Nenek Moyangku Seorang Pelaut
Naik
kapal laut, apapun bentuk, jenis, nama dan ukurannya selalu memberikan
pengalaman seru yang tidak mudah untuk dilupakan, apalagi bagi orang-orang yang
lahir dan dibesarkan jauh dari lautan seperti saya!
Kalau
mengingat luas laut Indonesia yang mencapai 3,25 juta km2 atau
sekitar 60% dari total luas seluruh wilayah Indonesia, rasanya kok rugi ya kita
pemilik laut terbesar di dunia, kok belum pernah naik kapal laut apalagi kapal ferry.
Masih
ingat dengan lagu tentang nenek moyangku seorang pelaut? Lagu gubahan Ibu Sud
ini merupakan dokumentasi dari realitas nenek moyang kita yang sejak dulu
memang telah dikenal sebagai pelaut-pelaut ulung yang cakap dan tangguh
menyeberangi samudera. Hayooo, sudah berapa samudera yang kalian sebera….. Eh,
maaf!…maksudnya sudah berapa kali naik kapal laut!?
Sampai
saat ini, baru 5 (lima) rute kapal ferry milik ASDP
Indonesia Ferry yang pernah saya
naiki, yaitu :
Pertama, Surabaya (Ujung) – Madura (Kamal) (PP)
Kedua, Banyuwangi (Ketapang) –Bali (Gilimanuk) (PP)
Ketiga,
kapal ferry cepat Surabaya (Tanjung Perak) – Banjarmasin (Tri
Sakti) (P)
Keempat,
Batulicin-Kotabaru (Kalimantan Selatan) (PP)
Kelima,
Penajam Paser Utara-Balikpapan (Kalimantan Timur) (PP)
Padahal
total rute perjalanan kapal ferry yang dikelola ASDP
Indonesia Ferry lebih dari 200
perjalanan lho! Woooow! Artinya rute yang saya naiki belum sampai 2% -nya dong….
Hiks! Jadi malu sama nenek moyang kita yang pelaut, apalagi sama kakek moyang
kita ya…???? He…he…he….
Romantika Naik Kapal Ferry (Sumber : www.borneonews.co.id) |
Ujung (Surabaya) – Kamal (Bangkalan, Madura)
Ketika
pertama kali naik kapal ferry yang membawa saya dan kawan-kawan dari Pelabuhan
dermaga Ujung Surabaya menuju Pelabuhan Kamal Madura dengan waktu tempuh
sekitar 1 (satu) jam, saya benar-benar merasakan pengalaman baru yang sangat
luar biasa.
Tidak
hanya mengerti bagaimana sirkulasi peran truk-truk pengangkut beras tujuan
berbagai daerah di Madura yang baru saja masuk kapal dengan membawa beras dari
daerah Madiun dan sekitarnya yang dikenal sebagai lumbung padinya Jawa Timur,
tapi juga bisa melihat aktifitas beberapa kapal perang milik TNI AL dan kapal layar
latih milik Akademi Angkatan Laut yang sedang sandar di pelabuhan, selain itu
juga ada juga kapal-kapal dagang dari berbagai daerah sedang lego jangkar,
bahkan terlihat juga kapal pesiar mewah berbendera asing.
Di
sepanjang jalur pelayaran yang kami lewati
kami juga sering berpapasan dengan kapal-kapal nelayan berbagai ukuran sedang
lalu lalang di atas riak gelombang. Luar biasa dinamikanya! Inilah salah satu
#AsyiknyaNaikFerry.
Untuk
jalur balik dari Pelabuhan Kamal menuju Dermaga Ujung Surabaya yang kita ambil
pada sore harinya, pengalaman seru lainnya juga telah menunggu kami. Sore itu, kami
naik kapal ferry yang berbeda dengan yang kami tumpangi saat berangkat menuju
Madura.
Sore
itu, sepertinya kawasan Surabaya, selat madura dan sekitar Bangkalan sedang
dilanda hujan lebat yang disertai petir dan angin kencang. Saat itu,
kekhawatiran jelas terlihat di wajah semua penumpang, termasuk saya.
Karena
derasnya curah hujan yang turun plus angin
yang berhembus sangat kencang membuat kami berlarian kearah bagian dalam kapal.
Saat itu kami sama sekali tidak bisa melihat kearah luar. Kami tidak bisa
berbuat apa-apa selain berdoa memohon perlindungan kepada Allah SWT.
Suasana Pelabuhan Ketapang, Banyuwanngi (Sumber : newkbr.id) |
Ketapang (Banyuwangi) – Gilimanuk (Bali)
Rute
penyeberangan yang satu ini merupakan rute penyeberangan kapal ferry paling
terkenal di Indonesia. Syukurnya, jadwal penyeberangan 24 jam yang dilayani
oleh ASDP
Indonesia Ferry ini, telah beberapa
kali saya nikmati sensasinya! Hayoooo, kamu sudah berapa kali?
Dari
beberapa kali menyeberangi selat Bali, paling banyak saya lakukan pada malam
hari atau tepatnya pada tengah malam. Pada jam-jam kritis seperti ini, memang
hanya dua pilihan untuk penumpang kapal ferry, melanjutkan tidur setelah naik
ke lantai atas kapal atau mengeksplor kapal sampai tingkat atas sekaligus
menikmati indahnya kerlap-kerlip bintang dan rembulan (bila sedang muncul)
serta dinginnya hembusan angin laut yang berbau khas. Inilah #AsyiknyaNaikFerry
selanjutnya.
Suasana dalam kapal ferry Ketapang-Gilimanuk (sumber : DetikTravel.com) |
Selain
itu, bagi yang suka fotografi, fragmentasi sekitar yang minim cahaya di
sepanjang perjalanan kapal juga menyuguhkan angle-angle
dramatis yang sangat layak untuk dieksplor lebih jauh, seperti
kerlap-kerlip lampu pelabuhan yang semakin lama semakin mengecil atau
sebaliknya, atau juga satu-dua kerlip lampu tempel nelayan pencari ikan di
kejauhan, begitu juga suguhan langit cerah yang mungkin (jika beruntung)
menyajikan hamparan gugusan galaksi yang cantik untuk di abadikan.
Untuk
penyeberangan sejauh 3 (tiga) mil laut
yang membutuhkan waktu tempuh normal sekitar 30 menit sampai 1 jam di siang
hari ini, keasyikannya tentu berbeda dengan yang malam hari, begitu juga fragmentasi
alam yang disajikan. Pada penyeberangan kapal ferry siang hari, kita bisa
dengan jelas melihat landskap perairan selat Bali yang terkenal dengan arusnya
yang kuat secara utuh, lalu-lalang kapal ferry lainnya, aktifitas kapal nelayan
dan kita juga bisa melihat dengan jelas manuver kapal ketika berlayar dari
maupun menuju ke Gilimanuk, Bali yaitu membentuk jalur seperti busur kearah
utara. Inilah #AsyiknyaNaikFerry
KRI Karang Banteng 983 ex KFC Serayu (Sumber:indomiliter.com) |
Tanjung Perak (Surabaya) – Tri Sakti (Banjarmasin)
Di
akhir tahun 90-an sampai awal yahun 2000-an, transportasi Kapal Ferry Cepat
jurusan Surabaya-Banjarmasin PP, sempat menjadi primadona masyarakat baik dari
Surabaya menuju Banjarmasin maupun sebaliknya.
Khusus
untuk armada kapal ferry cepat (KFC) Serayu yang mampu membawa hampir 1000
penumpang dengan kecepatan maksimal 40 knot (74,08 km/jam) itu, saya punya
kenangan khusus dengannya. Kapal inilah yang membawa saya pertama kali bertemu
dengan istri saya berikut keluarganya di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Saya
baru menyadari setelah 4 (empat) jam berlayar atau setelah separuh perjalanan.
