengan teknologi IoT kita bisa mengendalikan semua peralatan rumah tangga seperti Televisi, CCTV, AC, Kulkas, Lampu bahkan membuka gorden, membuka/menutup/mengunci pintu gerbang atau pintu rumah, mengenali tamu, pengisian air kolam, menyiram tanaman, memberi makan hewan peliharaan, sampai pesawat tanpa awak, mobil tanpa awak dan lain-lainnya kapanpun dan dari manapun kita berada hanya melalui satu alat saja, yaitu smartphone. 

Mungkin, video demo aplikasi Smart Home, aplikasi IoT  buatan bos Facebook, Mark Zuckerberg di tahun 2016 berikut, bisa lebih membuka pandangan dan wawasan kita terhadap lompatan teknologi IoT yang begitu dahsyat. 



Dengan smartphone ditangan, Ia menjadikan rumahnya seperti Jarvis pada film Iron Man yang bisa diperintah dengan suara maupun pesan singkat chatbot

Dia bisa memerintah untuk membuka gorden, mematikan atau menyalakan lampu dan alat-alat elektronik lainnya, bahkan termasuk mengenali tamu yang menunggu di depan pintu, menembakkan baju yang akan dipakai dan membakar roti untuk sarapan! 

Tertarik memasang teknologi IoT di rumah?


Perkembangan IoT di Indonesia

Meskipun di Indonesia, produk teknologi IoT masih belum begitu familiar bagi masyarakat, tapi para pengembang aplikasinya sudah mulai banyak bermunculan dengan berbagai kreatifitas layanan yang diciptakan.  

Berikut beberapa produk IoT hasil karya anak bangsa yang mulai meramaikan pasar teknologi dan bisnis di Indonesia, yaitu :

Qlue, pengembang layanan yang menghubungkan antara pemerintah dengan masyarakat, bentuk inovasi produk smart city berbasis IoT, untuk diterapkan di wilayah perkotaan,  

eFishery adalah alat pemberi pakan ikan otomatis. Alat ini tidak hanya mengotomatisasi pemberian pakan secara terjadwal dengan dosis yang tepat, tetapi juga mencatat setiap pemberian pakan secara real-time

Siramin, merupakan aplikasi penyiraman tanaman dengan kontrol menggunakan aplikasi mobile, baik Windows Phone, Android, maupun via website, 
aplikasi eFishery (Foto : teknologi.metrotvnews.com)

HARA adalah produk IoT yang dikembangkan untuk menangani permasalahan di sektor pertanian dan pangan, khususnya untuk menanggulangi masalah potensi lahan, optimasi pertanian, dan mencegah pertumbuhan hama dan penyakit tanaman,  

Cubeacon memudahkan para pedagang untuk dapat memantau aktivitas para pelanggan, 

DycodeX, menghadirkan layanan editing foto bernama “Jepret”,
  
Hayo, diantara aplikasi IoT diatas, mana yang paling anda butuhkan saat ini!?



IoT dan Kebutuhan Koneksitas Internet 


Memang harus diakui, lompatan teknologi IoT kedepannya akan akan sangat membantu efektifitas dan produktifitas manusia. 

Coba bayangkan, Ketika kita sedang asyik liburan ke Spanyol kita tetap bisa kasih makan dan minum ayam-ayam petelur dikandangnya di daerah Magetan, Jawa Timur sesuai dengan dosis keperluannya, tidak kurang atau lebih! 

Disaat yang hampir bersamaan, kita juga bisa menyiram tanaman sayur-sayuran di kebun belakan rumah di daerah Kandangan, Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan. 

Selain itu, istri minta dilihatkan suasana toko ketika ditinggal ke spanyol, melalui kamera CCTV! 

Inilah salah satu bentuk efektifitas dan produktifitas kehidupan yang terbentuk karena keberadaan aplikasi IoT. Saat nonton Barcelona bertanding di Nou Camp kita bisa tetap melakukan banyak aktifitas penting di tanah air. Keren kan!?

Berbicara IoT, sebagai teknologi berbasis internet tentu kita tidak bisa lepas dari peran internet itu sendiri,  karena internetlah roh atau nyawa dari aplikasi IoT. Tanpa internet maka IoT tidak akan pernah ada!
Tidak semua paket internet kawan-kawan bisa mengakses GOWES (Foto : @kaekaha)

Pengalaman saya dan beberapa rekan dari berbagai daerah yang mencoba layanan bike sharing di Monas seminggu yang lalu, mungkin bisa menjadi gambaran riil bagaimana peran koneksitas internet bagi keberlangsungan sekaligus kebermanfaatan aplikasi IoT bagi kehidupan manusia.

