Ada yang berbeda dalam beberapa hari terakhir di Komplek
perumahan tempat saya tinggal. Setiap pagi di jalur utama masuk perumahan
banyak sekali terdapat mobil patroli dan ubarampe-nya. Delapan tahun saya
menghuni komplek, baru kali ini ada penampakan tidak biasa seperti ini dan yang
paling menarik perhatian saya adalah mobil sedan hitam paling mewah yang ada
diantara mobil-mobil itu.
Mobil dengan plat merah bertuliskan DA 1 itu sudah
beberapa hari ini nongkrong di salah satu rumah di jalur utama tersebut. Siapakah
gerangan dirinya, pemilik mobil itu? Ternyata pemiliknya adalah Paman Birin,
panggilan akrab H. Sahbirin Noor, Hobnor (Gubernur;Bhs Banjar) terpilih
Kalimantan Selatan periode 2016-2021.
Benar-benar nggak nyangka, di Komplek saya ternyata
juga dihuni oleh orang nomor 1 di Kalimantan Selatan. Padahal sejak kecil saya
tidak pernah bermimpi jadi Hobnor apalagi punya tetangga Hobnor...he...he...he,
ngelantur! Begini, sebagai warga Kalimantan Selatan dan kebetulan selama ini
belum pernah bertetangga dengan Bapak Hobnor, mau-nggak mau saya harus
menimbang-nimbang, kira-kira asyik nggak ya, kalo bertetangga dengan Bapak
Hobnor ?
Harusnya sih asyik! Tahu kenapa...?
Sebagai warga
Kalimantan Selatan sejak sebelas tahun lalu, belum pernah sekalipun saya
melihat wajah pejabat Gubernur Kalimantan Selatan secara langsung! Nah
sekarang, karena berdekatan mestinya bisa setiap hari bisa melihat beliau! Bertegur
sapa bahkan tidak menutup kemungkinan untuk ngobrol sama sidin (Beliau; Bhs
Banjar).
Ini keasyikan PERTAMA yang seharusnya saya dapatkan. Alasannya banyak!
Pertama, jarang-jarang lho bisa bertetangga dengan Bapak Hobnor. Kedua, Balik
lagi, Sejak kecil saya belum pernah melihat apalagi berjabat tangan, ngobrol
dan sejenisnya dengan Bapak Hobnor. Ketiga, saya dan warga komplek bisa selfie (laaaah,
laki kok selfie! Harusnya kan
Bambang, Joko atau parno) sama sidin (kalau sidin mau...he...he...he!) Ya,
minimal sama mobil dinas sidin DA 1, kan jarang-jarang tuh ada yang bisa! Keempat, ini
berkaitan dengan pendidikan politik untuk anak-anak kecil di komplek kami,
termasuk anak-anak saya. Mereka pasti akan bertanya, "siapa itu bah, kok
mobilnya dikawal polisi?" Kalau dijawab, itu Bapak Hobnor Kalimantan
Selatan. Pasti ada pertanyaan lanjutan dari anak saya, "Bapak Hobnor itu
apa bah ...bla...bla...bla...?" Menurut saya, ini bagus untuk pendidikan
politik anak-anak saya, karena masih kecil sudah bersentuhan dengan istilah
Hobnor. Syukur-syukur dia bisa menangkap penjelasan saya dan akhirnya bisa
membangun mimpi dan bercita-cita jadi presiden eh hobnor...he...he...he...
Keasyikkan berikutnya, KEDUA. Jalan utama di depan
rumah sidin selain menjadi julur utama lalulintas keluar masuk komplek, juga
menjadi jalur utama warga komplek untuk aktifitas olahraga pagi dan sore,
seperti jogging, bersepeda bahkan karena minimnya fasilitas umum dan olahraga
sama anak-anak biasanya juga dijadikan tempat bermain bulutangkis dan main
sepakbola. Harapannya, kehadiran sidin bisa menjadi katalis untuk semakin
menggairahkan olahraga di lingkungan komplek. Syukur-syukur, bisa menambah
fasilitas olahraga di komplek yang selama ini hanya dijanjikan terus sama
pengembang, biar jalanan didepan rumah sidin ngak dipakai anak-anak main bola
lagi ...he...he...he...! Hiks...berharap banget! Lagian pasti lucu kalau
tertangkap kamera wartawan, jalanan depan rumah Hobnor kok jadi lapangan bola
anak-anak!? Kasihan Patroli pengawalnya kalau setiap saat sidin lewat harus "menghalau"
anak-anak yang lagi asyik main...he...he...he!
Ucapan selamat dari kolega
Satu
lagi yang sedang heboh, jadi omogan warga sekomplek! Adanya rencana tanah
kosong dibawah SUTET yang berada di seberang rumah sidin. Dengar-dengar kabar
burung, mau dibangun Masjid besar oleh sidin untuk menggantikan Mushola kecil
yang selama ini menjadi pusat kegiatan ibadah warga komplek. Woooow, mantaaap! Kalau
rencana ini benar-benar menjadi kenyataan, penantian warga komplek selama lebih
dari 10 tahun mendapatkan fasum yang memadai (khususnya sarana ibadah dan
olahraga) akan terwujud. Mudah-mudahan, dengan adanya jalur olah raga di depan
rumah dan Masjid Besar di seberang rumah sidin, harapannya warga komplek
khususnya bisa lebih sehat jasmani dan rohani sehingga bisa berinteraksi lebih
intensif untuk bersua, bercengkerama dan bertukar pikiran secara informal
dengan sidin seperti saat kampanye (berdasarkan pengalaman, kalau suasana tidak
formal, biasanya uneg-uneg warga yang keluar lebih oyektif dan sesuai realitas
bukan yang normatif saja), siapa tahu dari kumpul-kumpul dengan warga komplek
yang mempunyai latar belakang campur aduk, bisa ketemu dengan ide-ide cerdas
untuk mengembalikan trend positif perekonomian Kalimantan Selatan yang sekarang
sedang down akibat turunnya pamor komoditas batubara, karet dan kelapa sawit
yang selama ini menjadi andalan Kalimantan Selatan.
Apalagi orang di komplek
kami yang sebagian besar orang Banjar asli, tahu betul potensi besar Kalimantan
Selatan yang seharusnya menjadi perhatian pemerintah untuk dikembangkan adalah
sektor pariwisata! Apalagi potensi pariwisata Kalimantan Selatan selama ini
dikenal termasuk kelas wahid! Siapa tidak tahu Kota Seribu Sungai yang eksotis?
Siapa yang tidak pernah mendengar pasar terapung alami satu-satunya di dunia?
Siapa yang tidak tahu kerbau rawa Danau Panggang? Siapa yang tidak tahu Soto
Banjar yang citarasanya ngangeni? Sayang, selama ini potensi besar itu
terabaikan karena ninabobo batubara dan kelapa sawit yang terbukti benar-benar
memabukkan dan menyesatkan masa depan perekonomian dan kelestarian lingkungan
hidup Kalimantan Selatan. Waduuuh, kok jadi memanjang ya....
Nah...ini dia keasyikan yang paling asyik! KETIGA,
Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah distribusi listriknya kan sering byarpet seperti lampu disko, apalagi jalur Jl. AYani arah keluar kota tempat
komplek kami berada intensitas pet-nya lebih sering, panjang dan lama dibanding
yang lain dari pada byar-nya. Mudah-mudahan dengan menjadi tetangga Bapak
Hobnor kisah dan ceritanya bisa berbeda. PLN yang biasanya sering mematikan
distribusi untuk jalur wilayah kami, mudah-mudahan karena ada Bapak Hobnor
tidak akan lagi. Syukur-syukur dibuatkan jalur prioritas...he...he...he....! Begitu
juga dengan distribusi air PDAM yang sering macet, bahkan sering tidak kebagian....!
Kebetulan posisi komplek tempat saya tinggal, berada di perbatasan antara Kota
Banjarmasin dan Kabupaten Banjar. Secara administratif kami masuk wilayah
Kabupaten Banjar dengan ibu kota Martapura yang jaraknya sekitar 33 km dari
komplek kami, tapi fasilitas PDAM dilayani oleh jaringan distribusi PDAM
Bandarmasih milik Pemko Banjarmasin, karena secara geografis kami lebih dekat
dengan Kota Banjarmasin yang jarak pusat kotanya sekitar 7 km saja dari komplek
kami. Posisi ini, menjadikan kami seperti layaknya "anak tiri" dengan
berbagai fragmentasi problematika layaknya daerah perbatasan lainnya. Mudah-mudahan
dengan hadirnya Bapak Hobnor di komplek kami semuanya bisa segera berubah! Amin
dan keasyikan terakhirnya, KEEMPAT adalah komplek perumahan kami jadi lebih
aman, karena banyak aparat yang berjaga diseputar komplek kami.
Artikel terkait :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar