Hampir 3 tahun sudah saya menjadi pelanggan si Listrik
pintar PLN. Jujur, awalnya saya masih merasa ragu bahkan sama sekali tidak
tertarik dengan konsep teknologi si Listrik Pintar yang saat itu sedang
gencar-gencarnya di sosialisasikan di Banjarmasin dan Kalimantan Selatan,
karenanya tidak ada sedikitpun niatan dan keinginan saya untuk mencari tahu
informasi tentang Listrik Pintar PLN, apalagi untuk bermigrasi menjadi
pelanggannya.
Walaupun akhirnya saya bersentuhan juga dengan Si Listrik
Pintar, semuanya berawal dari sebuah kebetulan alias tanpa saya sengaja plus
sedikit paksaan halus dari PLN. Begini ceritanya, kebetulan mulai
awal 2013 jaringan listrik di rumah yang menyatu dengan toko kelontong yang
saya kelola sering mati atau jeglek meternya. Setelah saya
cek, ternyata daya listrik terpasang di rumah saya memang sudah tidak memadai
lagi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi listrik keluarga kami. Kebetulan di
bulan Agustus berikutnya, bertepatan dengan ulang tahun PLN ada program tambah
daya gratis yang saat itu gencar di promosikan oleh PLN Banjarmasin.
Tanpa menunggu lama, dengan melengkapi persyaratan
yang diperlukan seperti KTP, rek pembayaran terakhir dan materai akhirnya saya
mengajukan permohonan kenaikan daya listrik untuk rumah saya. Saat mengisi
formulir pengajuan, disinilah saya baru bersentuhan dengan istilah listrik
prabayar atau Listrik Pintar. Pada kolom isian pilihan alat meter listrik
terdapat dua optional yaitu meter reguler (pascabayar) dan meter baru
digital (prabayar), karena tidak ada niatan untuk bermigrasi menjadi pelanggan
pasca bayar/listrik pintar, maka saya conteng pilihan pada meter
reguler/pascabayar setelah selesai dan saya kembalikan kepada
petugasnya, betapa kagetnya saya ketika diberitahu bahwa opsi pilihan saya
untuk meter reguler/pascabayar sudah tidak tersedia lagi
dengan alasan mesin meterannya sudah tidak ada stoknya lagi. Artinya, mau tidak
mau saya harus memilih mesin meter baru/prabayar. Sebenarnya
saya sempat protes untuk masalah ini. Tapi, karena menurut penjelasan dari
petugas yang melayani saya saat itu, kebijakan ini dari pusat dan berlaku
nasional! Ya sudah, akhirnya saya menyerah....
Inilah yang saya sebut sebagai
paksaan halus dari PLN. Karena akhirnya otomatis termigrasi ke listrik prabayar,
maka saya dikenai biaya paket awal pulsa listrik yang nantinya tertanam secara
otomatis di meter prabayar baru dengan besaran nominal bervariasi dan untuk
yang ini Kita bisa memilih sesuai budget. Paket awal pulsa
listrik ini nantinya bisa kita gunakan di awal pemakaian setelah meter prabayar
dipasang menggantikan meter reguler yang lama. Jadi kita tidak perlu bingung
lagi mencari atau membeli pulsa listrik setelah meter prabayar terpasang.
Setelah menunggu sekitar 2 (dua) minggu, akhirnya
meter listrik lama saya diganti juga dengan meter pulsa listrik digital dengan
daya baru sesuai permohonan saya dan tanpa menunggu lama listrik langsung
menyala dengan menggunakan pulsa paket awal yang sudah terisi di meter listrik.
Setelah memasang meter listriknya, petugas pemasang memberikan penjelasan
singkat mengenai teknik operasional meter prabayar, biasanya tentang teknik
atau cara mengisi pulsa dan cara membaca sisa pulsa pada layar monitor
yang sudah dikonversi dalam satuan kwh, termasuk cara setting alarm
penanda batas minimal pulsa (dalam satuan kwh) sebagai tanda untuk pengisian
ulang pulsa listrik.
Memang harus diakui, khusus untuk
lompatan teknologi dari inovasi ”listrik pintar” yang digulirkan PLN sejak 5
tahunan yang lalu, tidak hanya memberikan wacana manfaat lebih
saja kepada pelanggan, tapi memang memberikan manfaat dan kemudahan dalam arti
sebenarnya seperti klaim PLN dalam berbagai bentuk alat promosi dan sosialisasi
yang banyak bertebaran di mana-mana. Walaupun memang masih ada beberapa item yang
memerlukan perbaikan dan penyempurnaan, saya yang awalnya sempat meragukan
program listrik prabayar PLN dengan label "Listrik Pintar" ini,
sekarang setelah hampir 3 (tiga tahun) menjadi pelanggan benar-benar merasakan
banyak manfaat dan kemudahan dari si listrik pintar. Berikut rincian manfaat
dan kemudahan yang saya dapatkan setelah merasakan sendiri menjadi pelanggan
listrik pintar PLN,
1. Tidak ada biaya beban bulanan/abonemen
Pada saat masih menggunakan listrik program reguler
(pascabayar), saya dikenai biaya abonemen atau biaya tetap berlangganan yang
tetap diperhitungkan oleh PLN apapun kondisi dan berapapun pemakaian listrik
kami. Intinya, dipakai atau tidak pasokan listrik dari jaringan PLN, bagus atau
jelek layanan PLN biaya abonemen ini tetap ditagih oleh PLN dengan besaran yang
tetap. Sekarang, sejak menjadi pelanggan listrik pintar, kita tidak ada elemen
biaya abonemen. Jadi berapapun uang yang kita belanjakan untuk beli pulsa
listrik semuanya akan dikonversi menjadi Kwh setelah dikurangi PPJ 5% dan biaya
adm pembelian pulsa token listrik sebesar Rp.2500-3000,- (tergantung bank
penyedia)
2. Lebih mudah mengendalikan pemakaian listrik
Untuk prinsip pengendalian pemakaian listrik, baik
listrik prabayar maupun pascabayar pada dasarnya memang kita sebagai
pengguna yang memegang peran kendali, semua tergantung dari gaya hidup dan kebutuhan riil kita terhadap energi
listrik. Hanya saja, berdasarkan pengalaman saya selama menggunakan listrik
prabayar, karena untuk mendapatkan pasokan listrik kita harus beli/bayar
dimuka, logika umumnya alam bawah sadar kita relatif akan lebih mudah untuk
dibawa/disetting untuk menumbuhkan sikap aplikatif lebih bijak dengan
berperilaku lebih hemat untuk memanfaatkan energi listrik, sekaligus menyusun
strategi praktis untuk pilihan berhemat listrik.
3. Tidak ada resiko denda dan resiko pemutusan
sambungan
Dengan bermigrasi menjadi pelanggan listrik pintar
prabayar, saya tidak akan tersentuh lagi dengan resiko denda dan pemutusan
sambungan/jaringan oleh PLN. Saya merasa lebih enjoy! Karena saya tidak perlu
lagi membuat catatan atau agenda bayar listrik tanpa denda dan berbagai urusan
terkait tagihan listrik saya yang sebelumnya sering bermasalah (biasanya
akurasi pencatatannya) yang akhirnya mengharuskan saya meluangkan waktu untuk
komplain yang terkadang harus megelus dada karena saking jengkelnya. Dengan
menjadi pelanggan listrik prabayar, saya tidak lagi berurusan secara reguler
dengan PLN. Bahkan ada beberapa tetangga yang merasa seperti sudah putus
hubungan dengan institusi PLN. Wooooow! (kecuali ada masalah dengan kelistrikan
di rumah ya....)
Kalau pada listrik reguler pascabayar, biasanya
terdapat limit waktu pembayaran rekening listrik pada tanggal 20 tiap bulannya
dan bila terlewatkan oleh sebab apapun (PLN jelas tidak mau tahu!) kita akan
diberikan denda yang besarannya berbeda-beda sesuai dengan plafon daya listrik
yang mengalir ke rumah kita. Begitu juga dengan kemungkinan pemutusan jaringan
listrik karena keterlambatan/tunggakan pembayaran yang biasanya diberlakukan
setelah menunggak pembayaran 2 (dua) bulan ke atas.
4. Terhindar dari Kerugian Kesalahan pencatatan angka
meter
Ini merupakan pengalaman aneh, lucu, menggelikan
sekaligus menjengkelkan yang benar-benar dialami oleh tetangga saya yang
berkaitan dengan pencatatan meter listrik yang tidak akurat oleh pencatat meter
PLN. Tidak hanya satu lho, tapi ada beberapa tetangga saya yang mengalaminya!
