Sudah beberapa hari
ini sebagaian besar daerah di Pulau Kalimantan terkurung asap akibat kebakaran
lahan gambut yang semakin meluas. Di Kotaku Banjarmasin, jarak pandang
dijalanan kalau siang nggak sampai 100 meter. Jelas kondisi ini sangat mengganggu
aktifitas kami. Anak-anak sekolah sebagian besar sudah diliburkan sejak empat
hari yang lalu, kegiatan belajar mengajar diganti dengan belajar mandiri di
rumah dengan pengawasan dari orang tua masing-masing. Kantor-kantor
pemerintahan dan layanan publik tetap buka, hanya saja jam buka lebih singkat
dari biasanya. Menurut berita online tadi pagi, Seluruh Puskesmas dan rumah
sakit dipenuhi pasien ISPA, saking penuhnya ruangan yang ada tidak
lagi mampu menampung luberan pasien. Akhirnya pasien dirawat dengan fasilitas
darurat di lorong-lorong koridor rumah sakit. Bandara Syamsudin Noor
satu-satunya lapangan terbang yang bisa didarati pesawat berbadan lebar di
Kalimantan Selatan lumpuh total, tidak ada aktifitas penerbangan sama sekali dalam
beberapa hari ini, akibatnya penumpang terlantar dan keleleran. Kapal-kapal dari luar daerah dengan tujuan pelabuhan Tri
Sakti Banjarmasin sebagian besar masih tertahan di muara sungai Barito, selain
menunggu air pasang, jarak pandang yang sangat minim mengakibatkan antrean
panjang untuk memasuki alur barito, satu-satunya jalur menuju pelabuhan Tri Sakti
yang letaknya di tepian Sungai Barito. Akibatnya, jadwal pelayaran semuanya
kacau, distribusi barang kebutuhan pokok dari pulau Jawa jadi sangat terganggu
padahal sebagian besar kebutuhan sembako masyarakat Kalimantan Selatan dan
Tengah masih bergantung pada pasokan dari pulau Jawa. Barang-barang yang tidak
tahan lama seperti sayuran, buah-buahan dan telur banyak yang rusak karena
busuk sebelum sampai ke tempat tujuan. Hal ini menyebabkan kelangkaan stok di
pasaran, karena stok terbatas otomatis hukum
pasar yang berlaku, harga barang-barang tersebut jadi meroket, melonjak nggak ketulungan! Mobilisasi orang dan distribusi
barang antar kota, baik melalui jalur sungai maupun jalur darat juga terkena
imbasnya.. Banyak operator taksi air yang memilih untuk off
atau menahan diri beberapa saat sambil menunggu semuanya kondusif. Selain karena alasan keselamatan, barang-barang kebutuhan
pokok yang secara reguler biasanya didistribusikan ke daerah pedalaman stok-nya
masih terbatas, sehingga harganya nggak terjangkau lagi. Itulah gambaran real efek domino dari selimut kabut asap
yang setiap tahun selalu menghantui kami, masyarakat Kalimantan Selatan.
Siapapun bisa membayangkan, betapa mengerikannya efek yang tercipta…..#AksiLawanAsap @GreenpeaceID @SBYudhoyono @jokowi_do2
Malam ini, seperti
biasa aku sudah terbangun ketika jam dindingku menunjukkan pukul 03.00 WITA,
pas…! tidak kurang atau lebih! Aku memang berusaha membiasakan diri untuk
membersihkan diri melalui proses meditasi di sepertiga malam terakhir, yaitu
dengan Sholatullail secara rutin.
Disitu aku merasakan adanya proses peluruhan segala racun dalam tubuhku secara
simultan. Disitu ada ruang tak terbatas untuk berdialog tentang apa saja
dengan-Nya. Dzat pemberi kehidupan bagi semua makhluk-Nya. Hanya saja, malam ini
aku merasakan sesuatu yang tidak biasa, berbeda dengan hari-hari sebelumnya.
Udara malam ini terasa lebih panas, pengab dan berbau menyengat, seperti bau benda
yang terbakar. Setelah lampu kamar kunyalakan, aku baru sadar ternyata kamar
tidurku telah penuh dengan asap yang entah darimana asalnya. Aku berusaha
mengusir tumpukan asap dikamarku dengan kipas angin, tapi tidak ada hasilnya tumpukan
asap di kamarku hanya berputar-putar saja. Setelah kubangunkan semua anak dan
istriku, kuminta mereka untuk tidak panik dan tetap bertahan didalam rumah
saja. Mereka kusuruh memakai masker sebagai alat perlindungan darurat.
Selanjutnya, aku mencoba keluar rumah untuk mencari tahu apa yang sebenarnya
telah terjadi. Betapa terkejutnya aku, ketika diluar rumah ternyata kabut asap
yang begitu pekat seperti telah mengurung komplek perumahan kami. Jarak pandang
sangat terbatas, bisa-bisa hanya 1 sampai 2 meter saja. Aku tidak bisa melihat
apapun saat itu. Sungguh aku merasakan kengerian yang luar biasa…! Aku seperti berada
dalam dunia lain, dunia antah berantah yang sama sekali tidak pernah ku kenali
sebelumnya. Karena merasa tidak bisa berbuat apa-apa, aku langsung kembali
masuk kedalam rumah, kucari HP-ku dan kucoba untuk menghubungi tetangga-tetanggaku…
“Haloo, ya pak…!
Terdengar jawaban Om Kahfi, tetangga sebelah rumah yang ternyata juga sedang
terjaga .
“Pak, kita dikepung
kabut asap ya…!?” tanyaku pada om Kahfi
“Iya pak! Mulai
masuk rumah! Di luar lebih mengerikan pak, nggak keliatan apa-apa! Nih saya di
depan rumah sama Pak Haris.” Jawabnya lagi sambil terbatuk-batuk.
“Iya eh….!
Spertinya, kebakaran lahan gambutnya semakin meluas ya pak…!” Aku mencoba mencari
tahu mungkin ada informasi terkait selimut kabut yang mengurung daerah kami saat
ini.
Aku tetap terjaga
sampai adzan Shubuh menggema di angkasa. Seperti biasa aku mengeluarkan sepeda
motorku untuk Sholat Shubuh berjamaah di Masjid komplek yang jaraknya kurang
lebih sekitar 800 meter dari rumahku.
“Hmmmm Subhanallah!
Dosa apa yang telah kami perbuat sampai Engkau menurunkan azab seperti ini
kepada kami, Ya Allah….?” Tanyaku dalam hati, ketika diluar rumah kulihat kabut
asap bukanya meghilang tapi justeru menebal. Sekarang jarak pandang lebih
pendek lagi, tidak sampai 1 meter.
“….waduh, lha kok
semakin tebal kabut asapnya! Jangankan melihat jalan, speedometer saja nggak terlihat. Waduuuuh gimana ya, kacau deh
kalau begini…!?” Aku jadi ragu untuk berangkat ke masjid, karena kabut asap
yang menyelimuti kami semakin pekat dan berbau menyengat. Disaat keraguanku
semakin memuncak, aku melihat sorot lampu yang diikuti oleh deru kendaraan dari
kejauhan. Dari suara kendaraannya aku mengenali itu suara kendaraan patroli security komplek perumahan kami. Setelah
ngobrol sebentar akhirnya kuputuskan untuk menerima tawaran Pak Ji, security senior yang menawariku untuk
mengantar sampai Masjid. Dari contact
HT milik Pak ji akhirnya aku temukan jawaban, ternyata seluruh wilayah
Kalimantan Selatan saat ini telah dikurung oleh selimut kabut asap tebal akibat
kebakaran hutan dan pembakaran lahan gambut! Sungguh bencana yang paling
mengerikan, dalam sejarah hidupku di banua!
Harus sampai kapan!?#AksiLawanAsap @GreenpeaceID @SBYudhoyono dan @jokowi_do2
Tulisan ini saya dedikasikan kepada semua yang terpaksa tersakiti oleh "bencana laten" selimut kabut asap dan semua relawan #AksiLawanAsap. Ikut berpartisipasi pada Forest Fire Campaign Kit Competition yang diprakarsai oleh Greenpeace Indonesia
www.100persenindonesia.org
iya emang harus sampai kapan kalimantan sperti ini terus. bikin sakit kepala
BalasHapusItulah fakta yg ada bro...! memang miris kalo melihat ini semua! Coba anda baca artikel saya yg lain "Kalimantan, bagai anak ayam kelaparan dalam lumbung", dijamin menambah wawasan tentang nasib Kalimantan! Tapi ga usah pesimis bro....... Masa depan Kalimantan ada pada kita sendiri! makanya kita semua harus kompak satu suara untuk memperjuangkan kemajuan pulau Kalimantan khususnya Kalsel dan Banjarmasin! Hidup banua.....
BalasHapusBgmn kalo kabut asap diulah jadi wisata xtrem!? biasanya yg aneh-aneh begini banyak yang suka! sekalian ulah souvenirnya di @kaosbanjar?!
BalasHapus