Tepat pada pagi hari selepas subuh tanggal 17 Agustus 2018, saya dan beberapa teman yang berasal dari beberapa daerah di Indonesia yang datang ke Jakarta karena diundang oleh KemenKomInfo untuk menghadiri acara pembukaan Asian Games di GBK, menyempatkan diri jalan-jalan ke Monas dengan jalan kaki dari tempat menginap kami di Hotel Millenium, Jalan Fakhrudin.

Ketika memasuki area Monas dari sudut silang barat daya, perhatian kami langsung tertuju pada deretan sepeda cantik yang diparkir rapi serasi disisi sebelah kiri jalan.  Begitu mengetahui bahwa untuk menggunakan sepeda bike sharing ini harus melalui aplikasi GOWES, semua langsung mengeluarkan senjata alias smartphone masing-masing. 

Kami berangkat dari seluruh pelosok tanah air, kami datang dari Sabang sampai Merauke maka tidak aneh jika smartphone berikut layanan operator seluler kamipun juga beraneka ragam seperti asal kami semua. Apa yang terjadi? 

Tidak semua rombongan kami bisa mengakses layanan bike sharing yang sudah terlanjur menggoda tersebut! Kok Bisa?

Entahlah, diantara kami ada yang gagal mendownload aplikasi GOWES, ada juga bisa connect dan download tapi proses download tiba-tiba diam dan tidak ada progress di tengah jalan, ada juga yang bisa download aplikasi GOWES tapi waktu aktivasi melalui nomor HP, notifikasi angka untuk aktifasi tidak juga nongol meski ditunggu sampai siang hari. Bahkan ada juga yang sudah beres semua, tapi ketika mencoba memindai QR Code tidak berhasil. Pokoknya macam-macam permasalahan yang muncul. 


Disaat semua mulai resah dengan berbagai kegagalan yang muncul, akhirnya ada juga teman yang benar-benar berhasil membuka kunci gembok sepeda sehingga bisa dipakai untuk keliling monas. Apa Rahasianya?

Usut punya usut, ternyata rahasianya sederhana saja! Ternyata dia peserta lokal dari Jakarta dan memakai layanan internet Unlimited Bolt.



Setelah sharing, baru kami memahami kenapa internet teman kami yang asli Jakarta ini lebih cepat mengakses aplikasi Gowes. Katanya, pakai BOLT Lebih Cepat karena tanpa FUP (Fair Usage Policy), kecepatan  download mencapai 3 mbps (mega byte per-second) sedangkan kecepatan upload mencapai 1 mbps. Pantesan bebas lelet...
Tarif Paket Unlimited (Grafis : bolt.id)
Tarif Paket Reguler (Grafis : bolt.id)

Selain itu, paket unlimited ini benar-benar tanpa batasan kuota alias truly unlimited dan dapat di akses selama 24 jam. Jadi pengguna smartphone benar-benar dijamin bebas dari rumit dan khawatir akibat turunnya kecepatan karena FUP. Wooooow!

(Grafis : bolt.id)


Harga starterpack unlimited Prabayar  masa berlaku 30 hari dijual seharga Rp. 109.000 sudah termasuk pajak dan hebatnya lagi bisa di sematkan ke 18 merek smartphone dengan berbagai varian tipe.

(Grafis : bolt.id)
Jadi tunggu apa lagi? Dengan Internet Unlimited Bolt bisa internetan sepuasnya di semua gadgetmu!

Kamis, 30 Agustus 2018

Asian Games 2018, Katalisator Strategis Menuju Indonesia Maju

Asian Games 2018, Jakarta-Palembang (Grafis : breakingnews.co.id)

Etalase Menuju Indonesia Maju !

Pesta olahraga bangsa-bangsa Asia, ASIAN GAMES ke-18 di Jakarta-Palembang akan berakhir dalam tiga hari kedepan. Pesta olahraga terbesar ke-dua di dunia setelah Olimpiade yang pada edisi kali ini mengambil tema Energy of Asia itu, benar-benar berhasil menebarkan pesona Indonesia sebagai Energy of Asia yang sebenarnya! 

Pesona Indonesia sebagai Energy of Asia, ditandai dengan sukses penyelenggaraan dan sukses prestasi yang semakin tampak di depan mata. Dimulai dari Opening Ceremony yang megah, sakral dan full colour menjadikan acara pembuka yang mengambil tema unity in diversity ini sebagai trending topic dunia. Ini penting! Artinya, misi look at me Indonesia melalui Opening Ceremony benar-benar bisa menarik perhatian dunia.



Bagi Indonesia, event Asian Games 2018 layaknya nyala suar di langit malam yang bisa menebarkan gempita Energy of Asia ke seluruh dunia dan hasilnya, dunia memang benar-benar terpana mendapati wajah asli Indonesia yang berbudaya, penuh cinta dan pernuh warna.

Itulah Indonesia, inspirasi Energy of Asia! Energi persaudaraan, perdamaian dan persatuan bangsa-bangsa Asia yang saat ini dipertemukan dan dipersatukan melalui event olahraga dengan label ASIAN GAMES 2018.

Untuk sukses prestasi, tanda-tandanya semakin jelas ketika cabang Pencak Silat mulai memasuki babak final! Diluar dugaan, 14 tambahan medali emas dari Silat melambungkan posisi Indonesia di urutan ke-4 klasemen sementara. Artinya, target emas sudah jauh terlampaui…

Ada lagi? Masih banyak...

Sebenarnya, bukan hanya itu yang didapat Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games 2018 dan Indonesia menyadari betul keuntungan besar yang akan di dapat jika bisa mengambil peran sebagai tuan rumah penyelenggara Asian Games edisi ke-XVIII ini. Tidak hanya pembinaan bidang  olahraga saja, tetapi juga semangat persatuan dan kesatuan, pembangunan infrastruktur, pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan pariwisata, konservasi flora dan fauna serta yang lainnya. Berikut ini rinciannya,  

Peta Republik Indonesia (grafis : nkriweb.blogspot.com)


- Katalisator Persatuan dan Kesatuan Bangsa -

Bangsa dan Negara Indonesia merupakan sebuah analogi dari badan atau tubuh kita. Jika ada bagian tubuh kita yang sakit, maka bagian tubuh yang lain juga akan ikut merasakan sakit berikut dampaknya. Begitu pula sebaliknya, jika ada bagian tubuh kita yang merasakan nikmat, maka tubuh yang lain juga ikut merasakan nikmat. 
Gaung Asian Games di Daerah

Itu juga yang saat ini sedang terjadi! Disaat Kota Jakarta dan Palembang atas nama Indonesia dipercaya menjadi venue dari pesta olahraga bangsa-bangsa Asia yang ke-18. Semua daerah di Indonesia dari Sabang sampai Merauke yang jaraknya ribuan kilometer dari Jakarta maupun Palembang juga ikut merasakan semaraknya euforia Energy of Asia, energi persaudaraan, perdamaian dan persatuan bangsa-bangsa Asia yang dipertemukan dan diimplementasikan melalui event olahraga dengan label ASIAN GAMES 2018. 

Langkah riil pemerintah untuk menggaungkan gelora pesta olahraga bangsa-bangsa Asia ini lebih menggema ke seluruh pelosok tanah air adalah, adanya mandat dari Presiden Joko Widodo kepada beberapa kementerian, salah satunya Kemenkominfo untuk menjaring sebanyak mungkin pemuda dan pemudi dari seluruh pelosok nusantara melalui berbagai lomba berbasis kreatifitas. Mereka dengan kemampuan kreatifitas di bidangnya masing-masing, di ajak bergabung untuk menggemakan gaung Asian Games ke seluruh pelosok Indonesia dan dunia. 

Melibatkan putra-putri terbaik bangsa yang datang dari seluruh pelosok nusantara dalam upaya menggemakan Asian Games ini merupakan ide cerdas sekaligus langkah strategis yang paling tepat, selain menjadi representasi daerah asal mereka tentunya lebih paham teknis dan strategi yang paling dibutuhkan untuk menggemakan Asian Games di daerahnya masing-masing. Sehingga seluruh rakyat Indonesia nantinya mempunyai sense of belonging yang sama terhadap event Asian Games 2018. Disinilah, Asian Games berperan besar menjadi katalisator persatuan dan kesatuan bangsa sebesar indonesia.


