Even literasi "super keren" bertajuk Writingthon Jelajahi Sumedang (WJS-2019) ini, kalau tidak salah merupakan even Writingthon besutan Bitread Publishing yang ke-7, tapi sepertinya menjadi even Writingthon berlevel nasional dengan gaung terbesar ke-3 yang pernah dilaksanakan, setelah Writingthon Asian Games (WAG-2018) dan Writingthon Jelajah Kota Garut (WJKG-2019), tidak heran jika di setiap penyelenggaraannya peserta yang submit karya tulis feature populer sesuai tema yang diperlombakan selalu jauh melebihi target, menurut rilis panitia lebih dari dua ribuan karya! Woooooooow...
Menariknya, even literasi pariwisata dan budaya yang secara resmi berlabel "Writingthon Jelajahi Sumedang" (2020) ini, merupakan even ke-2 setelah Writingthon Jelajah Kota Garut (2019) dari rencana even Writingthon series di berbagai Kota/Kabupaten di Jawa Barat.
Sayang seribu kali sayang, pandemi covid 19 tidak hanya "membuyarkan" rencana Writingthon series saja yang entah kapan akan kembali lagi?
Writingthon Jelajahi Sumedang yang sejatinya sudah direncanakan dengan matang, juga ikut terkena imbasnya, hingga memunculkan beragam drama yang sungguh sangat unik dan menarik kisahnya. Mau tahu kroniknya? Yuk baca sampai habis ya...
Publikasi even Writingthon Jelajahi Sumedang (WJS) hasil kerjasama bitread publishing, pemkab Sumedang, PHRI dan komunitas kreatif lainnya ini bertebaran di berbagai media sosial Bitread.id, pemerintah Kabupaten Sumedang, PHRI dan para pegiat literasi lainnya sejak tanggal 13 Januari 2020.
Mungkin karena saya nggak begitu aktif di medsos, maka baru beberapa hari kemudian saya mendapatkan kabar even ini dari grup perpesanan pemenang Writingthon Jelajah Kota Garut yang baru sebulan sebelumnya diselenggarakan.
Karena masih juga belum bisa move on dari keseruan dua even Writingthon yang sebelumnya saya ikuti, Writingthon Asian Games (WAG-2018) dan Writingthon Jelajah Kota Garut (WJKG-2019) plus tidak ingin ketinggalan even yang pendaftarannya hanya dari tanggal 13 Januari sampai 17 Pebruari 2020 tersebut, maka saya langsung merespon kabar baik ini dengan segera mengumpulkan materi tulisan tentang Sumedang.
Akhirnya, saya merilis artikel pertama dengan judul "Negeri Bedil" Cipacing, Etalase Kreatifitas Kelas Dunia di Sudut Kota Tahu Sumedang pada tanggal 29 Januari 2020 di Kompasiana. Kerennya, artikel ini langsung diganjar dengan label Artikel Utama (AU) alias headline lho! Keren kan!
Status AU pada artikel saya jelas menjadi nilai lebih dan membuat saya semakin yakin untuk bisa terbang lagi Sumedang.
Tepat pada tanggal deadline atau tanggal 17 Pebruari 2020, "drama" Writingthon Jelajahi Sumedang (WJS) dimulai!
Secara mengejutkan, panitia memperpanjang masa pengumpulan karya atau masa pendaftaran even ini sampai 28 Pebruari 2020. Waaah kenapa ya, kok tumben sampai diperpanjang? Belum pernah ada lho sebelumnya!
Benar saja, akhirnya tepat pada tanggal 28 Pebruari 2020 jam 24.00 WIB, melalui akun medsos-nya pihak panitia menyatakan masa pendaftaran karya telah ditutup.
Berselang sepekan kemudian atau tepatnya tanggal 7 Maret 2020, akhirnya yang ditunggu-tunggu oleh semua peserta muncul juga! Akhirnya panitia mengumumkan peserta yang lolos seleksi dan berhak mengikuti karantina selama sekitar 4 hari di kawasan wisata Kampung Karuhun, Sumedang Selatan.
Sayangnya dari sekian banyak nama yang ada di dalam daftar pemenang di laman bitread.id, disitu tidak ada namaku. Hadeeeeeh sedih deh jadinya! Tapi ya sudahlah memang belum rejekinya mau gimana....?
Tapi, ikut seneng juga ada beberapa teman alumni Writingthon Asian Games (WAG-2018) dan Writingthon Jelajah Kota Garut (WJKG-2019) yang akhirnya juga "mencatatkan namanya dalam sejarah writingthon" dengan lolos di even ini.
Ada Ubaidillah Aceh dan Mustakim Lampung alumni WAG, juga Ferdy calon sarjana (saat itu) yang alumni dari WJKG. Selain itu ada juga beberapa kolega di Kompasiana alias Kompasianer-Kompasianer keren dan terkenal yang lolos ke karantina ke Kampung Karuhun di Sumedang Selatan, seperti, Detha Arya Tifada dan Adi Nugroho.
Eh...selamat ya sob! Mudahan ada sumur di ladang untuk kita ikut mandi, mudahan ada umur panjang untuk kita bersua lagi...
Goodbye to Writingthon Jelajahi Sumedang (WJS)
Hari berganti hari bulan berganti bulan, saya mulai melupakan Writingthon Jelajahi Sumedang (WJS). Selain karena memang bukan rejeki saya, Writingthon series yang mulai di ekspose jelas menjadi harapan saya kedepannya dan satu lagi, pandemi covid-19 yang mulai masuk Indonesia benar-benar mulai menyita perhatian saya.
Sampai akhirnya pada tanggal 23 Nopember 2020 ada notif masuk dari postingan IG bitread.id yang mengabarkan seleksi peserta Writingthon Jelajahi Sumedang (WJS) "dibuka lagi", tapi dengan durasi waktu hanya 2 minggu (23/11-05/12), pengumuman pemenang 8/12 dan karantina 10-12/12.
Kerennya! Kali ini lombanya limited, karena hanya dipilih 5 penulis terbaik saja! Woooooooow! Seketika darah penulis saya langsung bergejolak!
Lho memangnya Writingthon Jelajahi Sumedang (WJS) yang di awal tahun kemarin batal? Belum terlaksana ya? Atau, atau dan atau ...
Ah entahlah! Karena tidak ada penjelasan dari panitia, rasa penasaran saya pastinya tidak pernah terjawab! Tapi sebenarnya ini sih nggak penting ya!
Karena yang terpenting adalah segera nulis feature terbaik tentang Sumedang, lagi dan lagi! Lagian, saya kok yakin ya, kali ini bakalan lolos ke Sumedang, saya merasa ini jawaban doa saya yang dulu! Sekaligus cara Allah SWT membawa saya terbang ke Sumedang!
Tidak pakai lama, saya langsung mengunggah karya feature yang berjudul Senandika Esok Hari, "Mengudap" "Legitnya Madu" Ubi Cilembu di Kota Buludru, Sumedang di kanal Kompasiana pada tanggal 5 Desember 2020 dan Alhamdulillah, artikel ini diganjar label pilihan oleh Kompasia.
Berselang 4 hari berikutnya atau tanggal 9-nya, saya kembali mengunggah artikel feature tentang Sumedang dengan judul Jalan Sunyi "Panahan Kasumedangan" Menolak Punah. Alhamdulillah, untuk artikel yang termasuk langka ini, kurator Kompasiana kembali memberi label Artikel Utama (AU) atau headline.
Berbekal 3 artikel keren yang sudah saya submit ke panitia, sekali lagi saya yakin kali ini bakal lolos ke Sumedang!
Ternyata, drama belum berhenti setelah dua karya saya ikut meramaikan even ini. Tepat tanggal 5/12, panitia kembali memperpanjang durasi waktu pengumpulan karya! Artinya, deadline pengumpulan karya peserta kembali mundur dan diitetapkan paling lambat tanggal 12/12-2020 jam 23.59 WIB.
Jujur sebenarnya saya bingung lho, ada apa dan kenapa ya? Kok penyelenggaraan Writingthon Jelajahi Sumedang (WJS) ini nggak seperti biasanya?
Setelah sepekan menunggu, akhirnya hari yang ditunggu-tunggu datang juga! Kali ini, 5 nama pemenang sebagai peserta tambahan benar-benar diumumkan panitia dan lagi! Namaku tidak ada dalam daftar pemenang!
Dari 5 nama pemenang Kuota Tambahan WJS 2020 ini, 3 diantaranya saya kenal, yaitu Andrie Mastiyanto (Kompasianer), Irfal Mujaffar (alumni WJKG 2019) dan Daniah Arthamevta Putri Hidayah (alumni WAG-Pelajar 2018 dan WJKG 2019).
Ya sudahlah! Berarti memang belum rejeki saya untuk ikut mengeksplor potensi sosial, ekonomi, budaya sekaligus pariwisata di Sumedang dan saya yakin Allah SWT pasti akan memberikan ganti yang lebih baik! Insha Allah...
Setelah hampir saja menyerah dan mengikhlaskan WJS 2020, 2 atau tiga hari berselang secara mengejutkan saya mendapatkan pesan dari panitia melalui media WA yang mengabari sekaligus menanyakan kesediaan saya untuk menjadi peserta pengganti. Woooooow ternyata drama masih berlanjut gaes!
Baca Juga : Asal-usul Istilah "Hattrick" dan Kisahku "Tentangnya" yang Mengispirasi!
Tanpa pikir panjang, saya langsung menerima penawaran panitia dengan cara langsung mengirimkan biodata serta kelengkapan administratif yang dibutuhkan hari itu juga (seingat saya limit waktunya sebelum jam 7 malam).
Alhamdulillah, semua akhirnya beres dan sejarah sekaligus rekor baru di even Writingthon Insha Allah akan terwujud. Rekor apa itu!? Rekor hattrick alias 3 kali berturut-turut lolos mengikuti even Writingthon level nasional secara berurutan. Keren kan!
Surat Sakti Untuk Terbang | @kaekaha |
Sumedang Aku Datang!
Salah satu sisi unik dari even Writingthon yang paling saya sukai sekaligus nikmati adalah momen dan juga kemasan rangkaian aktifitasnya yang tidak pernah sama, selalu berbeda dan selalu memberi kejutan-kejutan insidental yang menyenangkan!
Begitu juga dengan even WJS 2020 ini. Tidak hanya rangkaian drama di masa seleksi, tapi semuanya! Nggak percaya? Yuk kita lanjut ya...
Karena sekarang sedang dalam situasi pandemi covid-19, maka untuk terbang ke Sumedang dari Banjarmasin, saya juga harus lolos dari kontaminasi covid-19. Untuk itu, saya harus pegang tanda "sehat" itu saat boarding saat mau naik pesawat.
Alhamdulillah, sehari sebelum terbang atau tanggal 16/12, akhirnya saya mendapatkan juga surat keterangan bebas covid-19 setelah melakukan rapid test di salah satu klinik di Kota Banjarmasin. Itu artinya besok 17/12 Insha Allah saya akan terbang juga ke Sumedang!
Bersabung ke artikel ke-dua “Terbang Pagi Buta” Menuju Writingthon Jelajahi Sumedang
Terima kasih, Semoga bermanfaat
Salam matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN |