Sebagian besar
wilayah Ibu Kota Propinsi Kalimantan Selatan ini merupakan dataran rendah
bahkan posisi daratannya 60cm dibawah permukaan laut. Unik bukan? Ada
sebuah Kota yang rata-rata
ketinggian daratannya di bawah permukaan air laut? Hal inilah yang menyebabkan sebagian besar wilayah Kota Banjarmasin berupa lahan basah atau rawa-rawa
yang selalu digenangi air. Kalau di lihat dari udara, wilayah Kota Banjarmasin seperti
sekumpulan pulau-pulau kecil yang disatukan oleh liukan sungai-sungai besar
maupun kecil yang begitu banyak jumlahnya.
Kondisi alam Kota Banjarmasin
yang didominasi oleh rawa-rawa dan sungai inilah yang menjadi, titik awal
terbentuknya budaya air/sungai di Kota Banjarmasin. Sungai dan rawa-rawa telah
menjadi urat nadi bagi kehidupan masyarakat Kota Banjarmasin dan sekitarnya. Wujud
nyata budaya sungai yang sampai detik ini masih eksis dan bisa dinikmati adalah keberadaan pasar
terapung “alami” di Muara Sungai Kuin dan Lok Baintan yang sekarang menjadi
ikon pariwisata terpenting di Kota Banjarmasin dan Kalimantan Selatan. Pasar
terapung “alami” merupakan salah satu produk dari budaya sungai khas Kota
Banjarmasin yang tidak akan bisa ditemukan di daerah lain di belahan bumi
manapun. Dengan menggunakan jukung/kelotok (sejenis perahu kecil bermesin tempel), selepas
subuh para pedagang dan pembeli melakukan transaksi di atas air dengan
ditingkahi riak-riak ombak sungai. Uniknya lagi sebagian besar transaksi di
sini awalnya dilakukan secara “barter” tanpa uang sepeserpun. Tapi seiring
dengan meroketnya pamor pasar terapung sejak djadikan ID station salah satu TV swasta nasional di awal 90-an yang
ditandai dengan banyaknya turis dan wisatawan lokal maupun mancanegara yang
datang untuk melihat dan berinteraksi secara langsung, proses transaksi “barter”
mulai bergeser menjadi transaksi menggunakan uang tunai. Transaksi barter akhirnya terbatas hanya untuk sesama
pedagang saja. Pergeseran tidak hanya terjadi pada alat dan proses transaksinya
saja. Barang-dagangan yang dibawa oleh pedagang juga semakin beraneka rupa.
Jika awalnya hanya hasil alam seperti buah-buahan, sayuran dan ikan-ikan sungai
sekarang berkembang menjadi semakin lengkap,
mulai dari sembako, mainan anak-anak bahkan berbagai kuliner khas suku
Banjar seperti soto Banjar, wadai
(kue) khas Banjar dll. Berinteraksi dengan pedagang dan pembeli lain yang
rata-rata menggunakan bahasa Banjar dari atas kelotok yang ditingkahi riak
ombak sungai akan memberi sensasi dan pengalaman menakjubkan yang tidak akan
terlupakan seumur hidup. Unik, tidak biasa dan sensasional!


Selain Soto Banjar yang sudah
banyak dikenal, Kota Banjarmasin sebenarnya masih mempunyai banyak produk
kuliner yang sangat layak untuk dicoba dan kalau perlu dijadikan sebagai oleh-oleh untuk keluarga di dirumah. Salah satu diantaranya adalah
wadai-wadai khas Banjar yang terkenal dengan citarasa manis legit. Sebut saja bingka
barandam, lam, bingka kentang, pais pisang, kelelepon buntut, tapai gambut,dll Sudah menelan ludah….? Ha…ha…ha….ini belum
seberapa! Karena kalau merasakan wadai-wadai aslinya pasti akan nambah, nambah
dan nambah lagi menelan ludahnya…….
Inilah Kota Banjarmasin, Venesia
dari bagian selatan Pulau Kalimantan yang tidak cukup sehari dua hari untuk meng-eksplorasi
sensasi keunikannya…..lebih lama singgah di Banjarmasin
akan lebih sensasional perjalanan kita! Yuk jalan-jalan ke Banjarmasin !