Ilustrasi faktual berikut ini adalah salah satu yang menurut saya paling
memberikan pelajaran bagi saya, kita dan PLN tentunya.
Begini ilustrasinya, tetangga baru saya tersebut
kebetulan sudah memasuki tahun ke-2 (dua) tinggal dirumah yang disewanya
tersebut. Letaknya terpaut sekitar beberapa rumah dari rumah saya. Selama ini
tagihan bulanan PLN tergolong normal-normal saja dengan variasi tagihan antara
250-400rb untuk daya terpasang 1300VA dan menurut tetangga saya tersebut
hitungannya dianggap pas saja dengan pemakaian (masih masuk akal, katanya!).
Tapi, ketika mau membayar tagihan bulan selanjutnya betapa terkejutnya
tetangga saya tersebut, karena tagihan terbaru mencapai hampir 20 juta. Setelah
melakukan komplain sekaligus crosscheck antara data angka meter
terakhir yang tertera pada mesin meter Kwh dengan data catatan PLN, akhirnya
memang ditemukan ada selisih pemakaian yang mencapai puluhan ribu kwh.
Pihak PLN memang mengakui ada kesalahan akurasi dalam
proses pencatatan angka meter yang dilakukan oleh petugasnya. Tapi untuk mesin
meter Kwh dan angka angka meter yang tertera tidak ada kesalahan dan itu
dibuktikan oleh angka meter terakhir dalam struk tagihan bulan sebelumnya
(angka meter yang sudah ditagih PLN) ketika di crosscheck dengan
angka yang tertera di meter listrik. Hanya saja, dalam masalah ini PLN tidak
bisa menjelaskan mulai kapan selisih pencatatan itu terjadi, apakah sejak rumah
berdiri atau baru saja sejak disewa oleh tetangga saya tersebut? Hal ini
terkait dengan penanggung jawab yang harus membayar selisih pembayaran
terhutang kepada PLN yang begitu besar. Faktanya, rumah tersebut sejak berdiri
12 tahun yang lalu memang dijadikan sebagai rumah sewaan dan selisih pencatatan
yang berakibat adanya tagihan terhutang baru diketahui sekarang, setelah
penyewanya berganti sampai lebih dari 6 orang! Hayo, Kalau sudah begini
harus gimana dong?
Mudah-mudahan ilustrasi faktual ini mendapat perhatian
dari PLN agar tidak terulang lagi dikemudian hari, karena kejadian seperti ini
sangat-sangat merugikan dan memberatkan pelanggan. Saya yakin, semua bukan
berawal dari sebuah niat/kesengajaan dari institusi PLN, tapi lebih pada human
error dari personil pencatat meter yang biasanya memang bukan karyawan PLN
tapi tenaga kontrak yang disediakan oleh rekanan. Mudah-mudahan fakta-fakta
seperti ini tidak seperti fenomena gunung es yang hanya terlihat sebagian kecil
puncaknya saja tapi kenyataanya yang tidak terlihat jauh lebih besar.
Untuk terhindar dari ribetnya masalah-masalah seperti
diatas, sepertinya solusi jitu yang paling aman bagi pelanggan listrik PLN
adalah dengan beralih menjadi pelanggan listrik pintar alias listrik prabayar!
Enjoy aja....!
5. Privasi dan kemanan lingkungan pelanggan yang lebih
terjaga
Seperti yang saya sebutkan pada point 3 (tiga)
diatas, dengan menjadi pelanggan listrik prabayar saya merasa enjoy! semua
kendali terkait PLN sudah ada ditangan dan kalaupun ada masalah dengan kelistrikan
di rumah tinggal call ke 123, beres!. Bagusnya lagi, secara reguler
tidak akan ada lagi petugas pencatat meter yang datang ke rumah untuk mencatat
angka meter yang terkadang datang tidak beraturan dan diwaktu yang tidak tepat
sehingga kehadirannya terasa mengganggu aktifitas dan privasi kita.
Selain itu, pernahkah terpikirkan siapa dan apa latar
belakang mereka? Saya yakin hampir semua diantara kita tidak mengenal siapa
mereka yang tiba-tiba masuk halaman kita untuk mencatat atau memfoto meter
listrik kita? Celakanya lagi, sulit bagi kita untuk melakukan konfirmasi kepada
PLN tentang identitas petugasnya dilapangan yang sering terlihat tidak
melengkapi diri dengan seragam dan tanda pengenal resmi dengan berbagai alasan
(Fakta ini sering saya dapati di lingkunan tempat tinggal saya di Banjarmasin! Entah di lingkuangan yang lain). Intinya, dengan
semakin memperkecil kemungkinan akses orang luar yang tidak kita kenal masuk
wilayah privasi kita, tentu juga mengurangi resiko akan keamanan lingkungan
kita.
Jadi menurut saya, upaya PLN menghadirkan inovasi
pelayanan melalui teknologi listrik pintar prabayar yang meminimalisir
keterlibatan pihak lain (orang/human) dalam hubungan antara pelanggan
dengan PLN, mempunyai banyak sisi positifnya. Selain mengurangi resiko human
error, seperti salah catat yang berakibat sengketa fatal (point
3) juga bermanfaat untuk mengeliminir kemungkinan resiko keamanan lingkungan
pelanggan.
6. Pulsa listrik yang mudah didapat
dengan nominal bervariasi sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan
Sejak tanggal 1 Oktober 2015, pilihan nominal token
listrik prabayar ditetapkan dengan sistem fix rate yang nominalnya
sudah ditentukan oleh operator seperti layaknya sistem yang dipakai pulsa handphone
yaitu pecahan 20.000, 50,000, 100.000, 200.000, 500.000, 1.000.000, 2.000.000
dan 5.000.000. Sedangkan pilihan custom rate (angka nominal
token sesuai permintaan konsumen) yang sebelumnya menjadi pilihan favorit
pelanggan resmi dihapuskan. Walaupun pilihan transaksi token listrik custom
rate dihapuskan (menurut saya konsep transaksi ini sangat demokratis
; rincian penjelasan di bawah), tapi beragamnya nominal token listrik yang
disediakan saya kira masih sangat mudah untuk dijangkau oleh semua kalangan.
Untuk mendapatkan pulsa listrik, bukan perkara sulit!
Hampir semua bank sekarang menyediakan token pulsa listrik. Selain itu,
sekarang di pelosok-pelosok daerah sudah banyak tersebar PPOB (Payment
Point Online Bank), yaitu outlet/loket pembayaran tagihan online
yang biasanya berafiliasi dengan bank-bank resmi yang bekerja sama dengan
PLN untuk menyediakan token pulsa listrik untuk masyarakat. Jadi tidak perlu
kuatir kesulitan mencari pulsa listrik!
7. Meter listrik digital multi fungsi dengan akurasi
tingkat tinggi
Berbeda dengan meter listrik reguler (pascabayar) yang
sebagian besar masih menggunakan teknologi analog dan fungsinya hanya mencatat
kwh yang dipakai oleh pelanggan, meter listrik digital jauh lebih canggih.
Berikut, beberapa fakta kecanggihan dan manfaatnya
7.1
Koneksi data antara meter listrik dengan server PLN menggunakan sinyal layaknya
handphone. Sehingga, data situasi dan kondisi umum kelistrikan kita
tetap bisa dipantau dari server PLN. Jadi kalau ada masalah dengan kelistrikan
kita, PLN tetap bisa memberi bantuan secepatnya.
7.2
Layar digital meter listrik tidak hanya memberikan informasi tentang kwh saja,
tapi juga bisa memberikan informasi penting lainnya yang tidak dimiliki oleh
meter listrik pascabayar, diantaranya
- Fitur lampu pada layar
Berbeda dengan meter listrik analog pada listrik
pascabayar yang tanpa lampu, meter listrik prabayar dilengkapi dengan layar
berlampu yang bisa digunakan untuk mendeteksi koneksi listrik dengan jaringan
PLN. Ketika lampu di rumah padam, kita bisa mendeteksi sumber yang menyebabkan
listrik padam. Kalau layar berlampu ikut mati, artinya indikasi sumber
pemadaman berada di luar instalasi kelistrikan di dalam rumah. Entah karena
pemadaman oleh PLN atau karena gangguan masalah jaringan di luar pemadaman oleh
PLN, seperti terkena petir, kabel putus karena pohon tumbang dsb. Begitu juga
sebaliknya, seandainya lampu dirumah padam tapi layar pada meter listrik masih
menyala, berarti masalah ada didalam rangkaian instalasi kelistrikan didalam
rumah kita.
Fungsi lainnya, layar meter ini juga bisa dijadikan
indikator
- Fitur peringatan berupa tanda gambar padea layar
Bila ada bagian jaringan instalasi kelistrikan didalam
rumah kita tidak normal atau bermasalah, maka pada panel indikator di layara
meter listrik akan memberi tanda berupa gambar-gambar tertentu sesuai dengan
diagnosa penyebab masalahnya. Sehingga kemungkinan adanya bahaya yang mungkin
ditimbulkan oleh masalah tersebut bisa di minimalisir.
- Fitur alarm penanda pulsa minimal
Seperti layaknya pulsa handphone yang bisa
habis karena di pakai, begitu juga dengan pulsa listrik prabayar. Bedanya,
meter listrik pintar ini dilengkapi dengan fitur alarm yang akan mengeluarkan
bunyi ketika stok kwh listrik prabayar kita mendekati angka kritis dan harus
segera diisi ulang. Fitur ini bisa disetting sesuai kebutuhan, baik bunyi
maupun limit angka kwh sebagai batas kritisnya. Sehingga, kemungkinan sekaligus
kekhawatiran listrik dirumah akan padam karena kehabisan pulsa kwh tanpa sempat
mengisi ulang, sangat-sangat bisa diminimalisir dengan fitur alarm ini.
Itulah beberapa kelebihan dan manfaat faktual yang
saya rasakan sejak bermigrasi menjadi pelanggan listrik pintar PLN. Memang,
manfaat-manfaat diatas sifatnya sangat subyektif. Semuanya dari sudut pandang
saya yang mungkin secara kebetulan pas atau sesuai dengan materi yang
dipromosikan oleh PLN melalui berbagai media promosinya.
Tapi tunggu dulu! Selain catatan testimonial diatas
saya juga mempunyai beberapa ide dan catatan penting berkaitan dengan si
Listrik Pintar yang mudah-mudahan bisa menjadi bagian dari konstruksi besar
yang dirancang PLN dalam upayanya memaksimalkan kepintaran si listrik pintar,
Semoga!
Memang tidak ada gading yang tak retak! Memang tidak ada yang sempurna di dunia ini! Saya
kira ungkapan pepatah tersebut sangat relevan dengan usaha keras PLN dalam
upayanya memberikan pelayanan maksimal bagi semua pelanggannya di seluruh Indonesia, termasuk inovasi teknologi listrik prabayar yang
diluncurkan dengan label "Listrik Pintar" yang menurut saya memang
benar-benar pintar!. Tapi apakah semuanya sudah sempurna? Jawabnya tentu
belum! Karena saya masih melihat beberapa titik yang masih perlu membutuhkan
inovasi dan perbaikan lebih lanjut agar kepintaran si listrik pintar
benar-benar maksimal dan bisa diambil manfaatnya oleh pelanggan secara maksimal
juga!
Berikut catatannya :
Pertama. Proses pengisian pulsa listrik dinilai tidak praktis
dan kurang efisien
Proses pengisian pulsa listrik masih menggunakan cara
manual dengan cara menekan tombol kode token berupa angka sebanyak 20 digit
yang tertera pada voucher fisik yang dibeli di PPOB atau ATM Bank. Cara ini
mengadopsi cara pengisian pulsa handphone dengan voucher fisik
yang relatif sudah ketinggalan jaman dan mulai ditinggalkan oleh masyarakat dan
operator seluler, karena dinilai tidak praktis dan kurang efisien. Tidak
praktis, karena pelanggan harus meluangkan waktu untuk mengisikan
token ke meter listrik. Tidak efisien, karena dinilai boros
kertas.
Sebagai gantinya, operator seluler sekarang lebih
intensif mengutamakan penjualan pulsa dengan sistem elektrik. Tanpa kertas dan
bisa langsung masuk ke nomor pelanggan. Seharusnya, PLN juga mengadopsi cara
dan teknologi operator seluler dalam menjual pulsa listrik pintarnya.
Alasannya, jelas lebih praktis dan efisien. Selebihnya adalah untuk membuang
ironi! Lho kok ironi!? Coba perhatikan kalimat "pulsa elektrik"! Kata
elektrik dalam bahasa Indonesia artinya kan listrik. Logikanya, PLN kan pemilik dan pengelola listrik masak tidak bisa
menjual pulsa listriknya secara "elektrik" seperti operator seluler
yang tidak punya sumber listrik...he...he...he...intermeso!?
Satu lagi! Pemakaian kertas untuk mencetak struk
pembelian token. Coba bayangkan! Dari total jutaan pelanggan listrik pintar PLN
di seluruh Indonesia, berapa juta diantaranya yang bertransaksi dalam 1
(satu) harinya? Tentu ini akan berbanding lurus dengan kebutuhan kertas dan
ujung-ujungnya merembet ke masalah lingkungan! Berapa batang pohong yang akan
ditebang untuk memproduksi kertas tersebut? Apa ini tidak bertentangan dengan tagline
si listrik pintar yang tercantum pada kartu pelanggan seperti pada gambar
diatas? Hemat energi Selamatkan Bumi!
Kedua,
Jam buka outlet dan koneksitas server PLN
Pulsa listrik memang sudah banyak yang menjualnya,
bisa melalui loket PPOB, transaksi Bank, ATM, minimarket jaringan dan outlet
pulsa HP. Tapi sayangnya rata-rata semua mempunyai jam buka terbatas tidak
sampai 24 jam, kalaupun ada minimarket dan ATM yang bisa diakses sampai 24 jam
tapi tidak semua sistem PPOB dan ATM bank bisa connect 24 jam juga
dengan server. Rata-rata diatas jam 24.00 sudah jarang yang connect
dan bisa transaksi.
Dari besaran pulsa yang dibeli, pelanggan listrik
pintar bisa dibagi menjadi dua, yaitu pembeli pulsa sesuai kemampuan
dan pembeli pulsa sesuai kebutuhan. Tentu untuk tipikal pelanggan
yang belanja listriknya sesuai kemampuan akan kesulitan membeli pulsa
seandainya tepat pada jam-jam kritis itu meter listrik ”teriak-teriak” minta
diisi. Khusus untuk tipikal pelanggan yang biasa belanja pulsa listrik sesuai
kemampuan, ada tambahan tugas ekstra, yaitu harus selalu mengontrol saldo pulsa
yang tertera di layar monitor meter listrik.
Ketiga, skema nominal pulsa listrik pintar
Seperti yang saya sebutkan pada point no. 6
diatas. Sejak tanggal 1 Oktober 2015, ada 2 (dua) perubahan penting pada skema
penjualan pulsa listrik pintar PLN. yaitu, dihapusnya custom rate menjadi
fix rate dan dikeluarkan/dipisahnya biaya administrasi bank dari
elemen rincian biaya pembelian pulsa listrik. Perubahan-perubahan
mendasar ini menurut saya kurang smart sehingga
mengingkari semangat pintar dari si listrik pintar itu sendiri. Bahkan
ada beberapa yang menilai perubahan itu cenderung memberatkan pelanggan.
Begini ilustrasinya, sebelum tanggal 1 Oktober 2015,
nilai uang berapapun asal diatas Rp.20.000 bisa di konversikan secara otomatis
menjadi pulsa listrik (sistem langsung bisa mengkonversikan nilai uang kedalam
berbagai rincian biaya yang ada). Misalkan, kita belanja di minimarket atau
toko yang sekaligus menyediakan PPOB, setelah transaksi ada kembalian sebesar
Rp.23.550,- kita bisa minta kembalian itu dalam bentuk pulsa listrik tanpa
tambahan biaya apapun, karena semua elemen biaya selain biaya pulsa
seperti PPJ (Pajak Penerangan Jalan) dan admin Bank sudah include.
Tapi sejak ada perubahan skema per-tanggal 1 Oktober 2015 yang lalu, fleksibilitas
yang saya istilahkan dengan custom rate yang terlanjur dianggap bagian
dari smart-nya si listrik pintar tidak bisa lagi dilakukan, karena
besaran nilai nominal pulsa listrik yang tersedia sudah ditentukan (fix
rate), yaitu pecahan 20, 50, 100, 200, 500, 1 jt, 2jt dan 5jt.
Masalah lain yang sering menjadi keluhan adalah bagi
pelanggan yang sudah terbiasa belanja sesuai kebutuhan atau biaya listrik di
tanggung oleh instansi tempat bekerja dengan nominal yang sudah ditentukan.
Berangkat dari pengalaman terdahulu, tipikal pelanggan yang satu ini biasanya
sudah hapal betul berapa kebutuhan listrik dalam satu periode tertentu (umumnya
mingguan, dwi mingguan atau bulanan). Kalau kebetulan nilai nominal kebutuhan
per-periode tidak sesuai dengan pecahan nominal pulsa listrik yang tersedia,
maka pelanggan harus bertransaksi beberapa kali untuk mendapatkan pulsa listrik
yang sesuai dengan kebutuhannya.
Contohnya begini, Kebutuhan listrik perbulan Rp.
850.000. Bila transaksi sebelum tanggal 1 Oktober 2015, maka pelanggan membayar
kepada penjual pulsa listrik/ATM sama seperti nominal yang dibeli yaitu sebesar
Rp.850.000 dengan membayar 1 (satu) kali biaya administrasi bank plus 1
(satu) kali biaya materai yang sudah include.
Tapi sejak tanggal 1 Oktober 2015, maka untuk
mendapatkan nominal pulsa listrik sebesar Rp. 850.000 si pelanggan harus
bertransaksi minimal 4 (empat) kali transaksi yaitu, 500 rb, 200rb, 100rb dan
terakhir 50rb. dengan 4 (empat) kali transaksi berarti si pelanggan harus
membayar administrasi bank sebanyak 4 (empat) kali juga, itu rtinya lebih
boros! Celakanya, struk yang harus dicetak juga lebih banyak yaitu 4
(empat) kali cetak!
Keempat, Tentang batas atas nominal saldo kwh
mengendap di meter Point ini yang sebagian besar masyarakat dan pelanggan banyak yang
belum mengerti. Meter listrik prabayar mempunyai batas atas atau saldo
mengendap maksimal yang perhitungannya tidak pernah di sosialisasikan kepada
pelanggan, berikut berbagai konsekuensinya (yang ternyata lumayan mengerikan!) Jadi
apabila pelanggan mempunyai rezeki lebih, tidak bisa serta merta menabung pulsa
listrik sebanyak yang pelanggan mau. Ternyata ada mekanisme ratio kontrolnya,
tidak bisa sembarangan.
Sayangnya, selain tidak adanya
sosialisasi dan transparansi perhitungan batas atas ini, pelanggan juga tidak
mendapatkan notifikasi atau peringatan atau pemberitahuan. Biasanya hanya
ditandai dengan tidak bisa membeli pulsa listrik baik di ATM ataupuin di outlet
PPOB. Memang ada keterangan yang keluar ketika bertransaksi, tapi keterangannya
tidak secara tegas mengatakan bahwa stok saldo pelanggan melebihi batas atas. Dan
apabila pelanggan memaksakan diri bertransaksi sampai 3 kali maka secara
otomatis mesin meter listrik pintar milik pelanggan akan terkunci oleh sistem
dan akibatnya, (ini yang agak kurang nyaman!) pelanggan harus menyelesaikan
urusannya ke kantor PLN terdekat. Anehnya, dalam kasus ini pelanggan dianggap
tidak layak lagi berlangganan dengan kapasitas daya yang sekarang terpasang
dengan alasan kebutuhan daya listrik pelanggan yang sebenarnya lebih besar dari
kapasitas daya yang sekarang terpasang. Nah, lho...?
Mudahan kedepan ada penjelasan dari
PLN terkait masalah ini dalam berbagai media promosi PLN.
Kelima, Sosialisasi berkelanjutan dengan bersinergi
Sejak awal di gulirkan oleh PLN,
masyarakat pengguna layanan listrik prabayar mempunyai pendapat dan testimoni
yang berbeda-beda terkait layanan si listrik pintar. Ada yang merasa lebih murah atau irit,
tapi banyak juga yang mengatakan lebih mahal. Ada yang merasakan lebih enjoy dan
langsung familiar, tapi ada juga yang merasa lebih merepotkan dan terbebani
aktifitas baru yang merepotkan. Tapi anehnya, semuanya berdasarkan pengalaman
sendiri lho! Bukan sekedar kata-nya dan katanya. Kok bisa berbeda-beda ya?
Memang banyak faktor yang
mempengaruhinya. Beda daya tentu beda tarif, beda gaya hidup tentu juga beda kebutuhan
pemakaiannya. Beda wawasan tentu beda juga cara merespon masalah, beda
aktifitas keseharian juga beda cara pandangnya. Intinya, keberagaman latar
belakang tersebut akan berpengaruh terhadap pengalaman testimonial masyarakat
saat bersentuhan dengan si listrik pintar.
