Garih Batanak versi saya! Hmmmm siapa yang tak tergoda?
(Foto : Koleksi Pribadi)
“Dimana bumi dipijak, disitulah langit dijunjung!”
Mungkin pepatah itu sangat tepat untuk menggambarkan posisi saya sebagai
“manusia rantau”. Sebagai orang Jawa yang lahir dan besar di Jawa, tinggal di Banjarmasin tentu memberi konsekuensi hidup yang tidak
sesederhana yang awalnya saya bayangkan. Karena harus ada kompromi dan
komodifikasi pada beberapa hal.
Untuk urusan budaya, secara umum saya kira tidak
terlalu masalah, karena sebagai pelaku seni sekaligus pemerhati sosial dan
budaya, relatif mudah bagi saya untuk berkomunikasi lintas budaya. Apalagi di Banjarmasin beredar Pesiar Citymag, majalah sosial budaya yang akan membantu mengenal Banjarmasin dan Kalimantan Selatan lebih cepat. Khusus untuk budaya yang berurusan dengan perut alias makan, saya relatif paling mudah untuk beradaptasi
dengan berbagai kuliner khas Indonesia, termasuk kuliner khas Banjarmasin yang
secara umum saya kategorikan berani bumbualias full taste! Apalagi untuk
kuliner yang berkuah kaldu kesukaan saya. Satu-satunya yang saya relatif susah beradaptasi di Banjarmsin adalah iklim dan cuacanya yang puanaaas itu lho! Tapi itulah yang saya maksud dengan “Dimana bumi dipijak, disitulah langit dijunjung!” Selain menikmati indahnya budaya Banjar berikut aneka kuliner khas yang full taste saya juga harus bisa menikmati gerahnya Kota Banjarmasin.
Dasarnya, saya memang paling suka dengan berbagai
kuliner nusantara yang berkuah kaldu, tapi bukan berarti saya anti dengan
kuliner yang tidak berkuah kaldu lho…
Untuk kuliner khas Banjar, saya paling suka dengan
Soto Banjar Bapukah milik H. Anang di Jl. Kolonel Sugiono, Soto Banjar Bang
Amat di Banua Hanyar, Soto Kuning khas Kotabaru, Ketupat Kandangan termasuk
Lontong Orari, Berbagai olahan dari Ikan Patin di RM. Sari Patin di Kayu Tangi,
Mie Bancir dan untuk kuliner tanpa kuah, saya suka ikan haruan baubar +
sambal acan dan Nasi Kuning Cempaka. Kuliner-kuliner tersebut sepertinya
sangat layak untuk di apresiasi lho…! Cita rasanya bak mak comblang…! Selalu
diharap berita dan kehadirannya…he…he…he…
Selain kuliner yang sudah umum dan dikenal masyarakat,
karena banyak yang menjualnya seperti tersebut diatas, saya juga mempunyai
beberapa referensi kuliner khas Banjar yang jarang dijual oleh warung atau
rumah makan di Banjarmasin, yaitu kuliner rumahan bercitarasa gurih cenderung
asin, asam dan pedas menyegarkan yang disebut oleh masyarakat Banjar dengan “Garih
Batanak”. Selain cita rasanya yang menurut saya unik dan sedap tentunya,
kuliner yang satu ini bisa dibilang Indonesia Bangat! Karena
dibuat dari bumbu rempah-rempah khas Indonesia yang jumlahnya lumayan lengkap.
Garih adalah
ikan yang diasinkan tapi biasanya tidak terlalu kering, sedangkan batanak secara
leksikal artinya adalah memasak. Mungkin, makna gramatikal dari istilah kuliner
Garih Batanak adalah masakan ikan yang diasinkan berikut ubarampe-nya(Bhs Jawa ; perlengkapannya). Masyarakat Banjar, biasanya menggunakan ikan
jenis haruan atau ikan gabus yang sudah diasinkan untuk bahan mengolah
kuliner garih batanak. Oh ya, garih atau ikan asin haruan ini tidak se-asin
ikan telang atau juga Jambal, walaupun tidak masalah juga sih kalau mau
memakai ikan telang atau ikan asin lainnya, tergantung selera! Kalau menurut
saya, garih ikan haruan lebih nikmat, selain tidak terlalu asin garih ikan haruan
juga berdaging tebal dan tekstur dagingnya terasa pas jika digigit. Tapi, tetap
harus hati-hati ya, karena ikan haruan seperti layaknya ikan-ikan lainnya juga
mempunyai duri lho! Tapi jangan kuatir, durinya besar-besar kok jadi relatif lebih
mudah dilihat sekaligus dibersihkan. Disinilah menurut saya seninya makan garih
batanak dari ikan haruan, pelan-pelan dan teliti. Penasaran kepingin tahu rasanya!? cek info lengkapnya di Pesiar Citymag ya...! Eiiiits, tunggu dulu! jangan kepingin tahu rasanya saja! Cara membuatnya juga dong....
Ini dia resep sekaligus step by step cara membuat hidangan murah meriah dan simple tapi cita rasanya super menggoda ini,
Bumbu :
-5 butir bawang merah
-5 siung bawang putih
-1 ruas jari jahe
-1 ruas jari kunyit
-3 butir kemiri
-Secukupnya Ketumbar
-Secukupnnya merica
-1 batang serai, ambil bagian putihnya, memarkan
-2 lbr daun jeruk purut
Bahan-bahan :
-1/2 kg garih ikan haruan
kering/ikan jenis lain sesuai selera, rendam air bersih sekitar lima menit atau sesuai kebutuhan
-3 buah tomat mentah
-10 buah belimbing wuluh
- 2 biji cabe merah/hijau besar, iris miring
-Segenggam daun kemangi (tentative/jika suka)
-2 sdm minyak untuk menumis
-Secukupnya santan siap pakai
Cara Memasak :
1. Cuci bersih garih ikan haruan
kering dan potong sesuai selera.
2. Kecuali serai dan daun jeruk,
haluskan semua bumbu.
3.Panaskan wajan, tambahkan
minyak goreng lalu tumis bumbu halus hingga tercium harum. Tambahkan segelas
air/sesuai kebutuhan, lalu masak hingga mendidih.
4. Masukkan garih ikan haruan dan
masak kembali hingga ikan matang.
5. Tambahkan santan dan aduk rata, masak hingga mendidih sambil terus
diaduk. Terakhir sebelum diangkat, masukkan daun kemangi, belimbing atau tomat
dan cabai rawit. Setelah dirasa cukup, angkat masakan dan tuang dalam wadah
untuk dihidangkan.
Tambahan :
1. Jika masakan kurang asin, bisa ditambah garam sesesuai selera. Bila
menginginkan rasa gurih, bisa juga menambahkan penyedap rasa atau gula secukupnya.
2. Tomat dan belimbing wuluh, sebagai pencitarasa asam bisa dipilih
salah satu. Tapi jika menyukai keduanya atau dirasa kurang rasa asamnya, bisa
juga dipakai keduanya.
3. Jika sensitive terhadap garih/jenis ikan asin atau khawatir adanya
kandungan bahan berbahaya dalam ikan asin, bisa juga kok menggunakan ikan segar
sebagai alternatif, tapi namanya bukan garih batanak lagi ya.....he...he...he...
Malam di Kota Palembang dengan latar belakang Jembatan Ampera (Foto : detik.com)
Palembang dan Peradaban Sungai Musi yang Kian Menggoda
Seperti halnya Kalimantan
Selatan, kampung halaman saya! Bumi Sriwijaya, Sumatera Selatan juga mempunyai
banyak sungai besar maupun kecil yang mengalir di wilayahnya. Sungai Musi,
sebagai destinasi ikonik yang membelah Kota Pelembang menjadi dua bagian (Ilir
dan Ulu), merupakan sungai terpanjang di Pulau Sumatera dan juga menjadi salah
satu yang terpanjang Indonesia. Dengan panjang mencapai 750 km, menjadikannya
sebagai urat nadi kehidupan masyarakat di sekitarnya sejak berabad-abad silam
yang secara otomatis juga membentuk peradaban budaya sungai khas perairan darat
di Sumatera Selatan.
Sejak jaman kejayaan Kerajaan
Sriwijaya, DAS Sungai Musi telah menjadi jalur penting perdagangan, distribusi
dan mobilisasi barang dan manusia, salah satu buktinya adalah keberadaan situs-situs
budaya dan peninggalan bersejarah di sepanjang tepian DAS Musi, seperti kampng
arab Al Munawar di daerah 13 ulu (pemukiman arab pertama di Palembang), perkampungan kapitan (jejak peninggalan peradaban tionghoa yang terdiri dari 15 arsitektur rumah yang unik), Pulau Kemaro yang menyimpan catatan sejarah dan kisah
yang telah melegenda dan tentunya Benteng Kuto Besak.
Di era Palembang modern, khususnya
sejak diatas Sungai Musi dibangun Jembatan Ampera, salah satu landmark
Kota Palembang yang paling terkenal, memberi dampak positif yang signifikan
terhadap potensi ekonomi tidak hanya untuk Kota Palembang saja tapi juga
Sumatera Selatan secara umum dan yang paling menggembirakan adalah munculnya multiplyer
effect ikut terangkatnya potensi pariwisata di seputar Jembatan Ampera. Jalur
DAS Sungai Musi yang dulu kotor dan tidak terurus sekarang telah berubah
menjadi destinasi wisata ikonik khas Kota Palembang, sehingga berbagai kegiatan
ekonomi masyarakat, sekarang banyak tumbuh dan berkembang pesat di sepanjang
DAS Sungai Musi.
Berangkat dari besarnya potensi
dan strategisnya prospek pariwisata berbasis (budaya) sungai di sepanjang DAS
Sungai Musi khususnnya di seputar Jembatan Ampera, sepertinya pemangku
kebijakan di Sumatera Selatan menyadari betul bahwa sepanjang DAS Sungai Musi yang
menjadi muara dari puluhan sungai besar dan kecil lainnya, termasuk Sungai Komering, Sungai Kelingi, Sungai Lakitan, Sungai Ogan Musi dll, sepanjang 750 km merupakan asset besar pariwisata yang bisa
menjadikan Sumatera Selatan sebagai daerah KEK (budaya) Sungai di Indonesia.
Makanya pantas jika Palembang mendapat julukan sebagai Venice of the East atau
Venice dari timur.
Sebagai jembatan untuk
memperkenalkan berbagai potensi pariwisata seputar (budaya) sungai di Sumatera
Selatan, sejak 2012 Pemerintah Propinsi Sumatera Selatan bersinergi dengan
Pemkab/Pemkot dan Kementerian Pariwisata menyelenggarakan event “Jelajah
Musi Triboatton” yaitu event yang memadukan wisata dan olahraga air (rafting,
kayak, dan dragon boat)
berlevel internasional yang dilaksanakan di sepanjang Sungai Musi, sejauh
sekitar 500 km dengan melewati 4 kabupaten dan 1 Kota di Sumatera Selatan.
Dalam event yang lebih mirip rally
wisata tapi melalui medan sungai ini, diharapkan kedepannya Sungai Musi lebih dikenal oleh dunia internasional sebagai destinasi wisata olahraga dan budaya berkelas dunia, sekaligus sebagai pintu masuk bagi upaya pemerintah Sumatera Selatan untuk menjual destinasi pariwisata Sumatera Selatan ke dunia internasional. Selain itu, event jelajah sungai ini diharapkan akan memberi beberapa dampak ikutan positif di berbagai bidang, diantaranya pertumbuhan dan pemerataan ekonomi khususnya di daerah DAS Sungai, tumbuhnya kesadaran, kecintaan dan rasa memiliki masyarakat terhadap sungai sehingga bisa ikut serta secara aktif menjaga kelestarian ekosistem sungai, pelestarian budaya sungai berikut semua atribut tradisi yang ada di dalamnya. sekalugmembangkitkan lagi masyarakat akan
Pada penyelenggaraan
International Musi Triboatton pertama yang memperebutkan total hadiah sebesar 500 juta, berlangsung pada 6-11 November 2012, peserta didominasi dari luar nageri seperti Jepang,
Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam, Taiwan, Laos,
Australia, Vietnam, New Zealand, Nepal, Kamboja, Myanmar, dan Filipina sedangkan
dari Indonesia terdapat 5 tim dari dari
berbagai daerah.
Event yang melibatkan Kabupaten Empat Lawang, Musi Rawas, Musi Banyuasin,
Banyuasin dan Palembang ini terbagi menjadi 6 etape yang dimulai dari
Kabupaten Empat Lawang, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Musi Banyuasin,
Kabupaten Banyuasin dan Kota Palembang. Untuk memperebutkan hadiah total
sebesar Rp. 500 juta. Juara umum akhirnya direbut oleh tim tuan rumah Sumatera
Selatan
Musi Triboatton
ke-2 ini, diselenggarakan pada 16-22 November 2013. Lomba dimulai dari Kabupaten Empat
Lawang dan berakhir di pelataran Benteng Kuto Besak, Palembang.
