LONTONG BALAP made in BANJARMASIN
Bagi masyarakat Jawa Timur, kuliner khas dari Kota
Lamongan Tahu Campur tentu sudah tidak asing lagi. Kuliner berkuah kaldu
tetelan/urat daging sapi yang selalu terlihat ramai di piring ini dibuat dari
beberapa campuran bahan, seperti tetelan daging sapi, tahu goreng, perkedel
singkong (sebagian menyebutnya lentho), taoge atau kecambah mentah, selada air
mentah, mi kuning dan kerupuk udang yang ditaruh diatas bumbu petis, bawang
goreng yang di lumatkan dan sambal (jika suka pedas), sebagian lagi ada yang
menambahkan irisan lontong didalamnya.
Memperhatikan cara menyajikan Tahu Campur dari awal
sampai siap untuk dihidangkan dan disantap, merupakan keasyikan tersendiri.
Pertama-tama, siapkan bumbu utama di dalam piring sajian. Bawang putih goreng
dilumatkan diatas piring dengan menggunakan sendok, setelah itu diatas piring
dituang petis udang secukupnya (wujud fisiknya seperti pasta berwarna hitam
kecoklatan dengan bau khas penggugah selera yang merupakan inti dari bumbu Tahu
Campur). Selanjutnya adonan diberi sedikit kuah kaldu untuk mengencerkan dengan
cara diaduk-aduk menggunakan sendok. Kalau menginginkan citarasa pedas, pada
adonan bisa langsung ditambah dengan sambal sesuai selera.
Kedua, setelah adonan bumbu siap, tambahkan kedalam
piring bahan-bahan lainnya seperti mie kuning, taoge/kecambah, irisan besar
daun selada mentah, irisan tahu goreng dan perkedel singkong/lentho. Kemudian
siram dengan kuah kaldu tetelan/urat daging sapi berikut tetelannya baru
diatasnya diberi kerupuk udang. Hmmmmm baunya yang khas dijamin membuat liur
menetes......
Lontong Balap khas Surabaya olahan Cak Di
LONTONG BALAP made in BANJARMASIN
Menurut kolega yang asli Surabaya semasa tinggal di
Sidoarjo antara tahun 2000-2005, sejarah asal-muasal penamaan kuliner
"Lontong Balap" berasal dari perilaku pedagang kuliner ini ketika
menyongsong penumpang kereta api yang baru turun di Stasiun Wonokromo Surabaya
yang saling berlari/balapan dengan sesama pedagang lainnya lengkap dengan
dagangan yang dipikul. Lama-kelamaan kuliner yang mereka jajakan di beri nama
masyarakat dengan Lontong Balap.
Kuliner Lontong balap sedikit berbeda dengan Tahu
Campur. Meskipun sama-sama berkuah kaldu dan tambahan bumbu utama petis
udang, bahan pelengkap kuliner Lontong balap tidak seramai Tahu Campur. Bahan
pelengkap menyajikan Lontong Balap hanya teridiri lontong, taoge segar dan
lentho singkong yang digoreng kering. dari segi proses penyajiannya relatif
tidak berbeda dengan Tahu Campur.
FAKTA SOSIOLOGI KULINER TAHU CAMPUR DAN LONTONG
BALAP
Di berbagai kota di Pulau Jawa, khususnya di Jawa Timur. 2 (dua)
kuliner yang mempunyai citarasa khas pesisir dengan bumbu utama berupa petis
udang ini masih mudah dijumpai. Baik yang sudah manggon (menetap) maupun yang
menjajakan dengan cara berkeliling pakai gerobak. 2 (dua) kuliner dari Jawa
Timur ini berasal dari daerah yang berbeda, tahu campur dari Lamongan dan
lontong balap dari Surabaya. Dua daerah ini sama-sama berada di pesisir utara
Jawa Timur. Jadi wajar kalau kedua kuliner tersebut mempunyai citarasa dan
kelezatan yang kampir serupa, karena sama-sama menggunakan bumbu utama petis
udang, salah satu hasil olahan hasil laut khas masyarakat pesisir.
Meskipun mempunyai beberapa kesamaan, yaitu sama-sama
menggunakan bumbu utama petis udang dan sama-sama daerah pesisir utara Jawa
Timur, tapi karena berasal dari dua daerah yang berbeda, Tahu Campur dari
Lamongan dan Lontong Balap dari Surabaya, maka 2 (dua) kuliner ini biasanya
dijual oleh penjual yang berbeda dan dilokasi yang berbeda juga.
Biasanya 2 (dua) kuliner ini dijual secara single
fighter. Artinya pedagang hanya menjual satu jenis kuliner saja Tahu Campur
atau Lontong Balap saja, terutama untuk pedagang keliling. Sedangkan untuk
pedagang yang manggon, kadang-kadang (walaupun sangat jarang) ada juga
yang menyelipkan kuliner lainnya yang biasanya berasal dari daerah yang sama.
Misalkan, Tahu Campur dengan Soto Ayam yang sama-sama dari Lamongan,
sedangkan Lontong Balap dengan Kupang Lontong, kuliner khas
tetangga Kota Surabaya, Sidoarjo yang kebetulan juga berbumbu dasar berupa
petis udang.
Khusus pedagang yang menjajakan 2(dua) kiliner ini
dengan berkeliling, masing-masing mempunyai keunikan dan kehasan
sendiri-sendiri. Untuk pedagang Tahu Campur, mudah dikenali dari model gerobak
dan bentuk dandang yang dipakai untuk wadah kuah kaldu tetelan/urat daging sapi
yang ditaruh di ruas bagian depan gerobak. Biasanya, penjaja keliling ini
menulis identitasnya dengan sticker warna ngejreng kuning/merah
dengan huruf ukuran besar ditempel pada kaca atau lambung gerobak, bertuliskan
"Tahu Campur Lamongan". Mereka masih mudah dijumpai, terutama di
daerah Surabaya dan sekitarnya serta daerah tapal kuda yang dimulai
dari Kota Pasuruan kearah timur sampai Kota Jember dan sekitarnya.
Sementara untuk pedagang Lontong Balap, biasanya tidak
memakai gerobak dorong untuk keliling menjajakan dagangannya tapi menggunakan
pikulan. Hanya saja, sepertinya sekarang sudah sangat langka bahkan mungkin
memang sudah tidak ada yang berjualan Lontong Balap dengan cara berkeliling.
TAHU CAMPUR DAN LONTONG BALAP DI BANJARMASIN
Berbeda dengan di daerah asalnya Jawa Timur, bukan perkara mudah untuk mendapatkan kuliner yang satu ini di Kalimantan Selatan, bahkan di ibu kota propinsi seperti Kota Banjarmasin sekalipun yang selama ini dikenal banyak masyarakat pendatang dari Pulau Jawa, termasuk dari Jawa Timur.
Sejauh ini, saya menemukan ada 2 (dua) titik penjaja
kuliner Tahu Campur di Kota Banjarmasin yang masih eksis, yaitu di Jalan Jafri
Zam-Zam daerah Teluk Dalam dan "Tahu Campur Cak di" yang biasa
mangkal di dua tempat berbeda tiap harinya. Pagi antara jam 10.00-14.00 WITA
mangkal di seberang Masjid Asy Syafaat di Jalan Kuripan dan setelahnya antara
jam 14.00-22.00 WITA mangkal di Jalan A.Yani Km. 2,5 atau di depan gang SD
Muhammadiyah 9 dekat kantor PDAM Bandarmasih, Banjarmasin. Sebenarnya, dulu
sekitar 4 (tiga) tahun yang lalu ada satu lagi penjaja kuliner Tahu Campur
Lamongan di daerah bundaran Kamboja, Kota Banjarmasin. Sayangnya sejak lahan
Kamboja disterilkan dari pedagang kaki lima karena proyek pembangunan kawasan
terbuka hijau Kamboja beberapa tahun yang lalu, pedagang kaki lima yang yang
biasanya mangkal di sekitar Kamboja akhirnya terdiaspora ke berbagai daerah di
Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, termasuk si pedagang kuliner Tahu
Campur.
Spanduk "Tahu Campur & Lontong Balap Surabaya" Cak Di
Berbeda dengan penjaja kuliner Tahu Campur di Surabaya dan Jawa Timur umumnya yang biasa menulis "Tahu Campur Lamongan" sebagai identitas, Cak Di lebih memilih menuliskan "Tahu Campur dan Lontong Balap Surabaya ". Ada beberapa alasan yang mendasari hal ini.
Pertama,
Cak di memang tidak hanya menjajakan Tahu Campur saja layaknya penjaja Tahu
Campur di daerah asalnya, tapi juga menjual beberapa sajian kuliner asli Jawa
Timur lainnya yang kebetulan khas dari Surabaya, yaitu "Lontong
Balap", sate cingur (mulut sapi) dan sate kerang. Karena itulah label
"Lamongan" sengaja diganti dengan label "Surabaya". "Biar lebih luas cakupan makna
wilayahnya" kata Cak Di.
Kedua,
menurut Cak Di dengan menulis "Surabaya" beliau beranggapan akan mewakili Jawa Timur
yang lebih luas (Majas Sinekdok pars pro toto). Beliau yakin
dengan strategi ini, segmen kuliner Tahu Campur dan Lontong Balap yang
dijualnya akan semakin luas mengikat batin dan selera rasa semua masyarakat
Banjarmasin, terutama yang pernah berhubungan dengan Jawa Timur, bukan hanya
orang Lamongan dan Surabaya saja.
Hipotesa Cak Muradi, nama lengkap pria asli kelahiran
Tulangan, Sidoarjo yang besar di daerah Darmo Surabaya ini sangat beralasan dan
terbukti tepat, maklum sudah berjualan Tahu Campur di Banjarmasin lebih dari 15
tahun dengan lokasi berpindah-pindah. 80% pelanggan yang menyambangi gerobaknya
memang masyarakat Banjarmasin dengan latar belakang dari berbagai daerah di
Jawa Timur atau paling tidak orang yang pernah berhubungan dengan Jawa Timur,
seperti pernah sekolah/kuliah di Jawa Timur, tugas kerja/dinas di Jawa Timur
ada pula karena suami/istri orang Jawa Timur sehingga ikut-ikutan kesengsem
dengan kuliner dari Jawa Timur.
Seperti sore itu, saya yang kebetulan sedang asyik
menikmati racikan Tahu Campur sambil membolak-balik info pariwisata dari majalah Pesiar Citymag milik pelanggan Cak Di yang ketinggalan di meja, melihat pasangan suami istri yang masih memakai
seragam dinas duduk di kursi kayu sederhana dihadapan saya. Dari bahasa
komunikasi yang dipakai jelas terlihat si Bapak yang medok Jawanya (dari
logatnya terlihat dari daerah Jawa Timur bagian barat seperti Madiun, Magetan,
Ngawi, Ponorogo atau Pacitan) dan si Ibu yang kental logat Banjar pahuluan
(Logat Bahasa Banjar Hulu/Daerah Banua Lima, yaitu lima daerah di utara
Kalimantan Selatan yang meliputi Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu
Sungai Utara, Tabalong dan Balangan) mereka memesan masing-masing sepiring Tahu
Campur dan sepiring Lontong Balap. Usut punya usut setelah ngobrol dengan
mereka, benar juga dugaan saya si Bapak asli dari Ponorogo kota reog
sedangkan si Ibu asli dari Alabio, Hulu Sungai Utara. Mereka bertemu saat
sama-sama kuliah di Universitas Jember Jawa Timur dan akhirnya menetap di Banjarmasin sejak diterima sebagai PNS di Kalimantan Selatan.
Sate Kerang dan Sate Cingur , menu pelengkap makan Tahu Campur & Lontong Kupang.
Menurut Cak Di, menjual kuliner khas Jawa Timur yang
sekarang menjadi "sawah dan ladangnya" sejak merantau ke Banjarmasin,
memberinya banyak pengalaman menakjubkan yang tak terduga. Gerobak jalanan
beserta seperangkat meja kursi kayu sederhana yang selama ini menjadi teman
sekaligus rekan kerjanya berjualan Kuliner Tahu Campur dan Lontong Balap telah memberinya
penghasilan cukup untuk keluarga dan mempertemukannya dengan banyak
saudara dan keluarga baru di tanah rantau, tanah seberang Kalimantan Selatan.
Tidak hanya itu, bahkan tidak terhitung sudah berapa jumlah kawan lama, saudara
jauh bahkan "mantan" lama yang dipertemukan lagi di meja dan kursi
kayunya yang sederhana itu..... so sweeeet!
Jadi untuk saudara-saudara dan teman-teman masyarakat
Jawa Timur atau siapa saja yang ingin merasakan sensasi travelling ke
Kalimantan Selatan berikut sajian wisata kulinernya, jangan kuatir tidak ada
kuliner nikmat "bercita rasa" khas Jawa Timur dengan harga merakyat plus
sensasi jalanan Kota Banjarmasin,
Kalimantan Selatan yang “ngangeni, karena gerobak Kuliner "Tahu
Campur dan Lontong Balap Cak Di" siap menjamu anda semua dengan sajian
nikmat bercita rasa khas Jawa Timur, simak info lengkapnya di majalah pariwisata paling keren Pesiar Citymag ....Monggo pinarak!