Ketika waktu Sholat Dhuhur tiba, saya naik ke lantai 2 untuk mencari mushalla,
setelah sholat saya mencoba naik bagian paling atas kapal. Dari tempat itu saya
baru menyadari ternyata bagian depan pesawat seperti berdiri menerjang ombak
layaknya speedboat. Wooooooow! Agak
ngeri juga jadinya…he…he… Inilah #AsyiknyaNaikFerry
Interior
bagian dalam kapal buatan galangan Kapal Lauzern Jerman, tahun 1998 ini mirip sekali dengan interior dalam
pesawat terbang, layanan pramugari juga sangat ramah dan maksimal, konsumsi
untuk penumpang juga enak, cukup dan tepat waktu, piranti keselamatan penumpang
seperti jaket pelampung juga lengkap tersedia di bawah tempat duduk.
Akhirnya,
setelah berlayar sekitar 8 jam perjalanan, akhitrnya kapal merapat di pelabuhan
Tri Sakti Banjarmasin yang berada di alur Sungai Barito.
Sayang,
Kapal berbahan Alluminium Alloy dengan dimensi
68,8 x 10,4 meter serta bobot 493
metrik ton yang bodinya mirip kapal
pesiar itu sekarang sudah berada di dasar lautan Selat Bali karena
ditenggelamkan, setelah masa tugasnya sebagai kapal perang KRI Karang Banteng
berakhir (2014), pasca dihibahkan oleh ASDP ke Departemen Pertahanan RI dan di
operasikan oleh Armada RI Kawasan Timur yang berpusat di Surabaya (2006).
Sayang
ya….. seandainya kapal Karang Banteng 983 (ex KFC Serayu) dijadikan museum, mungkin
masyarakat akan lebih mengenal dunia kelautan berikut atribut-atributnya, sehingga
gelora semangat untuk mencintai Indonesia dari laut semakin mudah untuk
memulainya…..
Pelabuhan Batulicin, Tanah Bumbu (Sumber : tanahbumbu.merdeka.com) |
Batulicin (Tanah Bumbu) – Tanjung Serdang (Kota Baru)
Setelah Kabupaten Kotabaru dimekarkanan menjadi 2 (dua) wilayah
yakni Kabupaten Kotabaru (sebagian besar wilayahnya di Pulau Laut) dan
Kabupaten Tanah Bumbu (sebagian besar wilayahnya di Pulau Kalimantan) pada
tahun 2003. Kegiatan ekonomi 2 (dua) daerah penghasil emas hitam alias batubara
ini memang relatif semakin berkembang.
Sampai saat ini, pelabuhan laut masih menjadi satu-satunya
penghubung jalur transportasi dari 2 (dua) daerah bertetangga itu. Untuk
menyeberang ke Pelabuhan Tanjung Serdang di Kota Baru dari Banjarmasin, bisa
melalui Pelabuhan Batulicin.
Disini, selain ada armada sepit
(sebutan armada speedboat) juga ada
armada kapal ferry yang beroperasi 24 jam milik ASDP
Indonesia Ferry. Waktu tempuh untuk
menyeberang dari Batulicin ke Pelabuhan Tanjung Serdang sekitar 1 (satu) jam
perjalanan.
Berdasarkan pengalaman saya naik kapal ferry di beberapa rute,
kualitas interior kapal memang berbeda-beda. Parameter yang paling mudah
dilihat adalah wujud penampakan dari “tempat duduk”! Ada yang empuk seperti
sofa tapi tidak jarang bertemu dengan kursi yang keras karena telanjang tanpa
pelapis. Uniknya ketika hal ini saya tanyakan kepada kru kapal, dengan
bercanda si bapak bilang…”Semua tergantung imannya, Mas!” Hi…hi…hi…sepertinya
bener juga ya! Inilah #AsyiknyaNaikFerry.
Secara umum, kapal ferry yang saat itu beroperasi seperti KM Gutila, Mahakam Raya, Srikandi
Nusantara, dan Truno Joyo masing-masing relatif lebih kecil (kapasitas muatan 20 unit kendaraan
roda empat dan 30 unit kendaraan roda dua) dari pada yang beropeasi di
jalur rute Surabaya-Madura.
Keunikan trip rute Batulicin ke Pelabuhan Tanjung Serdang, yang
menyeberangi selat Pulau Laut, Kotabaru ini adalah banyaknya kapal tug
boat yang lalu-lalang menarik tongkang yang sebagian besar mengangkut gunungan
batubara atau minyak, tapi kalau sedang beruntung ada juga yang mengangkut alat
berat berbagai ukuran. Inilah #AsyiknyaNaikFerry
Pelabuhan Kariangau, Balikpapan (Sumber : kaltim.procal.com) |
Penajam (Paser
Utara) – Kariangau (Balikpapan)
Penyeberangan dari Penajam ke kota Balikpapan ini, menyeberangi
teluk Balikapapan dengan waktu tempuh sekitar 1 jam perjalanan.
Seperti halnya rute dari Batulicin ke Pelabuhan Tanjung
Serdang di Kalimantan Selatan, rute Penajam ke kota Balikpapan, Kalimantan
Timur ini, masyarakat juga dilayani oleh armada sepit
(sebutan armada speedboat) dan armada
kapal ferry yang beroperasi 24 jam milik ASDP
Indonesia Ferry. Bagi armada bus trans
Kalimantan berbadan bongsor yang saya naiki dari Banjarmasin ini, tentu tidak
ada pilihan selain harus naik kapal ferry.
Rute penyeberangan kapal ferry dari Penajam ke kota Balikpapan
ini termasuk rute yang padat, hal ini terlihat dari antrean kendaraan roda 4
(empat) dari arah Kalimantan Selatan yang mengular di pintu masuk pelabuhan. Bis
yang saya naiki, sebenarnya sudah sampai di pelabuhan sejak subuh, tapi lebih
dari 1 (satu) jam menunggu untuk bisa menyeberang.
Untungnya, sepanjang perjalanan melintasi teluk Balikpapan
saya dan seluruh penumpang mendapat suguhan fenomena alam yang luar biasa
indahnya, gerimis hujan yang turun pagi itu memunculkan pelangi yang sangat
indah menghias langit teluk Balikpapan. Sayang, saat itu belum ada HP berkamera
untuk mengabadikan keindahan gradasi warna ciptaan Tuhan itu. Inilah #AsyiknyaNaikFerry.
Kapal Tug Boat Menarik Tongkang Batubara (Sumber : Tempo.com) |
Diteluk Balikpapan ini, hampir mirip dengan perairan selat
Pulau Laut, selain kapal ferry, sepit dan
kapal nelayan tradisional, juga terdapat banyak kapal tug boat yang menarik tongkang pengangkut Batubara, minyak dan juga
alat berat berbagai ukuran.
Selain, suguhan pelangi yang begitu mempesona, pagi itu teluk
Balikpapan juga mulai ramai oleh aktifitas para nelayan yang berlalu-lalang.
Sambil menikmati sarapan nasi pecel bungkus dan seduhan kopi agak pahit
kesukaan saya, akhirnya kapal memasuki muara sungai yang kiri kanannya lebat
ditumbuhi pohon bakau dan nipah, sesekali dari kejauhan saya melihat
segerombolan bekantan (Nasalis larvatus) si-monyet belanda berhidung mancung sedang berlompatan diantara
pepohonan rumbia/nipah. Inilah #AsyiknyaNaikFerry.
Teringat jawaban bernada candaan "semua tergantung imannya mas!" dari salah seorang kru kapal ferry saat berlayar dari Batulicin menuju Tanjung Serdang, Kotabaru saat saya tanya tentang tempat duduk kapal ferry yang berbeda-beda penampakannya, menurut saya memang inilah #AsyiknyaNaikFerry.
Seperti yang saya katakan di awal tulisan ini, sensasi perjalanan laut merupakan petualangan yang sesungguhnya! Karena, sepanjang perjalanan merupakan romantika seru yang penuh dengan kejutan-kejutan tak terduga. Selalu Beda Tidak Pernah Sama!
Masing-masing kapal ferry dan masing-masing rute yang dilayari mempunyai keelokan pesonanya sendiri-sendiri, sedangkan masing-masing penumpang tentu juga akan mendapatkan porsi pengalaman sekaligus rejekinya masing-masing... semua tergantung imannya! he...he,.,,he.....