Penyelenggaraan tahun ke-2
ini pesertanya adalah 7 tim dari Indonesia, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jambi, Riau, Sumatera
Barat, Sumatera Selatan I, dan Sumatera Selatan II dan 5 tim dari luar negeri,
yaitu Prancis, Inggris, Nigeria, Malaysia, dan Singapura.
Perlombaan dibagi menjadi lima etape, yaitu :
etape I : Tanjung
Raya - Tebing Tinggi (40km)
etape II : Tebing
Tinggi - Muara Kelingi (60km)
etape III : Muara
Kelingi - Sekayu (90km)
etape IV: Sekayu
- Pengumbuh (90km)
etape V :Pengumbuh
- Palembang (90km)
Tahun ini, juara umum direbut
oleh tim deri negri Ratu Elizabethatau tim Inggris
Seremonial penyerahan hadiah Musi Triboatton 2013 (Foto : ultimoparadiso.com)
Tahun ke-3 penyelenggaraan Musi
Triboatton yang berlangsung pada 24 – 29 November 2014 mengambil tema “Sport, Challenge, and Tourism”.Dalam event ini juga diadakan lomba perahu bidar yang digelar untuk
menghibur masyarakat “Bumi Serasan Sekate” julukan Kabupaten Musi
Banyuasin
Tim Korea pada Musi Triboatton 2014 (foto : sportanews.com)
Peserta dari luar negeri yang berpartisipasi dalam event ini, antara lain Malaysia, Singapura, Iran, Filipina,
Korea, Hongkong, dan Brunei. Sedangkan dari Indonesia adalah Sumatera Selatan, Sumbar, Jambi, Riau, Aceh, Bangka-Belitung dan Jawa Barat yang akhirnya menjadi juara umum.
Musi Triboatton 2014 yang mengambil rute tetap sama seperti tahun-tahun sebelumnya, bedanya penyelenggaraan tahun ini terasa lebih istimewa, karena event ini telah
resmi terdaftar dalam International Dragon Boat Federation per-tanggal 1
September 2014 dengan nomor sertifikat afiliasi 14132.
Event ini masih mengambil
rute yang sama dengan tahun sebelumnya, dibuka 15 Desember 2015 di Kabupaten
Musi Rawas, start etape pertama pada 16 Desember di Kabupaten Empat
Lawang. Terbagi menjadi lima
etape dengan finish di Palembang pada 19 Desember 2015.
Tahun ini, peserta luar
negeri berasal dari Singapura, Malaysia, Hong
Kong dan Australia Sedangkan
dari dalam negeri antara lain dari Aceh, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Kepulauan
Riau, Bangka Belitung, Kalimantan Utara dan tuan rumah Sumatera Selatan. Untuk edisi tahun ini gelar juara umum akhirnya diraih oleh tim dari Jambi.
===== International Musi
Triboatton V (2016) =====
International Musi Triboatton 2016 (Grafis : acara-event.com)
Tahun 2016, event International
Musi Triboatton yang akan diadakan tanggal 11 – 15 Mei 2016 memasuki
penyelenggaraan yang kelima. Dengan rute yang relatif sama dengan tahun sebelumnya, kali ini Kabupaten Musi Banyuasin kembali menjadi tuan
rumah walaupun startdimulai dari Desa Muara Kelingi, Kabupaten Musi
Rawas KabupatenEmpat Lawang dan finishdi Kecamatan 10 Ulu, Kota Palembang.
Siapa kira-kira tim jagoan anda?
Profil Singkat 5 Daerah Penyelenggara International Musi
Troboatton
Nama Kabupaten Empat Lawang
yang, menurut cerita rakyat berasal dari kata Empat Lawangan, yang dalam bahasa
setempat berarti "Empat Pendekar (Pahlawan)". Hal tersebut karena
pada zaman dahulu terdapat empat orang tokoh yang pernah memimpin daerah ini
Bumi Saling Keruani Sangi Kerawati yang beribu Kota di
Kec. Tebing ini mempunyai 10 kecamatan dengan Tinggi merupakan pemekaran dari
kabupaten Lahat. Diresmikan pada 20 April 2007 setelah DPR menyetujui Rancangan
Undang-Undangnya pada 8 Desember 2006 tentang pembentukan kabupaten Empat
Lawang bersama 15 kabupaten/kota baru lainnya.
Peta Kabupaten Empat Lawang (google map)
Sebagian besar penduduk adalah
Suku Lintang / Jemo Lintang (55%, bermukim di Muara Pinang, Lintang Kanan,
Pendopo, Pendopo Barat, Ulu Musi, Sikap Dalam), sedangkan Suku Melayu / Tebing (25%
bermukim di Tebing Tinggi & Talang Padang) & Suku Pasemah (19% bermukim
di Pasemah Air Keruh), kemudian disusul dengan minoritas seperti Jawa, sunda,
dll
Objek wisata alam unggulan
didaerah ini adalah yakni curug tanjung alam yang ada di kecamatan lintang
kanan, air lintang di kecamatan pendopo, yang merupakan pertemuan air bayau dan
air lintang. Rumah Adat Empat Lawang, Bendungan Karang Tanding dll. (Sumber : wikipedia diolah)
Kabupaten Musi Rawas atau
Musirawas mempunyai 14 kecamatan (pasca pemekaran Kabupaten Musi Rawas Utara). Ibukotanya
saat ini berada di Muara Beliti, namun sebelum tahun 2004, ibukotanya berada di
Kota Lubuklinggau.
Peta Kabupaten Musi Rawas (grafis : google map)
Seacara geografis Kabupaten Musi
Rawas berbatasan dengan Jambi di Utara, Lahat di Selatan, Bengkulu dan Kota
Lubuklinggau di Barat, serta Musi Banyuasin dan Muara Enim di Timur. (Sumber : wikipedia diolah)
Berikut beberapa destinasi
wisata di Kabupaten Musi Rawas, yaitu
Kabupaten Musi memiliki luas
wilayah ±14.265,96 km² yang terbentang pada lokasi 1,3° - 4° LS, 103° - 105° BT.
Kabupaten ini bermotto Bumi Serasan Sekate dengan ibukota Sekayu Kota Randik ("Rapi,
Aman, Damai, Indah, dan Kenangan")
Danau Ulak Lia terletak di Kelurahan Soak Baru Kecamatan Sekayu,
tepatnya terletak di seberang Kota Sekayu yang berjarak ± 2,5 KM, dengan luas ±
75 Ha. Untuk mencapai lokasi Danau tersebut transfortasi cukup lancar dapat
ditempuh melalui jalan darat dengan waktu tempuh ± 20 menit.
Panorama Danau ini cukup indah dikelilingi oleh pohon-pohon yang
rindang dan suasana yang masih alami. Pada musim hujan Danau ini akan tampak
lebih indah karena air Sungai Musi yang pasang dan menggenangi seluruh
permukaan danau ini. Danau Ulak Lia adalah objek wisata yang akan menjadi
andalan Kabupaten Musi Banyuasin karena letaknya yang tidak jauh dari pusat
Kota Sekayu.
DANAU KONGER
Danau Konger adalah danau yang terletak di pinggiran Desa Sungai Dua
Kecamatan Sungai Keruh yang jaraknya dari Kota Sekayu ± 45 Km. Untuk mencapai
Iokasi ditempuh melalui jalan darat. Nama Danau Konger diambil dari nama salah
warga Negara Amerika Serikat yang bernama Mr. Congger, seorang pengusaha
pengeboran minyak yang berjasa melakukan pengedaman jalan yang melintasi sungai
tersebut atau semacam dataran rendah yang mengalir dan bermuara ke Danau Cala
di Kecamatan Lais.
Bentuk Danau Konger dapat dikatakan berbentuk bundar dan mempunyai
cabang - cabang dengan luas diperkirakan ± 100.000 m2 ( 10 Ha )
dengan lebar ±130 m2 dali panjang ± 1000 m2 dan
kedalamannya bila diukur dari titik yang paling rendah ± 10 m dan airnya
sepanjang tahun tidak pernah kering.
Jembatan Musi
Jembatan Musi yang terbentang
di atas Sungai Musi, oleh masyarakat Sekayu dikenal dengan sebutan JM (Jembatan
Musi), dibangun pada Tahun 1987 - 1988 dengan konstruksi besi baja.
Perkampungan Suku Kubu
Kandang
Perkampungan Suku Kubu
Kandang terletak di Desa Muara Bahar yang berbatasan langsung dengan Propinsi
Jambi. Perkampungan Suku Kubu Kandang tersebar di tiga lokasi yaitu Teluk
Beringin, Bungkal dan Telapan. Untuk mencapai ke lokasi menggunakan speed boat
Kabupaten Banyuasin merupakan
hasil pemekaran dari Kabupaten Musi Banyuasin yang terbentuk berdasarkan UU No.
6 Tahun 2002.
Nama kabupaten yang punya semboyan Sedulang Setudung ini berasal
dari nama Sungai Banyuasin, yang melintasi wilayah kabupaten ini dan Kabupaten
Musi Banyuasin. Perkataan banyuasin sendiri berasal dari istilah bahasa Jawa
banyu (air) dan asin, merujuk pada kualitas air sungai tersebut yang masin
rasanya, terutama ke arah pantai.
Peta Kabupaten Banyuasin (grafis : google map)
Kabupaten Banyuasin dengan
motto "Bumi Sedulang Setudung dengan Ibukota Pangkalan Balai ini terbagi
menjadi 19 kecamatan.
Destinasi Wisata di Kabupaten
Banyuasin, antara lain
Taman Nasional Sembilang
adalah satu dari ekosistem
lahan basah yang cukup penting di Indonesia. Konon, kawasan ini juga telah diakui sebagai Situs
Ramsar ke 1945 (ditetapkan 6 Maret 2011) atau ke lima di Indonesia.
Selain itu, Taman Nasional
Sembilang menjadi habitat bagi ribuan burung air yang bermigrasi. Oleh sebab
itu, tidak mengherankan jika objek wisata unik ini telah ditetapkan sebagai
Flyway Site Network ke-2 di Indonesia.
Monumen Front
Langkan
Ikon bersejarah Kabupaten Banyuasin yang terletak di
Jalan palembang - betung KM 35. Banyuasin III. Merupakan monumen peristiwa
pertempuran lima hari lima malam dikota palembang tanggal 1 Januari s/d 5 Januari
1947.
Kota Palembang adalah ibu kota provinsi Sumatera Selatan. Palembang adalah kota terbesar kedua di Sumatera setelah Medan. Kota Palembang memiliki luas wilayah 358,55 km
Sejarah Palembang yang pernah
menjadi ibu kota kerajaan bahari Buddha terbesar di Asia Tenggara pada saat
itu, Kerajaan Sriwijaya, yang mendominasi Nusantara dan Semenanjung Malaya pada
abad ke-9 juga membuat kota ini dikenal dengan julukan "Bumi Sriwijaya".
Berdasarkan prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di Bukit Siguntang sebelah
barat Kota Palembang yang menyatakan pembentukan sebuah wanua yang ditafsirkan
sebagai kota pada tanggal 17 Juni 688 Masehi menjadikan kota Palembang sebagai
kota tertua di Indonesia. Di dunia Barat, kotaPalembang
juga dijuluki Venice of the East ("Venesia dari Timur")
Sungai Musi yang membelah Kota Pelembang menjadi dua bagian, merupakan sungai terpanjang di Pulau Sumatera dan juga menjadi salah satu yang terpanjang Indonesia. Dengan panjang mencapai 750 km, menjadikannya sebagai urat nadi kehidupan masyarakat di sekitarnya sejak berabad-abad silam yang secara otomatis juga membentuk peradaban budaya sungai khas perairan darat di Sumatera Selatan. Sejak jaman kejayaan Kerajaan Sriwijaya, DAS Sungai Musi telah menjadi jalur penting perdagangan, distribusi dan mobilisasi barang dan manusia, salah satu buktinya adalah keberadaan Benteng Kuto Besak yang dibangun disalah satu sisi tepian Sungai Musi. Begitu juga dengan keberadaan berbagai destinasi di Pulau Kemaro yang menyimpan catatan sejarah dan kisah yang telah melegenda. Di era Palembang modern, sejak diatasnya dibangun Jembatan Ampera, salah satu landmark Kota Palembang yang paling terkenal, semakin menguatkan potensi ekonomi khususnya pariwisata di sekitar Sungai Musi. Berbagai kegiatan ekonomi masyarakat banyak tumbuh di sepanjang DAS Sungai Musi.
