Sabtu, 25 Juni 2016

Pasca Tewasnya “Dante”, Kota Banjarmasin Mencekam!



 
Senyum damai masyarakat Banjarmasin (Foto : @kaekaha)

Mimpi buruk itu hampir saja terulang kembali di bumi Kalimantan! Pertumpahan darah akibat “perang” antar suku itu hampir saja mengulang trauma masa lalu yang begitu menyesakkan dada.

Kota Banjarmasin, Ibu kota Kalimantan Selatan yang selama dikenal  harmonis, aman dan damai, tiba-tiba di akhir bulan Pebruari kemarin mendadak mencekam! Berita akan adanya perang antara suku Dayak dengan Suku Madura mulai menyebar luas keseluruh masyarakat Kota Banjarmasin, termasuk di lingkungan tempat tinggal saya yang berada di pinggiran Kota. Memang, beritanya masih simpang siur dan mempunyai banyak versi.

Awalnya, saya mendengar berita tersebut dari seorang tukang sayur langganan istri saya yang biasa keliling komplek. Menurutnya, beberapa hari terkahir di pasar beredar khabar “burung” akan ada serangan balasan atas meninggalnya seorang pemuda keturunan Dayak yang meninggal karena diserang oleh “oknum” dari Suku Madura akibat berebut lahan parkir, tapi si tukang sayur juga tidak bisa memastikan validitas dari isu-isu tersebut.

Postingan damai dari Ketua DAD Kalimantan Barat (Grafis : Facebook Yakobus kumis)


Memang, saat itu dari beranda berbagai medsos popular terutama facebook, saya juga banyak mendapati postingan berita-berita yang kurang lebih sama dengan cerita si Paman sayur, tapi karena saya anggap postingan berita hoax, maka saya tidak terlalu menanggapi berbagai berita tersebut.

Tapi, saya mulai berubah pikiran, ketika anak saya yang sekolah di salah satu Madrasah di Kota Banjarmasin, sepulang sekolah bertanya,
“Bah, mau ada perangkah antara Orang Dayak dengan Orang Madura?”
Betapa terkejutnya saya mendengar pertanyaan anak saya. Ketika saya tanya asal berita itu! Anak saya mengatakan kalau wali kelasnya memberi himbauan yang kurang lebih isinya sebagai berikut, “Tolong disampaikan kepada semua orang tua masing-masing, dalam beberapa hari ini, kalau tidak terlalu penting jangan keluar rumah terutama ke tempat-tempat keramaian umum, seperti pasar, menara siring dll, karena kemungkinan akan ada perang antara orang Dayak dengan Orang Madura di Banjarmasin”.

Sampai disini, saya berpikir sepertinya ini bukan main-main! Kalau wali kelas anak saya saya memberi himbauan (entah atas nama pribadi ataupun institusi) seperti diatas. Sayang, sampai saat itu belum ada informasi resmi dari pihak berwajib maupun dari pemerintah tentang situasi dan kondisi keamanan Kota Banjarmasin, karena secara umum aktifitas masyarakat masih terlihat normal-normal saja. Begitu pula media massa lokal yang terbit di Kalimantan Selatan, tidak satupun yang mengulas kasak-kusuk yang menurut saya sudah pada taraf meresahkan tersebut. Hal ini berbanding terbalik dengan postingan berita di facebook yang menggelinding semakin  liar dan bikin ngeri membacanya. Berbagai postingan provokatif bertebaran dimana-mana, sahut-menyahut di kolom komentar berisi hasutan, kebencian, yang bercampur dengan rasa takut dan kengerian, semua campur aduk bikin mual dan sakit kepala. Tapi intinya tetap sama! Tetap simpang siur dan tidak jelas sumbernya.

Berawal dari Alkohol dan Media Sosial
Alhamdulillah, sebelum “perang” benar-benar terjadi, kebenaran itu terungkap!

Semua berawal dari tragedi tewasnya Eki Rianda Persia atau DANTE, seorang keturunan Dayak di tangan dua pemuda mabuk yang kebetulan berasal dari Madura, Faruk dan Ardiansyah. Perselisihan yang berujung maut ini dipicu masalah yang sangat sepele yaitu tatapan mata!

Menurut penjelasan Polisi, pasca pembunuhan (Minggu, 21/2), Rabu (24/2) polisi dan semua unsur Muspida Kota Banjarmasin sampai Gubernur mempertemukan seluruh tokoh adat yang ada di Banjarmasin, termasuk DAD (Dewan Adat Dayak) dan (KAWAMA) Kerukunan Warga Madura. Semua sepakat, masing-masing pihak berkeinginan menjaga keharmonisan dan ketenteraman Kota Banjarmasin, dengan aktif meredam isu yang beredar dan sama-sama menenangkan massanya. Kedua belah pihak sepakat menyerahkan kasus kriminal murni ini untuk diproses polisi. Selanjutnya, Jumat (26/2) seluruh tokoh adat dikumpulkan lagi menegaskan kemufakatan dan malamnya menggelar acara damai adat.

Postingan Menyejukkan Walikota banjarmasin via facebook (grafis : facebook Ibnu Sina)


Pernyataan polisi ini diperkuat oleh postingan dari Walikota Banjarmasin, Ibnu Sina di akun facebook pribadinya. Selanjutnya, selain memburu tersangka Faruk yang buron, polisi juga bertekad memburu semua pihak yang sengaja menyebarkan isu provokatif melalui media sosial dengan memanfaatkan kasus pidana tersebut.

Tragedi Dante dan Ragam Media Sosial dalam Keragaman Nusantara Kita

Bagi bangsa Indonesia, keberagaman budaya adalah kenyataan hidup, (cultural diversity is a fact of life), sedangkan kehadiran ragam media sosial dibawah bayang-bayang teknologi internet yang borderless dan interconnected merupakan sebuah keniscayaan bagi masyarakat Indonesia sebagai bagian tak terpisahkan dari peradaban masyarakat dunia.

Kekhawatiran terhadap efek negatif dari perkembangan ragam media sosial yang menyerbu masyarakat dunia, termasuk Indonesia, berupa benturan budaya yang bisa mengancam persatuan dan kesatuan bangsa merupakan konsekuensi yang tidak bisa dihindari.  Hal ini mengacu pada sifat internet sebagai aplikasi teknologi informasi yang cepat dan terbuka yang menyebabkan batas-batas privasi semakin samar dan pada gilirannya menghadirkan fenomena transparansi sebagai bagian dari demokratisasi informasi. Apalagi jika dikaitkan dengan fakta “The world in your pocket” yang sudah didepan mata, yang tentunya akan semakin memperbesar dan memperluas intensitas interaksi tanpa batas. 

 
Ragam Media Sosial (Grafis : www.newsth.com)

Menurut pakar Manajemen Komunikasi Lintas-budaya, Prof. Dr. H. ANDRIK PURWASITO, DEA bentuk transparansi informasi yang cepat dan terbuka inilah yang menyebabkan terjadinya kemungkinan benturan (kepentingan) budaya yang akan menghasilkan 2 (dua) konsekuensi yaitu “benturan” kepentingan yang membawa berkah (advantage) dan “benturan” kepentingan yang mengakibatkan bencana (disadvantaged) dan situasi ini bisa menjadi semakin runyam, ketika kehadiran negara sebagai regulator masih kesulitan melakukan tindakan pengawasan (sensorship) terhadap containt internet berikut produk turunannya berupa medsos.

Provokasi massa yang meresahkan melalui medsos di Kota Banjarmasin seperti ilustrasi diatas, merupakan salah satu fenomena dari “benturan” kepentingan yang mengakibatkan bencana (disadvantaged) seperti penjelasan Prof. Dr. H. ANDRIK PURWASITO, DEA. Dimana ketiadaan pengawasan (sensorship) oleh regulator dan ditambah “kepentingan” tidak bertanggung jawab dalam memanfaatkan aplikasi media sosial terbukti bisa mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. 

Himbuauan dalam Facebook (Grafis : facebook Ibnu Sina)


Disinilah dibutuhkan kehadiran dan keterlibatan semua pihak, terutama negara sebagai regulator, para cendekiawan, pemuka/pemimpin sosial kemasyarakatan, kaum terdidik dan terpelajar, para praktisi dan tentunya semua elemen teknis dan praktis yang terlibat di dalamnya sebagai motor technology adapter untuk bisa merumuskan sebuah blueprint yang cerdas dan aplikatif, sebagai strategi  edukatif pemanfaatan aplikasi teknologi informasi (internet) yang sehat, bermanfaat, tepatguna dan berdayaguna bagi pembangunan peradaban bangsa sesuai dengan karakter ke-bhineka-an kita.  Sehingga masyarakat sebagai technology user atau technology taker bisa lebih dewasa, arif, bijaksana dan bertanggung jawab dalam memanfaatkan aplikasi teknologi informasi berikut produk turunannya seperti medsos yang terlanjur menjadi rujukan informasi masyarakat baik secara pribadi maupun komunal.

Pelajaran berharga dari Banjarmasin ini, mudah-mudahan kembali menyadarkan sekaligus membangunkan sel-sel dorman dalam alam bawah sadar kita agar kembali aktif bergerak untuk merespon berbagai gejala sosial yang berpotensi mengaburkan ke-bhineka-an kita. Semoga bermanfaat!



Artikel ini diikutsertakan dalam Kompetisi Blog yang diselenggarakan oleh ICRS dan Sebangsa






 





1 komentar:

  1. saya ibu irma seorang TKI DI SINGAPURA
    pengen pulang ke indo tapi gak ada ongkos
    sempat saya putus asah apalagi dengan keadaan susah
    gaji suami itupun buat makan sedangkan hutang banyak
    kebetulan saya buka-bukan internet mendapatkan
    nomor MBAH SERO katanya bisa bantu orang melunasi hutang
    melalui jalan TOGEL dengan keadaan susah terpaksa saya
    hubungi dan minta angka bocoran SINGAPURA
    angka yang kemarin di berikan 4D yaitu 6377 TGL 01-09-2016
    ternyata betul-betul tembus 100% alhamdulillah dapat Rp.250.juta
    bagi saudarah-saudara di indo mau di luar negeri
    apabila punya masalah hutang sudah lama belum lunas
    jangan putus asah beliau bisa membantu meringankan masalah
    ini nomor hp -> (-082-370-357-999-) MBAH SERO
    demikian kisah nyata dari saya tampah rekayasa
    atau silahkan buktikan sendiri..

    BalasHapus