Menurut saya, persepsi masyarakat terhadap
si listrik pintar harus diluruskan guna menetralisir sekaligus meminimalisir
kemungkinan terjadinya salah persepsi secara masal terhadap si listrik pintar
karena beragamnya opini didalam masyarakat. Seperti kita pahami bersama, budaya
tutur dengan sistem getok tularyang telah menjadi kultur komunikasi masyarakat
kita, sangat efektif untuk menyebarkan berita, terlepas dari benar-tidaknya
kandungan isinya.
Untuk keperluan tersebut, ada
baiknya PLN melakukan sosialisasi berkelanjutan dengan berbagai media yang
disesuaikan dengan sosiokultur masyarakat setempat dengan bersinergi lintas
sektoral dengan berbagai pihak yang mempunyai visi sama untuk kemajuan dan
kemaslahatan masyarakat Indonesia. Satu lagi, jangan lupa untuk tetap
membuat semacam brosur atau buku saku pintar tentang si listrik pintar sedetail
mungkin untuk dibagikan kepada seluruh masyarakat karena keberadaan brosur/buku
saku ini merupakan instrument paling efektif untuk menjembatani eksistensi
ruang dan waktu semua segmen masyarakat dengan berbagai program PLN kapan saja
dan dimana saja. Coba bandingkan dengan instrument aplikasi lain yang berbasis
internet, radio atau televisi semuanya mempunyai ruang dan waktu yang masih
terbatas.
Enam, Strategi Promosi dan Pengembangan yang produktif bagi
Si Listrik Pintar
Saya heran sekaligus bingung dengan
munculnya berbagai berita miring tentang penolakan masyarakat terkait si
Listrik Pintar dengan berbagai macam alasan di berbagai daerah di Indonesia. Dikabarkan adanya pemaksaan
migrasi listrik pasca bayar ke prabayar, penggantian meter diam-diam oleh oknum
PLN, tindakan represif dengan memanfaatkan aparat untuk menakut-nakuti
masyarakat agar mau bermigrasi ke listrik pintar, kecurangan penjual pulsa
listrik dengan menambah harga jual dari harga normal yang memang tidak pernah
ada kontrol dari PLN, pelanggan yang merasa dijebak PLN agar mau bermigrasi ke
listrik prabayar dan lain-lainnya. Benar tidaknya berita yang terlanjur
memasyarakat ini, sayangnya tidak mendapatkan tanggapan serius dari PLN yang
terkesan cuek bebek. PLN seperti tidak berusaha untuk memberikan klarifikasi
terkait berita-berita miring tersebut. Atau jangan-jangan semuanya benar?
Lantas untuk apa itu semua? Bukankah semuanya merupakan tindakan
kontraproduktif yang justeru akan meneggelamkan pamor kepintaran si listrik
pintar!?
Mungkin belajar dari filosofi intan
bisa sedikit membantu memberi pencerahan, yang namanya intan dikubur dalam
lumpur dan kotoran sekalipun, intan tetaplah intan dan kilaunya tetap akan
mempesona siapapun setelah di cuci bersih. Analoginnya, inovasi produk listrik
pintar PLN mau di beri label apapun selama memang lebih baik, lebih bermanfaat
dan lebih efisien sehingga memberi kemanfaatan lebih kepada masyarakat, bila
dipadu dengan strategi tepat tentu pasti akan terlihat pamor kepintarannya.
Jadi menurut saya akan lebih bijak
bila proses pengembangan dan pemasyarakatan si listrik pintar dilakukan dengan
langkah-langkah bijak dan cerdas, dengan mengedepankan upaya persuasif dan
pendekatan budaya yang humanis langsung kepada masyarakat. Sudah bukan jamannya
lagi menggunakan cara-cara represif dan intimidasi yang justeru akan membuat
masyarakat semakin antipati, ketika mereka justeru belum memahami esensi
sebenarnya dari kepintaran si listrik pintar. Saya yakin manfaat lebih Listirik
Pintar PLN suatu saat nanti akan dicari orang! Dari Banjarmasin, berpikir
pintar untuk si-listrik Pintar! .... Semoga bermanfaat!