Rumah Limas
Rumah Limas merupakan rumah
tradisional khas Sumatera Selatan berarsitektur panggung dengan atap berbentuk
limas dengan bahan baku pembuatan dari kayu. Rumah limas sangat unik, baik
dari segi filosofi maupun bentuk fisiknya. Salah satunya adalah bahan kayu yang
dipakai untuk pembuatan rumah yang rata-rata sudah sangat langka dan dibeda-bedakan
sesuai peruntukannya. Kayu tembesu hanya digunakan untuk membuat dinding,
lantai, serta pintu. Untuk tiang rumah, pada umumnya menggunakan kayu unglen
yang tahan air (mungkin sejenis kayu ulin/kayu besi dari hutan Kalimantan) dan kayu Seru dipakai untuk rangka rumah. Kayu seru sengaja tidak
digunakan untuk bagian bawah Rumah Limas, sebab kayu Seru dalam kebudayaannya
dilarang untuk diinjak atau dilangkahi.Rumah
Limas sangat luas (400-1000 m2) dan seringkali di pakai untuk tempat hajatan
atau acara adat. Luas rumah limas dari. Jika penasaran langsung saja meluncur
ke Rumah Limas milik keluarga Bayuki Wahab di Jl. Mayor Ruslan dan Hasyim Ning
di Jl. Pulo, 24 Ilir, Palembang.
Pusat KerajinanTenun/Siwet Songket Palembang
Tenun/Siwet Songket Palembang merupakan kerajinan tradisional khas dari
masyarakat Palembang yang umumnya dihasilkan dari industri rumah tangga.
Songket adalah kain tenun yang dibuat dengan teknik menambah benang pakan
sebagai hiasan (inlay weaving system), yaitu dengan menyisipkan benang
perak, emas atau benang warna di atas benang lungsin. Tenun ini memiliki
berbagai motif, seperti: lepus, jando beraes, bunga inten, tretes midar, pulir
biru, kembang suku hijau, bungo cino, bunga pacik, dan lain-lain.
Tenun songket umumnya dipakai kaum wanita dalam upacara-upacara
perkawinan, resepsi-resepsi resmi, dan acara-acara adat. Songket yang dikenakan
seseorang akan menunjukkan status sosial pemakainya.
Untuk melihat dari dekat prosesnya, bisa langsung meluncur ke Pusat
pengrajin Tenun Songket Palembang di Kawasan Industri Songket Kelurahan 30 –
32, Kecamatan Ilir Barat, Kota Palembang.
Masih banyak destinasi wisata Palembang yang menarik! Lebih lengkap silakan cek di Kalbuning Manah Hati
Strong Point
Penyelenggaraan “Jelajah
Musi Triboatton” atau International Musi Triboatton merupakan bentuk kejelian sekaligus kecerdasan pemangku kebijakan dan pelaku pariwisata di bumi Sriwijaya untuk mengembalikan kejayaan sungai beserta atribut budaya dan fragmentasi alam yang melengkapinya.
Sungai sebagai pusat peradaban, jalur perdagangan dan
transportasi masa tertua didunia, sejauh ini lebih sering dipandang sebelah mata! Pembangunan yang secara umum lebih memprioritaskan prasarana jalur darat (yang dianggap lebih modern, efektif dan efisien) mengakibatkan sungai dan peran sentralnya semakin terpinggirkan dari waktu ke waktu.
Mengangkat derajat sungai melalui penyelenggaraan “Jelajah
Musi Triboatton” atau International Musi Triboatton tidak hanya akan mengembalikan kejayaan sungai, tapi juga akan mengangkat perekonomian masyarakat sekitar yang biasanya ikut terpinggirkan kebijakan, melestarikan keberadaan sungai dengan melibatkan masyarakat secara langsung untuk kembali mencintai dan menjaga ekosistemnya sehingga keseimbangan alam akan lebih terkendali dan budaya sungai sebagai salah satu budaya luhur dari nenek dan kakek moyang kita tidak hanya menjadi cerita untuk anak cucu kita!
Selamat untuk Pemerintah Propinsi Sumatera Selatan dan semua pihak yang telah berhasil mewujudkan mimpi besarnya untuk mengembalikan kejayaan sungai di tanah air Indonesia! Semoga bisa menjadi inspirasi hebat untuk daerah lain di Indonesia. Selamat dan sukses untuk event International Musi Triboatton!
Semoga kita bisa bersua di Palembang Djaya! Wong Kito Galo....