Bagai disambar geledek! Aku hanya bengong ketika Dr Muhammad Ali Faisal, M.Sc, Sp M yang duduk dihadapanku menjelaskan hasil pemeriksan mata anakku, si-Raihan. "Maaf Pak, saya sudah mencoba dengan semua alat tes dan hasilnya tetap sama. Anak Bapak minus 7 dan ada silidernya!"
Waduuuuh!
Dugaanku tepat! Sebenarnya aku sudah curiga dengan gelagat ini. Cara
Raihan memandang obyek benda di depannya berbeda dengan adik dan
teman-temanya, aku perhatikan setiap melihat obyek benda yang relatif
kecil atau jauh dia selalu memicingkan mata beberapa saat dan menurut
tukang ojek langganan yang tiap hari mengantar dan menjempunya sekolah,
dari jarak 2 meterpun si Raihan tidak mengenalinya kalau dia tidak
mengeluarkan suara untuk memanggilnya.
Aku
jadi teringat kejadian 25 tahun yang lalu, persis seperti Raihan saat
ini ketika duduk di bangku SMP kelas 1. Saat itu aku juga divonis oleh
dokter mata dengan vonis yang sama! Mataku minus dan ada silindernya,
hanya saja minus mataku waktu itu tidak separah si-Raihan yang sampai
angka 7. Saat itu mataku "hanya" minus 3. Akibatnya, sejak saat itu aku
harus memakai kacamata sebagai alat bantu untuk memperjelas
penglihatanku.
Sedih
rasanya saat itu! Gara-gara memakai kacamata, selain tersiksa karena
adanya benda asing yang menempel sekaligus membebani hidung (sering
menyebabkan kantuk berat) aku harus meninggalkan banyak kegiatan yang
menjadi hobby beratku, terutama hobby olahraga ketangkasan yang telah
lama aku tekuni, yaitu Bulutangkis dan Sepakbola! Pukulan paling berat
adalah pupusnya harapan mendapatkan beasiswa untuk belajar sekaligus
berlatih bulutangkis di salah satu klub Bulutangkis terkenal milik
sebuah perusahaan media nasional ternama dari Surabaya yang sedianya
sudah ada di depan mata. Beasiswa belajar bulutangkis itu tidak datang
dengan sendirinya, tapi kudapatkan dengan perjuangan plus kerja
keras. Aku memenangi PORSENI di level SD akhir 80-an. Sayang, semuanya
tinggal mimpi. Tekad, niat dan angan-anganku suatu saat nanti bisa
membela merah putih di ajang Piala Thomas, All England dan turnamen
bergengsi lainnya harus kututup rapat-rapat. Sayonara bulutangkis!
"Terus gimana baiknya dok?" Tanyaku, melanjutkan pembicaraan dengan Dr Muhammad Ali Faisal, M.Sc, Sp.M
"Untuk
terapi matanya, ya harus pakai kacamata sesuai ukuran, tidak boleh
stres dan biasakan melihat atau memandang obyek yang jauh terutama yang
berwarna hijau!"
Saat
itu aku membayangkan betapa tersiksanya si-Raihan nanti kalau harus
memakai kacamata yang sangat tebal. Terus bagaimana dengan hobi main
bolanya? apakah bisa mengikuti jejak si Edgar david, mantan punggawa
timnas Belanda yang tetap bisa bermain bola dengan memakai kacamata
khusus?
"Selain itu, gaya hidup dan pola asupan makanan juga harus dirubah! Raihan suka membaca dan main game pakai gadget atau komputer? Suka membaca sebenarnya bagus, cuma cara membacanya harus benar dan untuk main gadget atau
komputer, sebaiknya mulai sekarang harus dibatasi, selain karena jarak
mata dengan layar yang relatif dekat, radiasi dan spektrum warna warna
pada gadget dan komputer ditengarai bisa menjadi katalis atau
mempercepat laju bertambahnya angka minus pada mata." sedangkan untuk
asupan makanan, perbanyak makan sayuran seperti brokoli, wortel, bayam,
tomat dll." Dr. Faisal menjelaskan panjang lebar.
Secara
garis besar, mata minus (rabun jauh/myopia) bisa terjadi karena garis
keturunan dan aktifitas melihat jarak dekat yang intensitasnya terlalu
lama, seperti membaca dengan jarak yang dekata atau main game dengan
media gadget atau komputer. Sedangkan mata silnder
(Astigmatisma) lebih banyak disebabkan karena gaya hidup yang salah,
seperti membaca dan melihat obyek benda dengan fokus dari samping atau
miring atau sambil tidur-tiduran.
Memang harus diakui, kemajuan teknologi, khususnya smartphone seperti
dua sisi mata uang. Disatu sisi memberikan banyak kemudahan, tapi
disisi lain bila tidak disikapi secara benar dan bijaksana, pasti akan
membawa dampak negatif yang sangat merugikan.
Sekarang,
dengan kenyataan harus memakai kacamata tebal (meskipun tidak seberat
dulu, karena sudah ada yang berbahan dasar plastik), aktifitas Raihan
jadi terbatasi, memang hobinya membaca dan main game tetap bisa
berlanjut, tapi hobinya main bola, praktis sudah tidak pernah
dilakukannya lagi. Entah dengan cita-citanya kelak?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar