Durian Runtuh di Kalimantan
Durian Runtuh di Kalimantan
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/kaekaha.4277/final-adu-nyali-dengan-datsun-go-panca-menggali-potensi-menebar-inspirasi-untuk-negeri_56a10796967a61f20adaf140
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/kaekaha.4277/final-adu-nyali-dengan-datsun-go-panca-menggali-potensi-menebar-inspirasi-untuk-negeri_56a10796967a61f20adaf140
Durian Runtuh di Kalimantan Woooow Kereeeen! itu yang pertamakali mencuat dari benak saya ketika membaca di Kompasiana, akan ada even Kompasiana Blog Trip - Datsun Risers Expedition yang akan melintas dan menjelajahi eksotisnya alam liar Pulau Kalimantan, dari Tanjung Redeb, Berau Kalimantan Timur sampai ke Kota Pontianak di Kalimantan Barat.Ck...ck...ck....ini even langka yang nggak boleh dilewatkan! ....waduh! Batas pendaftaran untuk etape 1 untuk jalur Samarinda-Tanjung Redeb hari ini terakhir? Masih sempat gak ya...? Wis pokoknya daftar aja dulu, diterima apa nggak itu urusan yang diatas (sama urusan admin kompasiana kali ye....he..he..he...). Alhamdulillah siang itu dalam tempo yang secepat-cepatnya semua persyaratan yang diminta admin Kompasiana siap dan beres untuk di kirim ke petugas berwenang...dan Alhamdulillah, akhirnya jadi juga saya bergabung dengan rekan-rekan dari seluruh Indonesia dalam Datsun Risers Expedition menjelajahi wisata pulau terdepan! Inilah yang saya bilang sebagai durian runtuh di Kalimantan. Even ini merupakan berkah untuk pariwisata Kalimantan, khususnya daerah yang dilintasi oleh para risers (sebutan untuk peserta Datsun Risers Expedition), karena mendapatkan media promosi pariwisata paling efektif dan efisien, gratis lagi.....! Kenapa efektif dan efisien? Para risers terpilih yang nantinya menjelajahi Pulau Kalimantan bukan risers biasa yang hanya jago nyetir mobil, tapi mereka adalah kompasianers, yaitu komunitas penulis media blog terbesar dan paling berpengaruh di Indonesia, Kompasiana. Mereka penulis-penulis handal dibidangnya, jadi melalui tulisan para risers-Kompasianers inilah promosi pariwisata Kalimantan akan terekspos ke seantero dunia. Kalau sudah begini, jadinya durian runtuh matang pohon sudah terbelah lagi....he...he...he....cakep banget Datsun-Kompasiana! Terima Kasih Datsun! Terima Kasih Kompasiana! Mudah-mudahan setelah even ini, potensi besar pariwisata Kalimantan yang masih sering terabaikan dan sering timbul tenggelam, bisa segera bangkit dan take off .....
Mangenali Simpul-Simpul Eksotisme Jantung Kalimantan
Bagi yang belum pernah mendengar dan melihat Pulau Kalimantan, membayangkan pulau terbesar di Indonesia ini yang terlintas pasti hutan belantara yang lebat, suku dayak dengan ciri khas telinga panjangnya dan orang utan! Betul...? Memang benar, semua itu bagian dari Kalimantan, tapi Kalimantan tidak sesempit itu bro...! Masih banyak ikon potensial Pulau Kalimantan yang belum tereskspos secara luas, jangankan keluar negeri didalam negeri saja masih perlu ketelatenan dan kerja keras untuk memperkenalkannya. Untuk itulah, inisiatif dan ide cemerlang pabrikan mobil Datsun untuk mengadakan Datsun Risers Expedition yang akan menjelajahi Pulau Kalimantan patut mendapatkan apresiasi. Come on Let's go....
Perjalanan resmi hajatan bertajuk Datsun Risers Expedition" Round III Kalimantan etape 1 dimulai dari Kota Samarinda menuju Kota Tanjung Redeb di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Berlangsung dari tanggal 11-15 Januari 2016 memang tidak melewati Kota Balikpapan. Hanya saja, sepertinya kurang afdhol kalau kita harus melewatkan begitu saja "pintu masuk" para risers Datsun Risers Expedition dibumi Kalimantan ini.
Kota Samarinda si Kota Tepian, Ibu Kota Propinsi Kalimantan Timur. Kota yang berada di tepian Sungai Mahakam ini mempunyai sejarah panjang sebagai kota perdagangan yang sangat penting bagi pergerakan dan pertumbuhan perkonomian regional Kalimantan. Posisi strategis Kota Samarinda yang tepat berada di jalur lalu lintas perdagangan antar pulau dan antar daerah di pedalaman Kalimantan, menjadikan pelabuhan sungai Mahakam sebagai pelabuhan tersibuk di jamannya dan Sungai Mahakam sebagai salah satu sungai telebar dan terpanjang di Indonesia sangat mendukung untuk kepentingan itu.
Hebatnya, ditengah-tengah sibuknya jalur pelayaran Sungai Mahakam ternyata didalamnya masih menyimpan spesies unik dan langka yang hampir punah, pesut mahakam. Binatang mamalia air yang lebih kita kenal dengan ikan duyung ini dengan mati-matian dijaga kelestariannya oleh masyarakat Samarinda. Mau ikut serta menjaganya, kompasianer?
Perjalanan para risers dimulai dari titik ini, Dealer Nissan-Datsun Sempaja, Samarinda. Tim kami risers 4 (#Jagaw Risers) beranggotakan Rahab Ganendra, Ang Tek Khun dan saya sendiri, kaekaha.
Sekitar pukul 13.30 WITA rombongan Datsun Risers Expedition yang berjumlah 5 mobil plus beberapa mobil Offcial berangkat menuju Kota Sangatta di daerah Kutai yang berjarak sekitar 260km. Selama perjalanan, #JagawRisers" tidak mengalami kendala yang berarti. Driver kami Rahab Ganendra tidak perlu waktu lama untuk menyesuaikan diri dengan tunggangan baru kami Datsun Go+ Panca. Dengan laju kendaraan yang sifatnya koordinatif beriring-iringan dengan rata-rata kecepatan antara 50-60 km/jam kami bisa menikmati kenyamanan berkendara berkelas yang disediakan oleh rancangan Datsun Go+ Panca yang elegan dan tetap aman.
Tipikal jalan menuju Kota Sangatta dari Kota Samarinda didominasi oleh tanjakan dan turunan yang dikombinasi dengan tikungan-tikungan tajam yang berkelok-kelok, kami bisa dibilang sangat jarang bertemu dengan jalur lurus datar dengan panjang lebih dari 500 meter! Keren kan? Tapi itulah hebatnya Datsun Go+ Panca, dengan medan yang lumayan ekstrim dan menantang seperti itu tetap bisa berakselerasi secara maksimal, hebatnya lagi tetap bisa memberikan kenyamanan dan keamanan maksimal kepada semua penumpang yang ada di dalam kabin. Good Job, Datsun! Akhirnya, sekitar puluk 19.00 WITA kami mulai memasuki kota Sangatta, negeri kecil penghasil batubara terbesar di Kalimantan Timur.
Bismillah, setelah berdoa bersama akhirnya kami tim #JagawRisers dan semua peserta Datsun Risers Expedition Kalimantan, berangkat menuju Kota Tanjung Redeb, Berau. Kali ini saya yang duduk di belakang kemudi. Jam tangan saya menunjukkan tepat pukul 07.30 WITA ketika start dimulai, sedangkan catatan kilometer pada speedometer mobil kami menunjukkan angka 8327 dengan kondisi bahan bakar full. Seperti sehari sebelumnya, tim kami selalu mencatat data-data tersebut guna mengetahui total jarak tempuh yang kami tuntaskan plus tingkat konsumsi bahan bakar mobil tunggangan kami Datsun Go+ Panca.
Keluar dari, area parkir Q Hotel Kota Sangatta, semua risers dan tim official lansung melaju teratur sesuai urutan angka mobil. Sekitar 15 menit pertama, para risers masih menjelajahi area Kota Sangatta yang pagi itu terlihat sudah mulai menggeliat aktifitas warganya. Sebagai kota kecamatan, Kota Sangatta memang tidak terlalu padat dan sibuk layaknya Kota Samarinda yang kemarin telah kita lalui. Beberapa saat berlalu, perjalanan risers mulai memasuki daerah tidak berpenghuni yang terlihat didominasi oleh lahan kosong pertambangan batubara baik yang masih aktif mapun yang sudah tidak aktif. Dari papan nama yang bertebaran di beberapa titik, area pertambangan yang terlihat masih aktif tersebut adalah milik salah satu perusahaan tambang batubara nasional yang namanya tentu sudah tidak asing di telinga, yaitu KPC (Kaltim Prima Coal) milik salah satu pengusaha nasional. Sedang yang tidak aktif lagi, terlihat tidak terurus dan terbengkalai tidak jelas siapa pemiliknya.
- Welcome to Balikpapan -
Selamat Datang di Balikpapan
Perjalanan resmi hajatan bertajuk Datsun Risers Expedition" Round III Kalimantan etape 1 dimulai dari Kota Samarinda menuju Kota Tanjung Redeb di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Berlangsung dari tanggal 11-15 Januari 2016 memang tidak melewati Kota Balikpapan. Hanya saja, sepertinya kurang afdhol kalau kita harus melewatkan begitu saja "pintu masuk" para risers Datsun Risers Expedition dibumi Kalimantan ini.
-- Samarinda "Kota Tepian" --
Islamic Center (Masjid Baitul Muttaqien) landmark Kota Samarinda
Kota Samarinda si Kota Tepian, Ibu Kota Propinsi Kalimantan Timur. Kota yang berada di tepian Sungai Mahakam ini mempunyai sejarah panjang sebagai kota perdagangan yang sangat penting bagi pergerakan dan pertumbuhan perkonomian regional Kalimantan. Posisi strategis Kota Samarinda yang tepat berada di jalur lalu lintas perdagangan antar pulau dan antar daerah di pedalaman Kalimantan, menjadikan pelabuhan sungai Mahakam sebagai pelabuhan tersibuk di jamannya dan Sungai Mahakam sebagai salah satu sungai telebar dan terpanjang di Indonesia sangat mendukung untuk kepentingan itu.
Hebatnya, ditengah-tengah sibuknya jalur pelayaran Sungai Mahakam ternyata didalamnya masih menyimpan spesies unik dan langka yang hampir punah, pesut mahakam. Binatang mamalia air yang lebih kita kenal dengan ikan duyung ini dengan mati-matian dijaga kelestariannya oleh masyarakat Samarinda. Mau ikut serta menjaganya, kompasianer?
Dealer Nissan-Datsun Sampaja Samarinda
Perjalanan para risers dimulai dari titik ini, Dealer Nissan-Datsun Sempaja, Samarinda. Tim kami risers 4 (#Jagaw Risers) beranggotakan Rahab Ganendra, Ang Tek Khun dan saya sendiri, kaekaha.
Sekitar pukul 13.30 WITA rombongan Datsun Risers Expedition yang berjumlah 5 mobil plus beberapa mobil Offcial berangkat menuju Kota Sangatta di daerah Kutai yang berjarak sekitar 260km. Selama perjalanan, #JagawRisers" tidak mengalami kendala yang berarti. Driver kami Rahab Ganendra tidak perlu waktu lama untuk menyesuaikan diri dengan tunggangan baru kami Datsun Go+ Panca. Dengan laju kendaraan yang sifatnya koordinatif beriring-iringan dengan rata-rata kecepatan antara 50-60 km/jam kami bisa menikmati kenyamanan berkendara berkelas yang disediakan oleh rancangan Datsun Go+ Panca yang elegan dan tetap aman.
Tipikal jalan menuju Kota Sangatta dari Kota Samarinda didominasi oleh tanjakan dan turunan yang dikombinasi dengan tikungan-tikungan tajam yang berkelok-kelok, kami bisa dibilang sangat jarang bertemu dengan jalur lurus datar dengan panjang lebih dari 500 meter! Keren kan? Tapi itulah hebatnya Datsun Go+ Panca, dengan medan yang lumayan ekstrim dan menantang seperti itu tetap bisa berakselerasi secara maksimal, hebatnya lagi tetap bisa memberikan kenyamanan dan keamanan maksimal kepada semua penumpang yang ada di dalam kabin. Good Job, Datsun! Akhirnya, sekitar puluk 19.00 WITA kami mulai memasuki kota Sangatta, negeri kecil penghasil batubara terbesar di Kalimantan Timur.
Angka km jarak tempuh kami dari Samarinda-Sangatta
---- Adu Nyali di Jalur Tengkorak Sangatta-Tanjung Redeb ----
Kaekaha, ini dia driver #JagawRisers untuk jalur tengkorak Sangatta-Barau
Bismillah, setelah berdoa bersama akhirnya kami tim #JagawRisers dan semua peserta Datsun Risers Expedition Kalimantan, berangkat menuju Kota Tanjung Redeb, Berau. Kali ini saya yang duduk di belakang kemudi. Jam tangan saya menunjukkan tepat pukul 07.30 WITA ketika start dimulai, sedangkan catatan kilometer pada speedometer mobil kami menunjukkan angka 8327 dengan kondisi bahan bakar full. Seperti sehari sebelumnya, tim kami selalu mencatat data-data tersebut guna mengetahui total jarak tempuh yang kami tuntaskan plus tingkat konsumsi bahan bakar mobil tunggangan kami Datsun Go+ Panca.
Keluar dari, area parkir Q Hotel Kota Sangatta, semua risers dan tim official lansung melaju teratur sesuai urutan angka mobil. Sekitar 15 menit pertama, para risers masih menjelajahi area Kota Sangatta yang pagi itu terlihat sudah mulai menggeliat aktifitas warganya. Sebagai kota kecamatan, Kota Sangatta memang tidak terlalu padat dan sibuk layaknya Kota Samarinda yang kemarin telah kita lalui. Beberapa saat berlalu, perjalanan risers mulai memasuki daerah tidak berpenghuni yang terlihat didominasi oleh lahan kosong pertambangan batubara baik yang masih aktif mapun yang sudah tidak aktif. Dari papan nama yang bertebaran di beberapa titik, area pertambangan yang terlihat masih aktif tersebut adalah milik salah satu perusahaan tambang batubara nasional yang namanya tentu sudah tidak asing di telinga, yaitu KPC (Kaltim Prima Coal) milik salah satu pengusaha nasional. Sedang yang tidak aktif lagi, terlihat tidak terurus dan terbengkalai tidak jelas siapa pemiliknya.
Medan Alam Kalimantan
Semakin jauh meninggalkan Kota Sangatta, jalanan yang kami lalui semakin menyempit dan menantang nyali. Terdapat beberapa ruas yang aspalnya terkoyak, sehingga perlu ekstra hati-hati untuk melintasinya. Kontur geografis wilayah Sangatta-Tanjung Redeb yang berbukit-bukit dengan hutan lindung di sekelilingnya menyebabkan sepanjang jalan yang kami lalui layaknya mengendarai roller coaster di tengah hutan. Bergelombang, tanjakan, turunan dengan tingkat kecuraman sedang, luar biasa, sampai yang super ekstrem plus kelokan dengan variasi tikungan biasa sampai hampir berputar 180 derajat dengan lengkung putar yang relatif sempit, belum lagi di sebelah kiri atau kanan sebagian besar adalah jurang-jurang menganga dengan kedalaman sampai puluhan meter yang tidak jarang terkombinasi dengan badan jalan yang tinggal 1/3-nya saja, karena longsor. Wooooooooe! Sereeeeeem! Tapi memang inilah yang harus kami lalui, alam liar Kalimantan yang masih perawan dan sangat menantang bagi para petualang seperti kami, semua risers.
CSR DATSUN DI DESA ADAT DAYAK MIAU BARU
Angka speedometer kami saat itu menunjukkan angka 8517, artinya kami sudah melakukan perjalanan sejauh 190 km dari titik Q Hotel, Kota Sangatta yang kami tempuh selama 6,5 jam perjalanan, ketika semua risers Datsun Risers Expedition diajak oleh official untuk berbagi CSR kepada anak-anak usia sekolah suku dayak di desa Miau Baru, Kecamatan Kombeng, Kabupaten Kutai Timur. Desa yang selama ini lebih dikenal sebagai salah satu destinasi wisata budaya ini, memang luar biasa. Selain masih menjaga tradisi adat dayak dengan baik, dibuktikan dengan masih terjaganya lamin atau rumah panjang sebagai simbol adat yang terus difungsikan, dipertahankan dan dilestarikan sampai detik ini.
Selain itu, desa ini bisa dijadikan contoh riil dari hidupnya budaya toleransi yang begitu luar biasa. Masyarakat dayak di desa ini bisa hidup berdampingan dengan para pendatang yang datang dan menetap didesa mereka yang tentunya mempunyai latar belakang suku, agama, ras dan golongan yang berbeda-beda dengan aman dan damai. Dalam acara CSR yang berdurasi sekitar 1 jam tersebut, acara dikemas sangat kreatif. Para risers dilibatkan secara langsung untuk menunjukkan kreatifitas kelompok masing-masing dalam memberikan influence berbagai pengetahuan dan keilmuan baru yang relevan dan bermanfaat bagi adik-adik dari SDN Miau Baru. Kami dari tim #JagawRisers, mengusung tema indahnya berbagi yang dikemas dalam bentuk dongeng dan game seru. Rangkaian acara CSR datsun diakhiri dengan makan bersama dan dilanjutkan dengan sesi eksplorasi rumah adat dayak miau baru dengan foto dan video.
ROLLER COASTER DI TENGAH BELANTARA HUTAN KALIMANTAN
Setelah semua rangkaian acara CSR Datsun berakhir, kami risers dan semua rombongan berpamitan kepada tetua adat setempat untuk melanjutkan peejalanan kami menuju Tanjung Redeb dengan estimasi perjalanan sekitar 5 jam perjalanan. Tidak seperti perjalanan Kota Sangatta-Desa Miau Baru yang kiri kanan kami sepanjang perjalanan didominasi lahan tambang yang gersang dan vegetasi kebun sawit, peejalanan dari Desa adat Dayak Miau Baru menuju Tanjung Redeb, yang berjarak sekitar 170km lebih didominasi oleh hijaunya hutan hujan tropis Kalimantan yang masih perawan dengan pohon-pohon tinggi dengan kerapatan yang masih terjaga dengan baik. Meskipun kontur jalanan yang kami lalui masih sama seperti roller coaster tapi setidaknya pemandangan hijau disekitar kami bisa membuat segar mata dan paru-paru kami, sehingga mengurangi rasa jenuh dan lelah kami para risers setelah menempuh perjalanan jauh.
Setelah melaksanakan kewajiban Shalat Dhuhur dan Ashar yang di gabung (jamak qashar) sekaligus berdoa dengan meminta keselamatan dan kemudahan dalam perjalanan kepada yang Maha Kuasa, perjalanan menuju Tanjung Redeb Kita lanjutkan dengan hati dan pikiran yang lebih lapang dan fresh. Medan yang kami lalui masih relatif sama. Kiri kanan kami masih berupa jurang-jurang menganga yang dibalut oleh hijaunya dedaunan hutan hujan tropis Kalimantan yang maaih perawan, hanya saja kami mulai bertemu dengan peradaban manusia, berupa beberapa rumah dan perkampungan penduduk walaupun masih relatif jarang dan sedikit.
KETANGGUHAN MESIN DATSUN MENGANTARKAN PARA RISERS SAMPAI TUJUAN
Ditengah perjalanan mendekati Maghrib, kami para risers dikejutkan oleh berita salah satu mobil official yang memang mengawal kami dari jauh di belakang kehabisan bahan bakar ditengah hutan. Memang sepanjang perjalanan kami sama sekali tidak menemukan SPBU, untung mobil Datsun G+ Panca yang kami tunggangi iritnya jagoan! Jadi tidak perlu risau meskipun sepanjang jalan tidak ada SPBU. Selain itu ketahanan dan ketangguhan mesin Datsun Go + Panca tidak perlu diragukan lagi. Datsun mampu melibas dengan aman dan nyaman, turunan, tanjakan dan tikungan-tikungan super ekstrem, Saya membuktikan sendiri dengan mengendarainya sejauh 366 km dari Kota Sangatta - Tanjung Redeb dengan waktu tempuh yang ralatif lama (13 jam) dan saya tetap fit dan segar! Lamanya perjalanan disebabkan karena pola dan sistem yang dipakai dalam event Datsun Risers Expedition kali ini adalah sistem konvoi yang mengharuskan semua mobil wajib berjalan sesuai dengan nomor urut masing-masing, tidak boleh saling mendahului. Sehingga perjalanan memakan waktu lebih lama bila dibanding dengan waktu idealnya.
Semakin mendekati Kota Tanjung Redeb, hutan hujan tropis Kalimantan yang menyegarkan mata perlahan-lahan menghilang berganti dengan pemukiman dan perkampungan rumah penduduk yang rata-rata terbuat dari kayu dengan desain arsitektur dan ornamen khas adat dayak yang sudah dimodifikasi. Setelah sekian lama melaju menyusuri jalanan, akhirnya sekitar jam 20.30 WITA rombongan Datsun Risers Expedition mulai memasuki Kota Tanjung Redeb dan akhirnya kami memilih menginap si salah satu hotel terbaik di Kota yang berjuluk Kota Sanggam itu Hotel Swara Cantika. Angka speedometer mobil kami saat itu menunjukkan angka 8698 artinya total jarak yang telah ditempuh para risers dari Samarinda menuju Tanjung Redeb adalah sejauh 366 km dengan waktu tempuh total sekitar 13 jam.
Lelah memang lelah, tapi saya pribadi dan semua para risers sangat bangga dengan pencapaian kami bersama Datsun Go+ Panca menjelajahi Pulau Kalimantan untuk etape 1, Samarinda-Tanjung Redeb dengan sukses tanpa terjadi insiden apapun. Datsun Go+ Panca memang jaminan mutu di kelasnya.
Dari tiga tempat wisata utama yang dikunjungi para risers Rumah adat Dayak Miau Baru, Pulau Derawan dan Pulau Kakaban, ada beberapa catatan penting bagi kita semua yang peduli dengan kelestarian dan pengembangan pariwisata di Indonesia, khususnya di Pulau Kalimantan
- Mengangkat Eksotisme Rumah Adat Dayak Miau Baru -
Rumah adat Dayak Miau Baru, atau warga setempat menyebutnya Lamin (Maaf...untuk yang cowok, jangan bisakan mengajak lawan jenis anda berwisata ke sini dengan mengatakan " Ayo kita main kexxxxx...ya! he...he...he....nanti kena sensor!) . Sebenarnya sangat potensial menjadi destinasi wisata unggulan seperti rumah adat serupa di Desa Adat Dayat Pampang di Samarinda Utara. Detail ornamen khas Suku Dayak baik pada motif ukiran maupun art printing-nya begitu indah dan sangat rapi. Begitu juga tonggak-tonggak sapundu dengan motif ukiran yang tak kalah cantiknya di depan bangunan yang berdiri kokoh sejak ratusan tahun silam merupakan bukti dari kolektifitas semangat masyarakat Dayak untuk menjaga dan merawat budayanya yang luar biasa eksotis.
Tapi sayang, keindahan, kelokan dan pesona budaya yang begitu berharga tampak kurang terawat, terutama untuk masalah kebersihan baik didalam ruangan maupun lingkungan sekitar yang tidak dijaga. Didalam ruangan, disana-sini tampak terlihat sarang laba-laba dan debu yang terlihat mulai menebal, sedangkan diluar ruangan sampah yang berserakan sangat mengganggu view rumah lamin yang begitu eksotis. Kedepan, harapan saya semua pihak terkait terutama warga desa adat Miau Baru bisa lebih maksimal menjadikan rumah lamin ini sebagai aset untuk menjadikan desa mereka sebagai destinasi pariwisata unggulan tidak hanya untuk Kalimantan tapi untuk Dunia!
Dengan terus menjaga dan merawatnya secara maksimal. Sedangkan untuk pemangku kebijakan, seperti Kedinasan Daerah terkait bisa memberikan pembinaan lebih intensif dan terarah demi menjadikan Desa Adat Miau Baru sebagai destinasi Wisata kelas wahid untuk mendatamngkan kesejahteraan dan kemakmuran warga setempat dan Kalimantan Timur secara umum. Pesan saya kepada pihak swasta, terutama DATSUN sebagai pabrikan otomotif yang telah terbukti sangat peduli dengan pariwisata Kalimantan, tentunya akan lebih bagus lagi seandainya DATSUN bisa menjadikan Desa adat Miau Baru sebagai anak asuh binaan, demi mengangkat potensi besar pariwisata desa adat ini ke jalur yang baik! Bagaimana Datsun?
Keunikan dan kecantikan Pulau Kakaban dengan instrument laguna air payau peninggalan jaman prasejarah yang menjadi habitat berbagai spesies flora dan fauna langka hasil evolusi selama ribuan tahun lamanya, masih menyimpan banyak misteri ilmu pengetahuan yang belum terungkap dan harus diungkap dengan cara yang arif dan bijaksana. Itu tugas kita bersama!
Mari kita sebarluaskan keunikan dan kecantikan Pulau Kakaban sekaligus mengkampanyekan larangan untuk beraktifitas dan berinteraksi langsung dengan ekosistem didalamnya! Karena Pulau Kakaban sejatinya bukanlah tempat wisata umum, tapi destinasi wisata pendidikan dan penelitian, sesuai amanat Permenhut Nomor P 57 Tahun 2008 dan Surat Keputusan Bupati Berau, No.70 Tahun 2004.
Kalaupun tetap dipaksa menjadi destinasi wisata umum karena keunikan fakta dan data ilmiah Pulau Kakaban, tidak seharusnya pengunjung bisa berinteraksi secara langsung dengan berenang, snorkling, bahkan menyelam sampai ke dasar, tapi cukup dengan mengamati dari dermaga yang sudah ada. Ketentuan ini guna melindungi eksklusifitas dan private teritory ekosistem Danau Kakaban yang tentunya juga mempunyai aturan sendiri sejak ribuan tahun yang lalu.
Mari kita Nikmati Keunikan dan Kecantikan Danau Kakaban Dengan Cara yang Cerdas! Lindungi Habitat dan Ekosistem Alami Danau Kakaban dengan Tidak Berenang, Snorkling dan Diving di dalamnya!
Tulisan ini pertema kali di posting di Kompasiana dan Alhamdulillah mendapatkan apresiasi dari Kompasiana, Kompas.com dan Datsun berupa iPad Mini 2
Angka meter jarak tempuh Sangatta-Desa Miau Baru
CSR DATSUN DI DESA ADAT DAYAK MIAU BARU
Angka speedometer kami saat itu menunjukkan angka 8517, artinya kami sudah melakukan perjalanan sejauh 190 km dari titik Q Hotel, Kota Sangatta yang kami tempuh selama 6,5 jam perjalanan, ketika semua risers Datsun Risers Expedition diajak oleh official untuk berbagi CSR kepada anak-anak usia sekolah suku dayak di desa Miau Baru, Kecamatan Kombeng, Kabupaten Kutai Timur. Desa yang selama ini lebih dikenal sebagai salah satu destinasi wisata budaya ini, memang luar biasa. Selain masih menjaga tradisi adat dayak dengan baik, dibuktikan dengan masih terjaganya lamin atau rumah panjang sebagai simbol adat yang terus difungsikan, dipertahankan dan dilestarikan sampai detik ini.
CSR Datsun di Rumah Lamin Desa Miau Baru
Selain itu, desa ini bisa dijadikan contoh riil dari hidupnya budaya toleransi yang begitu luar biasa. Masyarakat dayak di desa ini bisa hidup berdampingan dengan para pendatang yang datang dan menetap didesa mereka yang tentunya mempunyai latar belakang suku, agama, ras dan golongan yang berbeda-beda dengan aman dan damai. Dalam acara CSR yang berdurasi sekitar 1 jam tersebut, acara dikemas sangat kreatif. Para risers dilibatkan secara langsung untuk menunjukkan kreatifitas kelompok masing-masing dalam memberikan influence berbagai pengetahuan dan keilmuan baru yang relevan dan bermanfaat bagi adik-adik dari SDN Miau Baru. Kami dari tim #JagawRisers, mengusung tema indahnya berbagi yang dikemas dalam bentuk dongeng dan game seru. Rangkaian acara CSR datsun diakhiri dengan makan bersama dan dilanjutkan dengan sesi eksplorasi rumah adat dayak miau baru dengan foto dan video.
Tim #JagawRisers bersama anak-anak SD Miau Baru
ROLLER COASTER DI TENGAH BELANTARA HUTAN KALIMANTAN
Setelah semua rangkaian acara CSR Datsun berakhir, kami risers dan semua rombongan berpamitan kepada tetua adat setempat untuk melanjutkan peejalanan kami menuju Tanjung Redeb dengan estimasi perjalanan sekitar 5 jam perjalanan. Tidak seperti perjalanan Kota Sangatta-Desa Miau Baru yang kiri kanan kami sepanjang perjalanan didominasi lahan tambang yang gersang dan vegetasi kebun sawit, peejalanan dari Desa adat Dayak Miau Baru menuju Tanjung Redeb, yang berjarak sekitar 170km lebih didominasi oleh hijaunya hutan hujan tropis Kalimantan yang masih perawan dengan pohon-pohon tinggi dengan kerapatan yang masih terjaga dengan baik. Meskipun kontur jalanan yang kami lalui masih sama seperti roller coaster tapi setidaknya pemandangan hijau disekitar kami bisa membuat segar mata dan paru-paru kami, sehingga mengurangi rasa jenuh dan lelah kami para risers setelah menempuh perjalanan jauh.
Sebagian Roller Coaster jalur tengkorak Sangatta-Tanjung Redeb
Setelah melanjutkan perjalanan sekitar 3 jam, semua rombongan Datsun Risers Expedition akhirnya memutuskan singgah sebentar di Kantor Kecamatan Kelay untuk sholat dan istirahat sekitar 30 menit, kebetulan di sini terdapat sebuah Masjid dan halaman Kantor Kecamatan Jelai Kabupaten Berau yang luas bisa menampung semua mobil rombongan Datsun Risers Expedition. Sampai disini angka speedometer mobil kami 8599, artinya jarak antara Desa Adat Dayak, Miau Baru dengan Kantor Kecamatan Kelay Kabupaten Berau adalah sejauh 82 km dan kami tempuh selama 3 jam perjalanan
Foto Bersama di depan Kantor Kecamatan Kelay
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/kaekaha.4277/final-adu-nyali-dengan-datsun-go-panca-menggali-potensi-menebar-inspirasi-untuk-negeri_56a10796967a61f20adaf140
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/kaekaha.4277/final-adu-nyali-dengan-datsun-go-panca-menggali-potensi-menebar-inspirasi-untuk-negeri_56a10796967a61f20adaf140
Foto Bersama di depan Kantor Kecamatan Kelay
Setelah melaksanakan kewajiban Shalat Dhuhur dan Ashar yang di gabung (jamak qashar) sekaligus berdoa dengan meminta keselamatan dan kemudahan dalam perjalanan kepada yang Maha Kuasa, perjalanan menuju Tanjung Redeb Kita lanjutkan dengan hati dan pikiran yang lebih lapang dan fresh. Medan yang kami lalui masih relatif sama. Kiri kanan kami masih berupa jurang-jurang menganga yang dibalut oleh hijaunya dedaunan hutan hujan tropis Kalimantan yang maaih perawan, hanya saja kami mulai bertemu dengan peradaban manusia, berupa beberapa rumah dan perkampungan penduduk walaupun masih relatif jarang dan sedikit.
KETANGGUHAN MESIN DATSUN MENGANTARKAN PARA RISERS SAMPAI TUJUAN
Ditengah perjalanan mendekati Maghrib, kami para risers dikejutkan oleh berita salah satu mobil official yang memang mengawal kami dari jauh di belakang kehabisan bahan bakar ditengah hutan. Memang sepanjang perjalanan kami sama sekali tidak menemukan SPBU, untung mobil Datsun G+ Panca yang kami tunggangi iritnya jagoan! Jadi tidak perlu risau meskipun sepanjang jalan tidak ada SPBU. Selain itu ketahanan dan ketangguhan mesin Datsun Go + Panca tidak perlu diragukan lagi. Datsun mampu melibas dengan aman dan nyaman, turunan, tanjakan dan tikungan-tikungan super ekstrem, Saya membuktikan sendiri dengan mengendarainya sejauh 366 km dari Kota Sangatta - Tanjung Redeb dengan waktu tempuh yang ralatif lama (13 jam) dan saya tetap fit dan segar! Lamanya perjalanan disebabkan karena pola dan sistem yang dipakai dalam event Datsun Risers Expedition kali ini adalah sistem konvoi yang mengharuskan semua mobil wajib berjalan sesuai dengan nomor urut masing-masing, tidak boleh saling mendahului. Sehingga perjalanan memakan waktu lebih lama bila dibanding dengan waktu idealnya.
Iring-iringan rombongan Datsun Risers Expedition etape 1
Semakin mendekati Kota Tanjung Redeb, hutan hujan tropis Kalimantan yang menyegarkan mata perlahan-lahan menghilang berganti dengan pemukiman dan perkampungan rumah penduduk yang rata-rata terbuat dari kayu dengan desain arsitektur dan ornamen khas adat dayak yang sudah dimodifikasi. Setelah sekian lama melaju menyusuri jalanan, akhirnya sekitar jam 20.30 WITA rombongan Datsun Risers Expedition mulai memasuki Kota Tanjung Redeb dan akhirnya kami memilih menginap si salah satu hotel terbaik di Kota yang berjuluk Kota Sanggam itu Hotel Swara Cantika. Angka speedometer mobil kami saat itu menunjukkan angka 8698 artinya total jarak yang telah ditempuh para risers dari Samarinda menuju Tanjung Redeb adalah sejauh 366 km dengan waktu tempuh total sekitar 13 jam.
Angka meter jarak tempuh Kelay - Tanjung Redeb
Lelah memang lelah, tapi saya pribadi dan semua para risers sangat bangga dengan pencapaian kami bersama Datsun Go+ Panca menjelajahi Pulau Kalimantan untuk etape 1, Samarinda-Tanjung Redeb dengan sukses tanpa terjadi insiden apapun. Datsun Go+ Panca memang jaminan mutu di kelasnya.
Budayakan, Berwisata Cerdas!
Dari tiga tempat wisata utama yang dikunjungi para risers Rumah adat Dayak Miau Baru, Pulau Derawan dan Pulau Kakaban, ada beberapa catatan penting bagi kita semua yang peduli dengan kelestarian dan pengembangan pariwisata di Indonesia, khususnya di Pulau Kalimantan
- Mengangkat Eksotisme Rumah Adat Dayak Miau Baru -
Rumah adat dayak, Lamin Miau Baru
Rumah adat dayak, Lamin Miau Baru
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/kaekaha.4277/final-adu-nyali-dengan-datsun-go-panca-menggali-potensi-menebar-inspirasi-untuk-negeri_56a10796967a61f20adaf140
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/kaekaha.4277/final-adu-nyali-dengan-datsun-go-panca-menggali-potensi-menebar-inspirasi-untuk-negeri_56a10796967a61f20adaf140
Rumah adat Dayak Miau Baru, atau warga setempat menyebutnya Lamin (Maaf...untuk yang cowok, jangan bisakan mengajak lawan jenis anda berwisata ke sini dengan mengatakan " Ayo kita main kexxxxx...ya! he...he...he....nanti kena sensor!) . Sebenarnya sangat potensial menjadi destinasi wisata unggulan seperti rumah adat serupa di Desa Adat Dayat Pampang di Samarinda Utara. Detail ornamen khas Suku Dayak baik pada motif ukiran maupun art printing-nya begitu indah dan sangat rapi. Begitu juga tonggak-tonggak sapundu dengan motif ukiran yang tak kalah cantiknya di depan bangunan yang berdiri kokoh sejak ratusan tahun silam merupakan bukti dari kolektifitas semangat masyarakat Dayak untuk menjaga dan merawat budayanya yang luar biasa eksotis.
Tapi sayang, keindahan, kelokan dan pesona budaya yang begitu berharga tampak kurang terawat, terutama untuk masalah kebersihan baik didalam ruangan maupun lingkungan sekitar yang tidak dijaga. Didalam ruangan, disana-sini tampak terlihat sarang laba-laba dan debu yang terlihat mulai menebal, sedangkan diluar ruangan sampah yang berserakan sangat mengganggu view rumah lamin yang begitu eksotis. Kedepan, harapan saya semua pihak terkait terutama warga desa adat Miau Baru bisa lebih maksimal menjadikan rumah lamin ini sebagai aset untuk menjadikan desa mereka sebagai destinasi pariwisata unggulan tidak hanya untuk Kalimantan tapi untuk Dunia!
Dengan terus menjaga dan merawatnya secara maksimal. Sedangkan untuk pemangku kebijakan, seperti Kedinasan Daerah terkait bisa memberikan pembinaan lebih intensif dan terarah demi menjadikan Desa Adat Miau Baru sebagai destinasi Wisata kelas wahid untuk mendatamngkan kesejahteraan dan kemakmuran warga setempat dan Kalimantan Timur secara umum. Pesan saya kepada pihak swasta, terutama DATSUN sebagai pabrikan otomotif yang telah terbukti sangat peduli dengan pariwisata Kalimantan, tentunya akan lebih bagus lagi seandainya DATSUN bisa menjadikan Desa adat Miau Baru sebagai anak asuh binaan, demi mengangkat potensi besar pariwisata desa adat ini ke jalur yang baik! Bagaimana Datsun?
-- Terpanah Asmara Cantiknya Derawan --
View Pulau Derawan yang mempesona
Cantiknya pesona Pulau Derawan di ujung perairan selat Sulawesi sudah menggema ke seluruh dunia. Bersama-sama dengan beberapa pulau di sekitarnya seperti Pulau Kakaban, Sangalaki dan Maratua, pulau Derawan dengan pasir putihnya yang bersih dan lembut telah menjadi ikon pariwisata unggulan Kabupaten Berau dan Propinsi Kalimantan Timur. Cantiknya Pulau Derawan tidak lepas dari anugerah dari yang Maha Menciptakan. Selanjutnya adalah kewajiban kita untuk menjaga dan merawatnya.
Untuk Pulau Derawan yang juga berfungsi sebagai pulau hunian bagi masyarakat, saya berharap masyarakat disana juga mempunyai tekad, semangat dan harapan yang sama untuk menjadikan Pulau Derawan sebagai Destinasi Pariwisata kelas wahid dengan menjaga, merawat dan mengembangkan semua potensi yang ada dengan konsep yang benar, terstruktur dan terprogram dengan goal yang jelas dan terukur dengan pemerintah sebagai pembina dan pengawasnya.
Jangan sampai pengembangan potensi Pulau Derawan berjalan pragmatis, bergerak sendiri-sendiri tanpa koordinasi, pola dan arah yang jelas yang akhirnya justeru terlihat semrawut dan tidak berkonsep. Terus terang, saya sudah melihat kemungkinan dan kecenderungan ini di Derawan. Seiring pamor yang semakin melejit yang otomatis berbanding lurus dengan tingkat kunjungan wisatawan dan okupansi penginapan, maka pragmatisme kapitalis yang bermain. Pembangunan penginapan di tepi pantai yang menjorok ke laut semakin marak dan sepertinya (semoga ini salah...) tidak berkonsep alias semaunya pemilik modal. tentu akan membahayakan ekosistem dan mengganggu luas penampang pantai berpasir putih yang selama ini menjadi salah satu andalan wisata Pulau Derawan.
--- Mengembalikan KKL Pulau Kakaban Sebagai Destinasi Wisata Pendidikan dan Penelitian ---
Jangan lakukan aktifitas ini di Danau Kakaban
Keunikan dan kecantikan Pulau Kakaban dengan instrument laguna air payau peninggalan jaman prasejarah yang menjadi habitat berbagai spesies flora dan fauna langka hasil evolusi selama ribuan tahun lamanya, masih menyimpan banyak misteri ilmu pengetahuan yang belum terungkap dan harus diungkap dengan cara yang arif dan bijaksana. Itu tugas kita bersama!
Mari kita sebarluaskan keunikan dan kecantikan Pulau Kakaban sekaligus mengkampanyekan larangan untuk beraktifitas dan berinteraksi langsung dengan ekosistem didalamnya! Karena Pulau Kakaban sejatinya bukanlah tempat wisata umum, tapi destinasi wisata pendidikan dan penelitian, sesuai amanat Permenhut Nomor P 57 Tahun 2008 dan Surat Keputusan Bupati Berau, No.70 Tahun 2004.
Kalaupun tetap dipaksa menjadi destinasi wisata umum karena keunikan fakta dan data ilmiah Pulau Kakaban, tidak seharusnya pengunjung bisa berinteraksi secara langsung dengan berenang, snorkling, bahkan menyelam sampai ke dasar, tapi cukup dengan mengamati dari dermaga yang sudah ada. Ketentuan ini guna melindungi eksklusifitas dan private teritory ekosistem Danau Kakaban yang tentunya juga mempunyai aturan sendiri sejak ribuan tahun yang lalu.
Mari kita Nikmati Keunikan dan Kecantikan Danau Kakaban Dengan Cara yang Cerdas! Lindungi Habitat dan Ekosistem Alami Danau Kakaban dengan Tidak Berenang, Snorkling dan Diving di dalamnya!
Tulisan ini pertema kali di posting di Kompasiana dan Alhamdulillah mendapatkan apresiasi dari Kompasiana, Kompas.com dan Datsun berupa iPad Mini 2