Saya dan tim writingthon saat Opening Ceremony Asian Games 2018 (Foto : Sarif Hidayat)
-- Katalisator Pembangunan infrastruktur --
Sejak ditunjuk sebagai tuan rumah oleh Komite Olimpiade Asia pada September 2014, pemerintah secara serius langsung tancap gas mempersiapkan melengkapi serta menyempurnakan berbagai infrastruktur yang diperlukan guna pelaksanaan Asian Games yang tersebar di tiga Propinsi, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat dan Sumatera Selatan. 

Pemerintah menunjuk Kementerian PUPR untuk mengerjakan pembangunan/renovasi sarana dan prasarana pertandingan cabang olehraga beserta infrastruktur pendukung event Asian Games.


Gelora Bung Karno (Grafis/Foto : @KemenPUPR)
Saat ini di Kompleks Gelora Bung Karno (GBK) Senayan terdapat 14 venue hasil dibangun/direnovasi, dengan 7 paket pekerjaan yang mencakup Stadion Utama (AG 1), Fasilitas Latihan (AG 2), Stadion Renang (AG 3), Lapangan Hoki, Panahan dan Sepakbola ABC (AG 4), Istora Senayan (AG 5), Stadion Tenis Indoor dan Outdoor (AG 6), serta Stadion Madya, Gedung Basket, Lapangan Softball dan Baseball (AG 7).

Kegiatan penataan kawasan GBK merupakan upaya menata dan membangun kembali “kejayaan” kawasan GBK sebagai warisan utama Ruang Terbuka Hijau dan Kawasan Olahraga Kota Jakarta. Upaya ini dicapai dengan langkah-langkah untuk mewujudkan peningkatan kualitas fungsi, kualitas visual, dan kualitas lingkungan komponen-komponen pembentuk Kawasan Gelora Bung Karno. Menurut Presiden Joko Widodo, "Kita membangun infrastruktur itu untuk kepentingan kemajuan bangsa kita di masa depan.”



Superstore Asian Games 2018 menjual pernik karya anak bangsa (Foto : @kaekaha)

--- Katalisator Pertumbuhan ekonomi & Pariwisata ---

Menurut Ketua KADIN Rosan P. Roeslani, Asian Games 2018 sangat mendukung perkembangan iklim usaha di Indonesia, karena semua terlibat! Mulai dari perusahaan kecil sampai besar terlibat. Hal ini tentunya akan mendorong daya beli/konsumsi di masyarakat Indonesia dan akan berdampak sangat signifikan pada pertumbuhan ekonomi, termasuk juga mendorong terciptanya lapangan kerja baru.

Menurut Bappenas, Total dampak langsung Asian Games terhadap perekonomian DKI Jakarta mencapai Rp22 triliun yang terdiri dari investasi kontruksi Rp13,7 triliun, operasionalisasi penyelenggaraan Rp. 5,8 triliun dan pengeluaran pengunjung Rp. 2,6 triliun.

Antusias masyarakat membeli souvenir produk anak bangsa (Foto : @kaekaha)

Sedangkan, total dampak langsung terhadap perekonomian Sumatera Selatan mencapai Rp18,5 triliun yang terdiri dari investasi kontruksi Rp15,4 triliun, operasionalisasi penyelenggaraan Rp2,1 triliun dan pengeluaran pengunjung Rp968 miliar. Bappenas memproyeksikan pengunjung yang hadir ke Palembang selama kegiatan Asian Games dapat mencapai 175.029 orang yang terdiri atas 66.029 wisatawan mancanegara dan 108.999 wisatawan nusantara.

Perhitungan ala Bappenas diatas, memang bersifat prediktif. Tapi, kalau berkaca pada pengalaman faktual dari keberhasilan Thailand dan Korea Selatan yang berhasil mendapatkan surplus pasca menjadi tuan rumah event Asian Games 1998 dan 2002, sepertinya bukan hal yang mustahil Indonesia memang benar-benar bisa mendapatkan keuntungan yang maksimal, seperti Thailand dan Korea Selatan yang masing-masing mendapatkan surplus 300 dan 670 miliar. Wooow!

Infrastruktur dibangun untuk kemajuan bangsa kita (Grafis : @kemenPUPR)

Khusus untuk Indonesia, pemerintah harus bisa memastikan bahwa belanja modal untuk Asian Games 2018 benar-benar “berposisi” sebagai investasi yang memberikan keuntungan untuk jangka panjang. Jangan sampai berbagai infrastruktur yang telah dibangun, pasca Asian Games 2018 terbengkalai tidak terurus.

Mengenai krisis yang dialami Brazil dan Yunani pasca menjadi tuan rumah Olimpiade, memang tidak serta merta juga menjadi mimpi buruk bagi Indonesia. Penjelasan yang mungkin masuk akal adalah Pondasi ekonomi Indonesia saat ini jauh lebih kuat dan aman bila dibandingkan dengan Yunani tahun 2004, karena rasio utang dengan PDB Indonesia jauh lebih baik. Selain itu, pemerintahan Indonesia saat ini juga tidak mengalami krisis kepercayaan seperti yang dialami Brazil sesaat sebelum menjadi host event. Bahkan dari euforia yang muncul di masyarakat, menegaskan dukungan kuat untuk pemerintah dalam upayanya menjadi tuan rumah Asian Games 2018.


---- Katalisator Strategis Menuju Indonesia Maju ----

Pemerintahan Presiden Joko Widodo yang menjadi “pelaksana” penyelenggaraan Asian Games 2018, telah memulai mempersiapkan ubarampe penyelenggaraan Asian Games edisi ke-18 ini sejak tahun 2015 seiring dengan tahapan kebijakan tahun pertama duet pemerintahan “Jokwi-JK”  untuk meletakkan pondasi pembangunan nasional yang kokoh melalui transformasi fundamental perekonomian dan meletakkan kembali paradigma Indonesia-sentris, yaitu pembangunan secara menyeluruh di seluruh pelosok tanah air.

Rencana Penampakan Stadion Papua Bangkit Bukti Pembangunan Indonesia Sentris
(Grafis/Foto : skyscrapercity.com)

Pada tahun kedua, pemerintah mendorong percepatan pembangunan nasional, baik pembangunan infrastruktur fisik, peningkatan daya saing dalam mengejar ketertinggalan dengan negara lain, maupun melakukan percepatan deregulasi ekonomi melalui berbagai Paket Kebijakan.

Tahun ketiga, difokuskan pada pemerataan bagi seluruh rakyat Indonesia. Memasuki tahun keempat fokus pada penguatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dengan pondasi yang sudah dibangun sejak awal pemerintahan.


Kemegahan Opening Ceremony  (Foto: Antara/INASGOC/M Agung Rajasa)

----- Katalisator Perdamaian Dunia -----

Bagi Indonesia, event Asian Games 2018 Jakarta-Palembang layaknya nyala suar di langit malam yang bisa menebarkan pesan look at me! Energy of Asia ke seluruh dunia.  Sebagai event olahraga terbesar kedua setelah Olimpiade, Asian Games berpotensi menjadi magnet yang kuat untuk menarik perhatian dunia. 

Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan emas ini, Indonesia melalui INASGOC menerjemahkan secara cerdas  kesempatan langka ini dengan dahsyatnya kemegahan artistik Opening Ceremony yang benar-benar menjadi trending topic dunia. 
Defile kontingen Taiwan (Foto : INASGOC/Jefri Tarigan)

Dunia benar-benar melihat Indonesia, dalam bentuk aslinya yang penuh dengan warna keberagaman tapi tetap bisa hidup damai dalam satu ikatan yang menginspirasi Asia dan Dunia! Inilah Indonesia! Inilah Energy of Asia yang sesungguhnya.

Fakta keragaman dan kedamaian Indonesia yang menjadi inspirasi utama tagline ”Energy of Asia”, merupakan soft power diplomacy Indonesia sebagai negara yang mempunyai haluan politik luar negeri “bebas aktif”, termasuk berinisiatif untuk ikut menjaga perdamaian dunia, khususnya  melalui event olahraga.
Defile kontingen Korea (Foto : inilah.com)

Hasilnya, cukup mengejutkan! Saat defile atau pawai atlit beserta oficial, salah satu moment paling menarik perhatian adalah munculnya kontingen Korea tanpa embel-embel Selatan/Utara. Mereka berjalan bersama dengan memakai seragam dan bendera yang sama. Ini baru terjadi di Indonesia.